01.

22 4 0
                                    

Kringggg...

Bel berbunyi yang menandakan segala aktivitas di sekolah harus berakhir, begitu pula dengan pertemuan kedua gadis tersebut, yang harus berpisah dikarenakan harus pulang ke rumah masing².

Ehmm, rumahhh? Di saat semua orang menganggap rumah adalah pelarian saat kita ada masalah, tetapi anggapan itu tak berlaku bagi Raqilla.

Raqilla selalu menganggap bahwa rumah adalah awal dari sebuah kehancuran dimulai. Hanyalah drama, pencitraan, hinaan, cacian, makian, yang dia dapatkan ketika tak ada seorang ayah di rumahnya.

*___*

Setibanya di rumah, Raqilla langsung naik ke lantai dua, tempat ternyaman bagi Raqilla, sebuah kamar.

Ia meletakkan sepatu dan tas di tempatnya, kemudian segera mandi, agar badannya terasa lebih relax daripada sebelumnya.

Selesai mandi, ia berbaring, ingin rasanya hari ini ia dapat istirahat dengan waktu yang lebih panjang daripada biasanya, tetapi....

Brakk...Prangg!!...

Suara dobrakan pintu serta piring yang dipecahkan secara sengaja memenuhi pendengaran Raqilla,

"anak ga tau di untung, ga pernah bantu pekerjaan rumah, pulang sekolah langsung tidur, enak banget ya jadi kamu!! Turun, hari ini tugas mu nyapu dan ngepel!!" bentak sang ibu.

"iya buu," jawab Raqilla.

Raqilla mulai menyapu, dia berpikir butuh waktu 1 jam untuk menyapu rumahnya ini, belum lagi mengepel nanti.

Dirumah Raqilla terdapat 2 pembantu, akan tetapi tugas kedua pembantu tersebut selesai jika Raqilla sudah pulang dari sekolah.

Ia berfikir, "dunia kejam yaa, ia hanya berpihak pada manusia sempurna, entah dari paras, maupun keluarga yang sempurna, sampah kek gue gini bisa apaa, haha."

*___*

Jam menunjukkan pukul 19.20 WIB, artinya 10 menit lagi ayahnya pulang. Raqilla bingung harus berkata bagaimana, ia takut kecewa kalau ayahnya tau ia masuk di kelas bawah.

Toktoktok...

"masukk," ucap Raqilla.

Ternyata ayahnya sudah pulang, ia sampai lupa tak menyambutnya di bawah tadi, entahlah hari ini kepala Raqilla sungguh sakit.

"gimana tadi sekolahnya, masuk kelas apa?" tanya ayah.

"ayah, maaf ya yah, kakak dapat kelas MIPA 7, kelas bawah," tutur Raqilla.

"tak apa, ini lagi awal, buktikan semester depan kakak bisa menduduki kelas unggulan," support sang ayah.

Terlihat dari sorot mata ayah yang menampilkan kekecewaan, tapi apa boleh buat? semua telah terlanjur. Raqilla tak fokus saat mengerjakan latihan soal waktu tes penentuan kelas, dan alhasil ia mendapat kelas kedua dari bawah.

"ayah keluar dulu, selamat beristirahat gadis kesayangan ayah." pamit ayah.

"akan kakak buktikan bahwa kakak bisa menduduki kelas unggulan, bahkan yang paling unggul,yah." ucap Raqilla pelan sembari memerhatikan punggung ayahnya yang perlahan menghilang dari pandangan Raqilla.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mysterious GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang