Bab 1 "Kelahiran Dendam"

70 11 0
                                    


Seluruh Alvori, meninggalkan kastil Eternal dengan kabut putih di antara mereka. Kepala para kaum pelindung itu tertunduk dalam-dalam seraya kembali berusaha mengenang sosok Aleon, pelindung kelas atas yang kali ini gugur dalam tugasnya.

Aleon sudah nyaris delapan belas tahun ditugaskan turun ke bumi untuk melindungi seorang gadis indigo. Selama bermusim-musim itu pula dia mendapatkan hatinya disana.

Hatinya.

Sesuatu yang mungkin tidak akan pernah dia temukan di Eternal.

Aleon jatuh cinta pada manusianya.

Para petinggi Eternal sampai harus rela bolak-balik memanggilnya untuk membicarakan masalah terlarang ini, meminta pelindung itu menyudahi perasaannya tapi Aleon ternyata sudah jatuh terlalu dalam.

"Kami tidak bisa berbuat apa-apa, Aleon. Kau sendiri yang memang harus menyelesaikan semuanya."

Itulah kata Hans, si lagon penguasa eternal, di pertemuan terakhirnya dengan alvori berambut gelap tersebut. Aleon tetap tidak menyahut dan itu berarti adalah sebuah penolakan.

Sampai pada hari ini, ketika Hans mengumumkan bahwa Aleon gugur saat bertugas bersamaan dengan kematian gadisnya, Hannah Calson dalam sebuah penyerangan berdarah, eternal seharusnya sudah siap akan kelahiran satu dendam baru dalam diri salah satu alvori tertinggi disana.

**

Adniel berdiri tegap menghadap kursi agung di hadapannya. Cahaya menyilaukan dari chandelier besar di tengah aula tepat mengarah pada untaian jubah perak milik Hans yang sejak tadi duduk lemas di kursi lagon. Tangannya masih memegang selembar daun maple kering berukirkan nama Aleon di tengahnya, yang menunjukkan sebuah cara untuk mengumumkan keguguran salah seorang pelindung diantara mereka.

"Kalau saja kau menugaskanku turun sejak lama, mungkin aku bisa membantumu mencari tahu apa yang terjadi pada Hannah dan Aleon." Adniel memberanikan diri memulai percakapan setelah agak lama hening. "Kau tidak mungkin menahanku selamanya disini, kan?"

"Apa kau pun ingin lenyap juga, Adniel?" tanya Hans tanpa diduga-duga. "Aku berusaha selama ini menjagamu hanya untuk keselamatan dirimu saja. Kau yang melihat sendiri bahwa seluruh alvori yang aku tugaskan turun pada akhirnya hanya akan gugur di tengah tugas mereka."

Adniel memejamkan matanya berusaha tenang. Memperlihatkan emosi yang meledak-ledak di hadapan Hans tentu bukanlah suatu pilihan yang bagus, walaupun penguasa itu sejak awal sudah menganggapnya sebagai seorang adik lelaki.

"Kau seharusnya lebih memperhatikan Pethron saja." Hevans, salah satu Etergon yang juga masih duduk disana tiba-tiba ikut bergabung.

Etergon, Keith dan Dardian.

Tiga kelompok dalam Eternal. Etergon adalah yang tertinggi untuk saat ini. Jelas itu karena Adniel si pemimpin Etergon, Hans si lagon, Philip si mantan lagon terdahulu, Efeon si ketua pasukan Etergon, Hevans si ketua pasukan utama eternal, dan Gavin si ketua sihir tergabung dalam satu kelompok. Selain mereka, banyak juga para alvori pendukung setia Hans yang ikut serta dalam kelompok ini, hingga Hans sendiri lebih menganggap mereka sebagai kumpulan sahabatnya.

Berbanding terbalik dari Etergon, ada pula kelompok Keith yang kini diketuai Pethron dan Max. Kelompok kaum alvori ini berada di dalam sebuah pihak, dimana mereka bersatu untuk melengserkan Hans untuk membuat Philip kembali naik ke jabatan lagonnya. Dulu saat Philip masih berkuasa, Keith terbentuk karena saking banyaknya pelindung yang begitu menyukai sistem pemerintahannya dan mengabdikan hidup mereka sebagai tameng bagi kejayaan alvori itu.

Eternal [The Guardian]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang