Taehyung sudah lama merasakanya, dan malam itu semuanya meledak karena Taehyung tidak bisa menahan dirinya. Malam itu badai mengamuk, seperti kemarahan Taehyung pada dirinya sendiri.
"
Mereka bersama sampai Jungkook masuk sekolah menengah atas dan ujian akhir Taehyung tinggal didepan mata. Taehyung sudah lama merasakanya, dan malam itu semuanya meledak karena Taehyung tidak bisa menahan dirinya. Malam itu badai mengamuk, seperti kemarahan Taehyung pada dirinya sendiri. Hujan dan angin memukul jendela seperti amukan monster, kilat lebih terang dari siang.
Pintu kamarnya diketuk dan suara ketakutan Jungkook memanggilnya, tapi Taehyung tidak bisa lagi meraih adiknya itu. Jungkook kecilnya. Adik kecilnya yang kesepian. Ketukan dan panggilan itu semakin keras dan Taehyung membiarkanya. Mendengar setiap detik suara Jungkook meninggi lalu perlahan menghilang. Jungkook tidak akan tidur. Ia akan terjaga dan ketakutan, meringkuk dibawah selimut dan menangis. Sendiri.
Malam itu Taehyung juga menangis.
Ia roboh di depan pintu, merasa seperti bajingan karena mengunci pintu kamarnya agar Jungkook tidak bisa memaksa masuk. Sekarang ia sama seperti orang-orang itu. Orang-orang yang meninggalkan Jungkook. Orang-orang yang terlalu sibuk dengan dunia mereka, meninggalkan Jungkook sendiri dengan dunia yang amat luas, dunia yang seperti mentertawakan kesendirianya.
Sejak malam itu Taehyung berubah.
Begitupula Jungkook.
Tidak ada lagi percakapan diantara mereka karena Jungkook akan selalu ketakutan. Hyungnya sekarang menatapnya dengan amarah dan... kebencian?. Jungkook tidak tahu apa salahnya. Taehyung tidak lagi menemaninya, tidak lagi berangkat sekolah bersama. Taehyung tidak lagi ada untuknya. Hyungnya yang dulu melarangnya melakukan ini dan itu, melindunginya dari ini dan itu sekarang menganggapnya tidak ada di dunia. Taehyung tidak lagi ada untuknya.
Ia bahkan membiarkan Jungkook ikut ekstrakurikuler taekwondo, menatapnya dengan dingin ketika Jungkook pingsan di lapangan saat latihan. Meliriknya dengan mata menyala-nyala ketika suatu hari Jungkook pulang dengan pipi lebam, sebuah kecelakaan saat latihan tanding. Taehyung tidak lagi peduli padanya. Jungkook telah berusaha menarik perhatian kakaknya itu dengan membahayakan diri tapi Taehyung hanya meliriknya, atau menatapnya dengan dingin.
Kesedihan di mata Jungkook, adalah perubahan yang paling mencekik Taehyung.
Kesenduan di mata Jungkook membuat Taehyung ingin memukul dirinya sendiri. Dia membuat Jungkook bersedih. Ia pergi padahal dia satu-satunya tempat Jungkook pulang.
Jungkook hanya berteman dekat dengan Kim Mingyu selama senior high. Jungkook ikut taekwondo, klub pecinta alam, jadi bintang sepak bola, melakukan semuanya untuk menarik perhatian Taehyung.
Taehyung ingin merengkuhnya ketika Jungkook jatuh di lapangan karena kelelahan latihan Taekwondo, ingin menghajar Mingyu karena tidak sengaja menonjok pipi Jungkook. Ingin melarang Jungkook pergi mendaki dan berkemah karena berbahaya, ingin berdiri dan berteriak paling kencang saat Jungkook memasukkan bola ke gawang lawan dan menjadi bintang lapangan. Ingin Jungkook tersenyum padanya dan memeluknya. Tapi Taehyung tidak bisa.
Jungkook menjadi bintang. Dikejar banyak orang, menerima banyak sekali surat dan kado saat hari valentine yang ia respon dengan senyum kecil yang malu-malu. Sekolah sedikit, sedikit lebih baik karena disana ramai. Kebahagiaan kecil itu hanya bertahan beberapa jam karena sekolah harus berakhir.
YOU ARE READING
Melted Nights [Completed]
FantasyTaehyung mungkin menganggapnya guling, atau atribut mimpi di tidurnya yang nyenyak nyaris seperti orang mati. #VKOOK (All pic from Pinterest, and some modified)