salah paham

10 2 1
                                    

Malam tampak sunyi, kegelapan menutupi batas cakrawala. Bulan tak menampakkan lagi sinarnya, dan bintang bintang entah kemana rimbanya. Yang kini membuang gelisah seorang gadis yaitu Aku.
"Harus sampai kapan aku menyelesaikan tugas ku ini,"keluh ku.
Jam setiap detiknya selalu bergerak hingga waktu menunjukan jam 00.00.
Pagi yang cerah, mentari menerobos melalui celah celah jendela.Tirai tirai kini terbuka sangat lebar di setiap jendelanya. Burung burung berkicau sangat riuh menandakan cuaca pada hari ini sangat bersahabat denganku.
"Jam berapa sih ini,"ucapku yang masih berada di tempat tidur.
"Jam 7 Handa," sahut Mama
"Apa," ucapku tak percaya.
Setelah Aku melihat jam, Aku terkejut dan bergegas ke kamar mandi. Setelah selesai memakai baju seragam, Aku segera menemui Bapak dan Ibu mengucapkan salam dan mencium telapak tangan mereka berdua.
"Handa berangkat dulu Pa Bu,"ucapku
"Hati hati di jalan, fokus sekolah ya,"kata Ibu
"Iya Bu. Siap,"sahutku
Jarak dari rumah ke sekolah lumayan Jauh kurang lebih 20 km. Tapi tenang jangan khawatir Aku bisa menempuhnya dalam 5 menit untuk menuju sekolahku.{itulah kebiasaanku😊}.
Sesampainya di sekolah aku melewati pintu gerbang yang sangat lebar. Sepasang bola mata sudah menungguku di sana. Siapa lagi kalau bukan Naufal

Di kelas
"Kamu kenapa Han,"tanya Naina
"Aku juga nggak tau,"jawabku
"Ko bisa,"ucapnya makin bingung.
"Ya bisa lah kan pakai A bukan pakai U. Kalau pakai U jadinya bisu dan kalo di tambah L jadinya bisul,"jelasku padanya.
Dia hanya memutar kedua bola matanya.
"Han kamu bawa HP nggak?tanya Habib si Raja Gombal.
"Bawa,"sahutku
"Hotspot tin aku dong,"ujarnya
"Oke gampang, udah,"balasaku
"Apa kata sandinya"
"Aku lupa kata sandinya,"ucapku
"Lho ko lupa sih,"bingungnya
"Lah emang kenapa, ada yang salah?," tanyaku
"Di tanya malah balik nanya, kebiasaan lu"gerutunya
"Lah.. lebih baik nanya dari pada sesat di di hutan,"
"Alah serahmu lah. Apa kata sandinya buruan"
"Aku lupa kata sandinya,"kataku
"Lah.. jawabannya kenapa sama kaya tadi dek?,"tanyanya lagi
"Kan tadi Abang bilang apa kata sandinya. Ya Adek jawab Aku Lupa Kata Sandinya,"terangku
Kini Ia hanya bisa menarik nafas panjang
"Mana HPnya?"
"Ini,"ucapku sambil menyerahkan padanya"untuk apa sih,"tambahku
"Nonton bokep,"
"Astagfirullah halazim. Nama udah bagus bagus Habib kelakuannya nggak sesuai,"jelasku
Kini Ia tak mengubris kata kataku. Ia asyik mengotakatik HP ku.
"ASTAGFIRULLAH...,"teriaknya
"Woy.. jangan teriak suara lu kaya toa tau,"bentak Naufal
"Sorry,"ucapnya tak bersalah
Kini mata Habib menatap tajam ke arahku. Aku yakin kalo dia udah kaya gini, pasti mau marah
"Kenapa nggak bilang kalo kata sandinya Aku Lupa Kata Sandinya,"ucapnya di hadapanku
"Lu masih waraskan,"ucapku santai
"Iya"
"Syukur Alhamdulilla kalo gitu"
"Jawab,"tegasnya
"Hufff..... kan dah bilang tadi kata sandinya Aku Lupa Kata Sandinya. Kamu aja yang nggak PEKA,"ucapku penuh penekanan di akhir kata.
"Otak mesum mana bisa peka wkwkwkwwk,"tawa Naufal
"Yoi Bro," sahut Devo
"Oh Iya hari ini Mapel Matematika kesukaan Habib,"seru seorang siswi
"Serius lo,"ucap beberapa siswi tak percaya kalau Habib menyukai Mapel Matematika.
"Serius,"ucap siswi itu sambil mengangkat dua jarinya
"Waaahhhh salut aku sama kamu Bib"
"T5 kasih,"ucapnya sambil tertawa terbahak bahak.
"Nanti aku nyontek ke kamu ya,"pintanya
Seisi kelas tertawa terbahak bahak mendengar perkataan gadis itu.{kaya nggak tau kelakuan Habib aja}
Siapa yang tak mengenal Matematika? Pelajaran yang ful dengan angka dan rumus. Banyak yang heran kenapa Habib suka dengan Mapel Matematika?pasti kalian juga nanya gitu kan?
{Sok Tau Gue😆😆}
Setiap kali Mapel Matematika harus bisa membolak balikan rumus, pintar dalam berhitung,bahkan harus menghafal rumusnya. Waw indah bukan? Tetapi cowok yang satu ini bukan suka dengan Mapel Matematika melainkan Gurunya yang bohay dan mempersoan. Di ibaratkan pemandangan yang bagus tidak boleh di sia sia kan. Harus di nikmati udaranya, keindahannya pokoknya WAW WAW WAW..
"Pagi anak anak, gimana kabarnya?sapa Bu Lela
"Pagi bu, alhamdulillah baik bu,"balas siswa dan siswi
"Kalo Ibu gimana kabarnya?,"tanya salah satu siswa siapa lagi kalau bukan Habib
"Alhamdulillah baik Habib,"jawab Bu Lela dengan senyuman
"Kalo saya menilai senyuman Ibu saya akan menilai 13456789 dan 10
Ibu Lela kini penasaran
"Lho kemana angka 2 nya?,"
"Senyum ibu tiada duanya,"jawab Habib begitu romantis.
Kini Siswa dan Siswi tertawa lepas melihat tingkahlaku Habib yang tiap hari selalu membuat seisi kelas tertawa.
"Lagi dong gombalin Ibunya,"seru Naufal
"Jangan kasihan Ibunya,"ucapnya
"Kenapa?,"tanya Noval memancing Habib
"Senyuman Ibu terlalu manis nanti banyak semut yang pada nepel,"jelas Habib dengan penuh senyuman puas.
"Sudah cukup bercandanya, sekarang kumpulkan tugas kalian," ucap Bu Lela
Ketika semua buku telah di kumpulkan menjadi satu, jawaban, cara, bahkan coretan kesana kemari hampir sama semua di buku siswa dan siswi. Kini Ibu Lela semakin curiga.
"Siapa Imam di kelas ini,"tanya Bu Lela tegas
{Ibu Lela adalah seorang guru Matematika yang sangat galak, lembut, baik pokoknya macem macem dah sifatnya. Sulit di tebak }
Semua orang menunjuk kepadaku dan Ibu pun memandangiku.
"Siapa makmumnya?,"tanya Bu Lela lagi dengan nada tinggi
Mereka pun mengangkat tangan kecuali aku. Pertanda buruk telah datang. {Jreng jreng...}
"Kelas Ini Cewek yang jadi Imam mana cowoknya?,"tanya Bu Lela
"Pada nggak ngerti rumusnya bu, makannya kami milih jadi makmum dari pada Imam,"ucap Naufal
"Iya bu, Imam tanggung jawabnya besar. Kalo makmumkan ngikut Imam jadi kalo makmum salah Imam harus tanggung jawab kesalahan makmum,"ucap Habib dengan kata kata bijaknya
"Pantes jawaban cara dan coretan hampir sama semua,"kini kepala Ibu geleng geleng
"Sekarang Ibu kasih soal yang berbeda agar kalian tidak saling menyontek satu sama lain.
"Waa darurat nih,"ucap Habib kaget
"P3K,"balas Naufal sambil memperhatikan Bu Lela yang sedang menuliskan tugas Matematika
"..."
Istirahat pun tiba
"Kantin yuk,"ajak Naufal dan Habib
"Ogah,"ketusku sambil membaca Novel yang baru ku beli
"Bentar aja, Yuk,"pintanya
"Oker,"jawabku
Naufal dan Habib adalah temanku sejak kecil, mereka sering bermain bersama denganku. Entah kenapa banyak yang bilang, kalau aku itu seperti adik mereka kemana mana selalu bertiga dan nggak pernah lepas kaya orang di rantai. Kenyataannya kami bukan saudara kandung ya..
"Nah sekarang mau beli apa,"tanya Naufal
"...."aku hanya diam
"Han woyy denger nggak,"teriak Habib
"...,"aku hanya menoleh ke arah Habib walau aku tau telingaku sakit ndenger teriakan dia
"Maafin aku, aku salah. Astagfirullah halazim. Aku berdosa banget,"ucapnya sambil mengelus dada
"Enggak mau pesen,"kata ku
"Lha kenapa, kami yang bayar dehh,"tangkasnya
"Hooh,"sambung Habib
"Es krim,"pintaku dengan senyuman
"Tapi di sekolah nggak ada es krim,"sahut Naufal
"Nanti sore selesai latihan LKBB kita beli es krim ya, boleh"ucapku memohon {Aku ingin es krim}
"Iya boleh,"ucap Naufal sambil tersenyum
"Oh iya nanti malam anggota LKBB nginep di sekolah buat latihan"sambung Habib
"Siap deh,"kata ku mengacung jelpol
Aku pun pergi ke kelas meninggalkan mereka berdua di kantin.
"Anak itu nggak pernah berubah es krim mulu yang ada dalam pikirannya, heran gua,"ucap Habib
"Itu mah masih mending, dari pada lu otak mesum bokep mulu dipikiran lu,"kata Naufal sambil menonjol kepala Habib
"Heheheheh... ,"ucapnya cengegesan

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 23, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Satu Tujuan Yang PastiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang