Chapter 2

22 6 1
                                    

Kehidupanku penuh kesedihan

Rasanya diriku ini sudah gila

Seakan membuat diriku depresi

Kapankah aku pergi dari sini?

**** DRYY ****

Entah kenapa aku merasa hidupku itu beban bagi mereka, begitu menyusahkannya diriku. Rindu rasanya pada ibu sudah lama meninggalkanku, dulu aku masih anak SD sekarang sudah masuk ke masa anak remaja. Dulu di masa aku selalu di tanya ibu jika aku beramain bersama laki-laki, pasti ibu mengira aku pacaran. Mana mungkin aku pacaran di umur anak SD, tapi kini aku sudah tidak pernah lagi bermain dengan laki-laki karena mereka tidak mau di sanding-sandingkan denganku. Mereka pasti menghindar jika bermain denganku. Iya mereka begitu terhadapku, ada beberapa orang yang bilang aku predator. Kalian tau predator itu apa, dulu aku gak tau namun setelah aku cari itu benar-benar menyakitkan. Apa kalian tau Predator?

Beberapa hari ini masalah berdatangan entah itu keluarga atau teman. Aku tipe orang yang susah cerita mau itu keluarga atau teman. Karena menurutku kalau aku cerita belum tentu apa yang aku rasakan akan mereka rasakan. Apa lagi di pandang kasihan oleh mereka?

" Lihat ke bawah kalau aku jatuh dari atas ke bawah sepertinya menyenangkan roh dan jiwa langsung terpisah." apa yang ada dalam pikiranku

Pada saat itu aku merasa bahwa mati adalah keputusan yang bagus, bukan mati dengan gantung diri apa lagi bunuh diri.

"Sepertinya kalau aku jatuh dari sungai itu lebih menyenangkan terbawa arus sungai sampai di temukan dalam keadaan sudah tidak bernafas." apa yang ada dalam pikiranku

Aku berpikir, jika aku mati apakah mereka akan kehilangan diriku? Apakah mereka akan senang dengan kehilangan aku di sini?

"Atau aku meninggal dengan cara tertabrak oleh kendaran karena menolong sesorang yang ingin menyebrang, itu sangat elegan." apa yang ada dalam pikiranku

Pemikiran-pemikiran itu muncul dengan sendirinya dikepalaku rasanya seperti setan-setan yang sedang berbicaran dipikiranku. Ingin rasanya aku berteriak di tempat yang sunyi dan sepi, ingin sekali air mata ini keluar.

" Apakah mereka akan peduli denganku, jika aku mati" apa yang ada dalam pikiranku

Ingin rasanya menyakiti diri sendiri dengan menancapkan jarum pentul di tanganku.

" Apakah mereka akan kehilangan diriku?" apa yang ada dalam pikiranku

Rasanya seperti gila atau bisa di bilang hampir gila dengan masalah yang sering menghampiriku. Kalian pikir aku tidak pernah melakukan apa yang ada dalam pikiranku jawabannya Ya. Aku tidak tau kalau diri ini tidak bisa melakukannya. Seakan logikaku masih berjalan, melarangku untuk melakukannya. Tapi dari salah satu itu pernah hampir membawa diriku kepada kematian.

*****

Beberapa hari yang lalu

" Sila ayok pergi sekolah." Ujarku

" Ayok pergi." Kata Sila

Sila adalah salah satu sahabatku sama seperti nurhalizah kami tinggal di lingkungan yang sama dengan rumah yang berdekatan. Sebanarnya kita bertiga bersekolah di SMP yang sama dengan kelas yang berbeda tapi dulu kita gak terlalu dekat walaupu rumah kita berdekatan. Kami disatukan karena mempunyai nasib yang sama.

" Sila nanti lu pulang sama siapa?" kataku yang saat ini kami berjalan menuju jalan raya

" Gue pulang sama wanir biasa lah." Ujar sila

" Padahal kita bisa pulang bareng loh." Ujarku

" iya bisa tapikan kelas lu diatas Ris."

" Bilang aja lu gamau nunggu gue."

" Lu tau sendirikan kelas lu ada dilantai tiga sedangkan gue di lantai dua. Masalahnya capek tau naik ke lantai tiga." Ujiar sila

" Selain itu kelas lu kan emang sering pulang cepet di banding gue." Ujarku dengan sebal

" Kalau yang itu jangan di tanya hehehehe..."

" Hey ayo kita nyebrang." Ujarku

Aku tak sadar , ku kira dia sedang berjalan di sampingku ternyata saat ku lihat ke samping hanya sebuah truk besar yang akan melaju, sedangkan temanku masih di belakangku.

'Apa truk besar ?' dalam pikiranku

*****

" Kalian pernah pikir gak kalau jatuh dari lantai tiga kaya nya menyenangkan." Ujarku

" Kenapa lu berpikiran seperti itu?" ujar azana

" Gak tau aja kayanya menyenangkan aja."

" Apa yang menyenangkan jir yang ada lu mati ris." respon azana

Entah kenapa azana berbicara seperti itu membuat diriku tidak peduli dengan pembicaraanya.

'Apakah salah aku berpikir seperti itu?'

Hari ini aku update lagi

Jangan lupa follow, vote and komen

Kami tunggu kabar gembiaranya

Selamat membaca DRYY

DRYYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang