Part 2 - Kertas Misterius

20 4 2
                                    

"Hai, bro. Apa kabar, lo?" Iqsal yang sedang duduk di stand jualannya sembari memainkan game terkesiap mendengar sapaan temannya yang tiba-tiba muncul. Seperti jailangkung, datang tak diundang pulang tak diantar.

"Alhamdulillah, baik bro," jawab Iqsal. Cowok itu menghentikan permainannya sejenak.

"Enggak jualan lo, Ton?" Jam sudah menunjukkan pukul enam sore. Biasanya cowok yang lebih pendek dari Iqsal itu sedang sibuk-sibuknya menyusun dagangannya.

Stand jualan mereka berjarak lima buah stand, Iqsal berjualan kaus laki-laki, sedangkan Katon berjualan jam tangan dan kaca mata.

"Entar, habis salat Magrib aja. Males gue, ganti baju lagi kalau mau salat." Katon beringsut duduk di samping Iqsal. Cowok itu kemudian mengambil ponsel dan membuka aplikasi game-nya.

Mereka begitu asyik main game bersama. Teriakan heboh sesekali keluar dari mulut keduanya secara bergantian. Larut ke dalam permainan hingga suara azan Magrib menghentikan aktifitas kedua cowok ganteng itu.

"Kuy, salat bareng?" ajak Iqsal seraya mengantongi ponselnya. Cowok itu kemudian menutup stand jualannya agar bisa salat dengan tenang.

"Kuylah," balas Katon yang juga mengantongi ponselnya. "Elo yang jadi imam, ya!" ucapnya kemudian dibarengi cengiran yang menjadi ciri khas cowok berkumis tipis itu.

"Iye. Tenang aja, gue siap jadi imam buat elo, apalagi buat si dia," seloroh Iqsal.

"Eea." Sahut mereka berbarengan.

"Dia siapa?" Katon tampak penasaran. Pasalnya, Iqsal jarang banget membahas perihal cewek.

"Dia gadis berwajah bulat. Hatiku tergoda padanya." Iqsal bersenandung kecil menirukan nada lagu Band Wali sambil tersenyum menanggapi pertanyaan Katon yang begitu penasaran.

"Jan lupa kenalin sama gue."

"Ogah."

Gimana mau kenalin. Dia sendiri aja belum kenalan. Kedua cowok itu mengambil air wudu di belakang stand jualan Iqsal. Beruntung, pihak pengelola acara pesta pantai menyediakan tong air untuk dimanfaatkan bagi para pedagang yang banyak berasal dari luar daerah.

***

Nikita berbaring di kasur sembari memainkan ponsel. Mengistirahatkan tubuhnya dari rasa lelah setelah seharian bekerja. Cewek itu terkekeh geli melihat video-video lucu dari beranda aplikasi tik-tok.

Berbagai konten mampir di berandanya.
Dari konten kreatif yang menampilkan tiga karakter dalam satu tokoh, konten para pebisnis rumahan hingga konten yang hanya mengundang komen negatif dari netizen.

Nikita hanya menonton untuk menghilangkan penatnya, tak sekali pun ia memposting di akunnya yang tanpa nama itu.

Saat men-scroll beranda ia melihat salah satu video seorang cewek menaruh kertas bertuliskan alamat instagram di bawah helm yang sepertinya milik seorang cowok. Setelahnya, tampak screenshot DM dari akun cowok yang menemukan kertas itu. Hingga terjalin perkenalan singkat.

Video tersebut mendapat tanggapan dan komentar yang sangat banyak. Nikita tak menghiraukan hal itu. Cewek berambut sebahu itu mengingat sesuatu dan segera bangun untuk mengambil tas selempangnya. Namun, entah di mana dia menyimpan tas kecil warna mocca itu.

***

Gilang menatap ponselnya seraya meraba layar yang menampilkan foto seorang cewek berwajah bulat. "Entah harus gimana lagi gue ngasih elu kode biar faham isi hati gue, Nik."

Bukan cuma sekali dua kali dia memberi kode, bahkan hampir di tiap ada kesempatan berdua. Sayangnya, Nikita terlalu cuek untuk memahami kodenya. Atau Gilang yang terlalu cemen mengungkapkan secara langsung?

Ditikung Pedagang Kaki LimaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang