January 25, 2020
08.32 AM
Tap... Tap... Tap...
Seorang pemuda berjalan menyusuri lorong-lorong bangunan bercat serba putih ini sambil memeluk laptop berukuran 15 inch, ruang yang ditujunya saat ini adalah kamar pasien nomor 825 yang kebetulan terletak diujung kooridor.
Sebuah bilik yang beberapa waktu lalu sempat dibuat ramai oleh para awak media hingga membuat seorang penghuni di dalam sana menjadi bertambah trauma saja.
Ia menolak semua orang yang datang kecuali para tim medis tentunya, pun ia enggan untuk sekadar bertutur.
Namun entah apa yang terjadi padanya. hari ini, untuk pertama kali setelah tiga minggu ia memutuskan untuk bersuara dan menceritakan semua yang terjadi padanya.
Cklek
Lelaki yang bersandar di headboard brankar tersebut menoleh. Itu dokter Chan bersama seorang pamuda asing berpenampilan santai dengan kacamata bertengger di hidung bangirnya
"selamat pagi, Felix. Bagaimana tidurmu?"
Sapa sang dokter."Nyenyak," jawab pemuda yang dipanggil 'Felix' tersebut, singkat seperti biasa.
"Syukurlah. Oh iya, perkenalkan ini Seo Changbin, mahasiswa sastra yang saya ceritakan kemarin," Chan memperkenalkan pemuda yang tadi datang bersamanya.
"Tinggalkan kami berdua," timpal Felix.
Chan melempar pandangan kepada Changbin, pasalnya ini adalah kali pertama pasiennya tersebut menerima tamu.
"Tidak perlu khawatir, dok, kami akan baik-baik saja," jawab Changbin meyakinkan.
"Baiklah, kau bisa memanggil saya jika terjadi sesuatu."
"Tentu"
Kini ruangan berukuran 5x6 meter persegi ini hanya diisi oleh dua lelaki yang masih canggung tersebut.
"Jadi, apa yang ingin kau ketahui?" Felix membuka suara pertama.
"Sebelumnya perkenalkan, saya Seo Chang—"
"—Seo Changbin, mahasiswa sastra semester 7 yang berniat mengangkat insiden kebakaran gedung kepolisian sektor, tiga minggu lalu dalam novelnya. Aku sudah mendengar itu dari dokter Chan," potong Felix.
"A-ah... baiklah senang kau mengetahuinya. Aku merasa sangat terhormat bisa mewawancaraimu secara langsung, mengingat selama ini kau tidak ingin buka mulut tentang peristiwa itu."
"Benar. ini kali pertama, aku merasa sedikit gugup," balas Felix lagi.
"Rileks saja, aku akan menanyakan beberapa hal, kau hanya harus mengatakan jawaban seadanya. Jika pertanyaanku membuatmu tidak nyaman, kau bisa diam saja dan jika ada tutur kata yang mengganggumu kau bisa menegurku."
Felix mengangguk-angguk paham "Baik."
Changbin mulai mengoperasikan laptopnya
"Tiga minggu lalu tepatnya Desember akhir tahun ajaran, bukankah artinya kau masih dalam usia sekolah? Mengapa kau bisa berada di kantor polisi?"Felix mulai menerawang "Aku bukan siswa teladan, kantor polisi bukan masalah besar bagiku."
"Mengapa tidak langsung lari saat tanda peringatan kebakaran dinyalakan?" tanya Changbin lagi sambil mengetik satu dua kata.
"Alat itu rusak, dan itu diluar rencana."
"Maksudmu? Apa peristiwa ini memang sudah direncanakan?"
Felix mengangguk "Sebuah rencana gila untuk menyelamatkan seseorang, ternyata hampir membunuh semua orang."
"Felix... Jangan bilang kau adalah orang dibalik rencana gila itu?"
Kali ini Felix menggeleng "No, i'm not."
Desahan nafas lega terdengar dari Changbin yang kini melanjutkan ketikannya.
"Lalu, apa maksudmu tentang rencana gila tersebut? Bagaimana kau bisa mengetahuinya?"Diam, tidak ada balasan untuk pertanyaan ini
Changbin paham, lantas ia beralih pada pertanyaan lain
"Felix, seperti yang kita ketahui, kebakaran itu merupakan kebakaran yang cukup besar. Bagaimana bisa kau selamat dalam insiden itu padahal tidak ada peringatan kebakaran sebelumnya?""Aku dibantu oleh seorang teman yang kuanggap musuh."
Changbin menghentikan sejenak ketikannya "Teman? Musuh?"
"Sosok dibalik rencana gila itu," jawab Felix seraya tersenyum simpul.
Argh! Ini terlalu abu-abu! Changbin semakin frustasi saja mendengar jawaban-jawaban yang dilontarkan Felix, bukannya memberikan pencerahan, malah menambah cabang-cabang tanda tanya saja.
"Kau nampak tidak puas dengan sesi wawancara ini" ucap Felix tiba-tiba
"Bukan begitu, aku hanya bingung harus memulai darimana, tidak usah terlalu dipikirkan," jawab Changbin tidak enak.
"Kalau begitu akan kuceritakan semuanya dari awal."
"Eh?"
"Kau tidak masalah kan kalau novelmu diberi sedikiit drama memilukan?"
"Tentu saja"
"Ini kisah tentang Arunika dan Swastamita" tutur Felix
-Jingga-
✨starred by✨
KAMU SEDANG MEMBACA
JINGGA • [Hyunjeong ft Felix]✔
Fanfiction[BXB] ini tentang Arunika dan Swastamita, mereka sama-sama mencintai terang. Bedanya, Arunika menyambutnya namun Swastamita meninggalkannya. walau pada akhirnya Terang lebih memilih pergi bersama Senja. Meninggalkan Fajar, dan menyisakan gelapnya m...