20. SEBUAH KEBENARAN YANG (TIDAK) MENGHANCURKAN

6K 491 48
                                    

Malam, Dears! ^^

Malam ini Hara update lagi. Sekalian Hara juga mau menjelaskan kenapa Bab kemarin dan Bab hari ini begitu penting dan wajib ada. Padahal banyak dari kalian yang gemes nyuruh Aira langsung bilang aja tanpa harus ribet. Begitu, kan?

Jadi ...

Dua bab ini penting. Sangat penting. Kenapa?

Biar kalian tambah khusyuk menghujat nantinya. Wkwkwkkwk 🤣 *becanda!

Ya sudah, langsung baca aja.

Jangan lupa vote sebelum membaca, dan komen di akhir cerita.

Here we are ...

Happy reading!


***

"Kamu sudah tahu. Akhirnya, kamu tahu ...," gumam Aira pelan dengan senyum tersungging pilu di bibirnya.

Ardi tidak bisa mengontrol rasa terkejutnya ketika mengetahui satu kenyataan yang tak pernah dia nyana. Bagaimana bisa wanita yang begitu dia jaga ternyata ... Ah! Tentu saja ada setitik kecewa yang merambati hatinya sekarang. Gairahnya sudah lesap entah ke mana. Satu kenyataan yang baru saja menghantamnya sukses membumihanguskan gairah yang sudah membubung.

"Tolong, jangan berhenti. Lanjutkan, Mas. Aku mohon," pinta Aira ketika melihat pergerakan Ardi yang hendak melepas penyatuan mereka.

"Aira, aku ...." Lagi-lagi Ardi kehilangan kemampuan linguanya.

Jika boleh jujur, berada dalam diri Aira sungguh hangat dan nikmat. Dia bahkan tak pernah menyangka sensasinya akan segila ini. Akan tetapi, dia juga tak bisa menjadi lebih berengsek. Apalagi melihat manik terang Aira kian meredup dan terus basah berkabut air mata.

Ardi mengerang keras di tengah rasa kesal akan dirinya sendiri bercampur pijatan lembut yang menyelubungi bagian dirinya. Benaknya mendadak semerawut kala dua kepalanya saling berdebat menginginkan hal yang berbeda. Alhasil, dia menjatuhkan tubuhnya untuk mendekap Aira lebih erat, membiarkan pans tubuh mereka melebur tanpa pergerakan apa pun.

"Apa yang kamu lakukan, Aira? Kamu membuatku gila bahkan di saat aku ingin marah dan banyak bertanya, kamu malah membuatku hilang akal," gumamnya seraya menyurukkan kepalanya di perpotongan leher Aira.

"Bergeraklah, Mas!" mohon Aira di saat tangannya melingkari punggung Ardi tak kalah erat selaras dengan tungkai-tungkainya.

"Jangan memohon! Aku tidak bisa lebih jauh dari ini. Aku-"

Aira mengelus punggung telanjang Ardi. Dia memiringkan sedikit kepalanya, memberikan sentuhan-sentuhan ringan pada cuping telinga Ardi lewat bibirnya. "Bergeraklah, Mas. Selesaikan apa yang sudah kamu mulai. Jangan biarkan aku merasa terbuang seperti apa yang sudah dia lakukan padaku dulu. Aku mohon ...," bisiknya.

Ardi memukul ranjang dengan kepalan tangan kanannya, berusaha menyalurkan frustrasi yang mendera. Kemudian dia mengangkat sedikit tubuhnya untuk menjalin pandangannya dengan Aira. Ibu jarinya membelai lembut pipi Aira yang memerah.

"Aku sudah memberikanmu kesempatan untuk menghentikanku, Sayang. Tapi kamu malah membuatku memenangkan naluri kelelakianku. Jangan menyesal setelah ini karena aku masih butuh penjelasanmu," putus Ardi disisipi peringatan.

"Maka, lakukanlah, Mas! Miliki aku untuk pertama dan terakhir kalinya. Setelah itu, aku akan menerima apa pun keputudanmu."

Bak api yang disiram bensin, percikan gairah yang sempat redup itu pun kembali berkobar. Tanpa aba-aba Ardi bangkit dan langsung bergerak cepat, keras, dan dalam. Dia benar-benar menggila saat melihat Aira menutup mata dan mencengkeram seprai berusaha mengimbanginya.

TOO LATE TO FORGIVE YOU | ✔ | FINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang