21. KETENANGAN YANG TERNYATA MENYIMPAN BADAI (2)

5.1K 482 122
                                    

Malam, Dears! ^^

Masih ada yang bangun jam segini?

Hara update lagi. Maaf telat, ya ...
Tapi enggak apa-apa yang penting masih update. Bukan begitu? Wkwk

Bab ini puaanjang, ya. Udah Hara bilang kemarin soal bab 21 ini.

Bagi yang enggak paham maksud Bab kemarin, gampang kok. Baca ulang! Pahami betul2. Hara jelas kok nulisnya. Bagian yang dicetak miring, itu masuk percakapan Ardi dan Aira malam sebelumnya. Oke?

Bab ini ngetiknya buru-buru. Kalau ada typo, bilang!

Sudah siap?

Jangan lupa vote sebelum baca,
Dan komentar di akhir cerita.

So, here we are...

Happy reading!

***

Kelopak mata Aira mengerjap perlahan hingga menampakkan manik cokelat madunya. Dia menyusuri setiap sudut kamar lewat pandangannya, tetapi tak menemukan tanda-tanda keberadaan Ardi. Gorden kamar sudah tersikap, begitu juga dengan jendela yang terbuka mengizinkan semilir angin pagi menyelinap.

Beberapa menit terdiam sembari mengumpulkan nyawa yang sempt tercecer di alam mimpi, Aira mengulurkan tangannya ke arah nakas. Dia mengambil ponsel berniat mengeceknya. Kendati Ardi sudah memintakannya izin pada Papi dan Mami, Aira tidak bisa menghilangkan kebiasaannya mengecek ponsel setiap bangun pagi. Seperti yang dia harapkan, hanya ada beberapa notifikasi pesan dari Papi dan Mami yang mengkhawatirkannya.

Perintah jangan telat makan, istirahat cukup, dan masih banyak petuah lain membanjiri chatroom-nya dengan nomor Papi. Aira bisa pastikan kalau pesan-pesan tersebut sengaja dikirim oleh Mami, bukan Papi. Bagaimana tidak, Papi Johan bukanlah orang sebawel Mami Marta. Bisa dibilang, Mami telah membajak akun whatsapp Papi hanya untuk menghubunginya.

Bibir tipis Aira mengulas senyum kecil yang hampir menyerupai sebuah kekehan. Dia sedang membayangkan betapa ributnya Mami yang memaksa Papi untuk meminta Ardi memulangkan puteri mereka. Jika Aira mendapat beberapa pesan berisi petuah normal, entah apa yang orangtuanya sampaikan pada Ardi.

Mungkinkah wanti-wanti untuk tidak menyentuh Aira? Ah, Ardi dan Aira bahkan bukan lagi sekadar saling menyentuh.

Atau larangan keras agar Ardi tak tidur sekamar dengan Aira? Lupakan! Dua sejoli itu sudah lebih dulu melanggar petuah tersebut sejak di Paris dulu.

Apa jadinya kalau kedua orangtua mereka mengetahui kenakalan calon mempelai itu? Mungkin Ardi dan Aira langsung dinikahkan detik ini juga.

Aira menggeleng seraya membekap mulutnya dengan sebelah tangan untuk menghentikan kekehannya agar tak berlanjut menjadi tawa. Bagaimanapun, dia masih tak berniat menjadi anak durhaka dan terkena tulah. Tidak! Dia tidak mau.

"Non Aira sudah bangun?"

Ketukan dan suara Bi Sumarni mengambil alih atensinya. "Iya, Bi. Masuk saja!" perintah Aira sedikit berteriak.

Pintu kamar terbuka. Bi Sumarni berjalan mendekat dengan kedua tangan yang sibuk membawa nampan. "Sarapan dulu, Non. Den Ardi tadi pesan kalau Non tidak boleh sarapan di atas pukul sembilan. Jadi, Bibi berinisiatif untuk membangunkan Non Aira sekaligus membawakan sarapan."

TOO LATE TO FORGIVE YOU | ✔ | FINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang