prologue.

2.3K 195 4
                                    

Meja makan panjang itu hanya ditempati oleh dua orang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Meja makan panjang itu hanya ditempati oleh dua orang. Tak ada satupun kata yang keluar dari mulut masing-masing. Keduanya sibuk mengunyah. Dua pasang tangan sibuk menyuapkan makan ke mulut masing-masing.

Piringnya belum bersih, yang lebih tua meletakkan alat makan di sisi piringnya, lalu bersuara, "Soonyoung."

Yang namanya dipanggil menoleh. Mulutnya masih sibuk mengunyah, tak terbuka untuk menimpali ayahnya.

Ayahnya tampak gelisah. Kedua netranya menatap dirinya aneh. Tersirat sedikit kekecewaan dan kesedihan di sana.

Salahku lagi, yah? Kali ini apa?

"Ayah dengar, kau sudah memiliki kekasih," ucapnya. Matanya sesekali melepas pandang dari tatapan tajam anak bungsunya. "Apa benar?"

Oh, masalah ini.

Indra penglihatannya kembali fokus pada makanan di depannya. "Benar, Yah."

Apa lagi yang dapat dilakukan selain mengatakan yang sebenarnya? Berbohong itu dosa. Ia tak mau menjadi bagian dari orang-orang munafik di sekitarnya.

"Kau ...." Keraguan tampak memenuhi gelagatnya sebelum dengan mantap ia kembali melanjutkan, "jangan bersamanya."

Suara yang dihasilkan pertemuan piring dengan alat makan berhenti. Rumah mewah itu lengang dalam sekejap. Kepalanya menoleh. Kedua netra tajamnya memandangi pria tua yang duduk di ujung meja makan.

Dia rumahku, Yah. Yang mengerti diriku. Tempat aku dengan leluasa menampung suka-dukaku. Tempat aku berpulang.

"Kenapa?"

Aku harus dihancurkan berapa kali supaya ayah puas?

Ayahnya tersenyum lembut. "Ayah percaya, kau tak seperti kakakmu."

Faktanya, aku seperti dia, Yah.

Faktanya, aku seperti dia, Yah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


©munwaves, 2020

elliptical orbit [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang