"Heejin."
Si pemilik nama masih mengingat momen itu. Momen yang tersimpan di dalam suatu ruang khusus dalam hipokampusnya. Momen yang bahkan hingga kini dapat membuatnya kembali merasakan perasaan yang pertama kali dirasakannya sejak ia lahir.
Ia yang sedang mengerjakan tugasnya di lounge dibuat bingung lantaran salah satu pengasuh di tempatnya tinggal tiba-tiba menyampaikan kabar bahwa dirinya dipanggil untuk berkunjung ke ruang kerja pemilik panti. Tangan mungilnya digenggam oleh wanita satunya. Telinganya menangkap suara bising dari anak-anak yang sedang bermain dengan putra semata wayang dari sang pemilik panti di taman belakang sana, selagi kedua tungkai pendeknya melangkah menyusuri koridor.
Hal pertama yang dilihatnya saat pintu kayu itu terbuka adalah senyuman manis dari dua pria yang dikenalnya. Keduanya melambaikan tangan kecil. Pria yang tubuhnya lebih jangkung menyebut namanya, menyapanya. Perempuan itu dibuat semakin bingung lantaran pertemuan kali ini tak biasa, karena ketiganya selalu menjejakkan langkah di taman belakang ataupun lounge.
Apa Heejin melakukan kesalahan? Otaknya berputar, mereka ulang momen kebersamaan ketiganya dua hari yang lalu. Dan, ia tak terpikirkan kesalahan apa yang mungkin ia perbuat.
Kepalanya ditelengkan sarat akan kebingungan yang semakin menjadi-jadi saat pemilik ruangan itu menjauhi rak buku yang berisi berkas-berkas data diri dan data kesehatan anak-anak panti asuhan dan berjalan kembali ke meja kerjanya dengan salah satu berkas di tangan.
Tak ingin menghabiskan energinya dengan berpikir lantaran soal-soal matematika masih menunggu untuk diselesaikan masalahnya, perempuan kecil itu hanya menunggu, terduduk di atas sofa, sementara ketiga orang dewasa itu terduduk berseberangan di meja kerja Ibu Lee, sang pemilik panti sekaligus ibu dari Lee Seokmin, teman semasa kuliah Jihoon. Tangannya dengan pelan meraih dan memainkan mainan balok yang berada di nakas di samping sofa, selagi telinganya samar-samar menangkap percakapan yang berlangsung di antara ketiga individu lainnya.
"Pengadopsian ini sudah Ibu bantu urus ke pemerintah, dan kalian hanya perlu menandatangani berkas-berkas ini." Suara lembut sang pemilik panti mengalun di udara.
Heejin dibuat menoleh oleh kata pertama dari kalimat itu.
Pengadopsian? Kak Soonyoung mengadopsi siapa?
Detik berikutnya, pertanyaan yang berkecamuk itu tak dijawab juga. Tampak anggota tubuh kedua pria itu bekerja yang Heejin yakini sedang menandatangani berkas-berkas yang diberikan. Sempat terbersit pemikiran untuk mendekati salah satu pria di sana, namun dipikirnya akan mengganggu pertemuan mereka. Maka, diurungkannya niat itu dan posisi duduknya dirapikan dengan kedua kaki tertutup dan kedua tangan bertumpu pada lutut. Sorot matanya mengarah hanya pada ketiganya, melupakan mainan yang tadi dimainkannya.
Kedua kakinya diayunkan selagi jarum jam detik terus bergerak, hingga akhirnya ketiga presensi itu bangkit dari duduk mereka. Refleks, Heejin ikut menjejakkan tapak sandalnya di lantai. Kedua pria itu bersalaman dengan wanita di balik meja itu secara bergantian. Lalu, keduanya membalikkan badan, bertemu pandang dengan perempuan kecil di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
elliptical orbit [✓]
Fiksi Penggemar𝙨𝙤𝙤𝙣𝙝𝙤𝙤𝙣 𝙖𝙪 -; just like the earth, by keep doing what he must, he protects his life from a gradual disarray. ©munwaves, 2020