"i can sting like a bee, but i'm sweeter than honey."
༶•┈┈⛧┈♛┈⛧┈┈•༶
Warning! BL, harsh words, sexual content.
.
.
.
Dengan langkah kaki lebar dan tak sabaran, Jeongin memasuki kantin Fakultas Hukum yang penuh sesak. Mata rubahnya berkilat penuh tekad, langkahnya tak sedikit pun terhenti maupun sedikit melamban. Meskipun ini adalah pertama kalinya Jeongin menginjakkan kakinya kemari, ia tampak biasa saja, tak sedikitpun merasa terusik meski beberapa orang mulai memperhatikannya sejak tadi.
"ketemu." Gumam Jeongin. Sudut bibirnya terangkat membentuk seulas senyum pongah. Di ujung sana, netranya menangkap sosok pemuda yang akhir-akhir ini menyelimutinya dengan jutaan rasa penasaran. Maka, hari ini ia sudah memutuskan untuk menemui seniornya—si idealis Hwang Hyunjin.
Jeongin menghentikan langkahnya tiba-tiba, tepat di hadapan dua sejoli yang sedang asik bercengkrama. Keduanya pun menengadah, memperhatikan sosok Jeongin yang tampak begitu manis dengan surai biru dan setelan overall yang dikenakannya.
"boleh aku ikut bergabung?"
Senyumnya terukir begitu polos, menjadikan sosok gadis di samping Hyunjin membalasnya dengan sapaan lembut disertai anggukan kecil.
Merasa mendapatkan lampu hijau, Jeongin menyusup di antara keduanya. Mau tidak mau, gadis yang sejak tadi bersama Hyunjin ikut bergeser, membiarkan si pemuda manis merebut posisi awalnya. Dengan seulas senyum polos yang masih sama, Jeongin meremas sebelah lengan Hyunjin, menjadikan si pemilik marga Hwang itu menatapnya penuh tanya.
"ada apa—"
Tak membiarkan Hyunjin untuk melanjutkan perkataannya, tangan Jeongin menangkup pahatan tegas dari rahang seniornya. Ketika netra keduanya bersibobrok, Jeongin merasa darahnya berdesir hingga jantungnya berdegup anomali. Secara insting, pemuda bermata rubah itu menarik tengkuk Hyunjin dan memberikan satu kecupan singkat di bibir tebalnya.
"Hyunjin sunbae, ayo jadi pacarku!"
Pernyataan gamblang yang diutarakan Jeongin dengan suara mantapnya sukses membuat Hyunjin menyeringai, mengejek. Pemuda tampan itu tidak marah, tidak pula menghajar Jeongin karena sikapnya yang kelewat kurang ajar. Lebih dari itu, manik kembarnya berkilat tanpa minat, kemudian menunjukkan satu cincin perak yang melingkar apik di jari manis tangan kirinya.
"maaf, bocah. Aku sudah bertunangan." ujar Hyunjin mengukir senyum pongah.
Selama beberapa persekon, Jeongin mengerjapkan matanya. Pemuda manis itu menangguhkan ekspresi kerasnya, senyum polosnya pun mendadak sirna. Jeongin selalu mendapatkan apapun yang ia inginkan—tapi ia tidak pernah merasa sebegini direndahkan.
"aku sudah tahu." balas Jeongin memberikan penekanan ekstra pada setiap untai katanya.
Atensinya beralih pada Choi Arin, sosok gadis bersurai sebahu yang beruntung mendapatkan gelar sebagai tunangan Hyunjin. Manik rubah itu memicing, menyelisik penampilan Arin dari ujung kepala hingga tumit. Alisnya mengernyit tidak suka, tentu saja gadis itu bukanlah levelnya.
Di lain pihak, Arin berdeham sembari melipat kedua tangannya di depan dada, menunggu Jeongin melanjutkan kalimatnya. Jika dilihat-lihat, wajah gadis itu sudah memerah, mati-matian menahan gejolak amarah yang mengepul bak awan gelap di atas kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INEFFABLE [hhj+jyi]
Fanfictionin·ef·fa·ble (adj.) too great or extreme to be expressed or described in words. Ineffable; satu kata yang mampu mendeskripsikan betapa sempurnanya sosok Yang Jeongin. Dan bagaimana ia menggenggam si tampan Hwang Hyunjin.