Epilogue; Bitchin' Summer

981 115 31
                                    

Hyunjin menghembuskan napasnya kasar sembari menyeka surai pirangnya ke belakang. Entah kenapa, hari ini terasa luar biasa melelahkan. Mungkin karena sinar mentari yang serasa menghanguskan kulit, ditambah cuaca musim panas yang pengap dan lembap membuatnya seperti sedang melakukan simulasi neraka. Ia jadi bertanya-tanya, apakah tuhan sedang marah ketika menciptakan Kota Busan?

Persetan. Hyunjin mengecek remot AC yang ada di atas meja, suhu ruangan sudah 16 derajat celsius, tapi matahari seakan masih mengikutinya tepat di atas kepala. Manik kembarnya beralih ke arah jam dinding, nyaris tengah malam tapi ia sama sekali belum mengantuk. Pemuda itu pun memutuskan untuk bingkas, meninggalkan teman-temannya yang tengah tertidur pulas. Tenggorokannya terasa kering, jadi Hyunjin berniat mencari minuman dingin yang mampu menyegarkannya.

Omong-omong, liburan musim panas ini harusnya ia habisnya untuk berlibur bersama dengan kekasihnya, Yang Jeongin. Akan tetapi, ia memilih memanfaatkan waktu liburnya untuk ikut kegiatan kuliah kerja nyata atau KKN. Mirisnya, ia dan anggota kelompoknya mendapatkan lokasi yang cukup terpencil di Kota Busan.

"bangsat, membosankan sekali di sini." gerutu Hyunjin sembari meneguk segelas air mineralnya.

Dan sekarang di sinilah Hwang Hyunjin, duduk di pantry yang menghadap langsung ke ruang tengah. Kalau diingat-ingat, terhitung hampir dua minggu ia menjalani masa KKN-nya. Hyunjin memang mudah beradaptasi, bahkan dalam menjalani program kerja yang telah disusun kelompoknya. Namun, satu-satunya hal yang sulit ia atasi adalah kejenuhannya.

Tuk.

Tuk.

Hyunjin terkesiap, kemudian bangkit tatkala mendengar suara ketukan yang berasal dari pintu kaca di balkon ruang tengah. Pemuda itu pun meraih pisau dapur, takut-takut apabila ada penjahat yang mencoba masuk dengan membobol kunci pintu.

"ssstt!—Hwang Hyunjin."

Hyunjin menjengit tatkala suara familiar merasuki indera pendengarannya. Menyadari akan sesuatu, pemuda itu pun mempercepat langkahnya dan lekas membuka gorden pintu.

"heh! Kau gila ya!?" Jeongin memprotes dengan manik kembarnya membulat kaget. Ia bergidik ngeri melihat pisau berujung runcing yang ada di genggaman kekasihnya.

"maaf hehe." balas Hyunjin dengan cengiran lebarnya.

Jeongin merapikan sweater yang dikenakannya setelah Hyunjin membukakan pintu balkon. Bibirnya mengerucut, kesal melihat satu robekan kecil di bagian siku sweaternya. "sayang~ lihat! Ini sweater favoritku." rengeknya kekanakan.

Hyunjin yang baru saja kembali menyimpan pisaunya buru-buru membekap mulut kekasihnya . "jangan berisik, sayang! Aku bisa habis kalau ketahuan membawa masuk orang asing. Lagi pula, kenapa sih malam-malam ke sini? Ini Busan, Jeongin. Kau jauh-jauh dari Seoul untuk apa?"

"orang asing? Aku kan pacarmu!" ujar Jeongin dengan intonasi meninggi. Menjadikan Hyunjin meringis kecil mendengarnya. "—aku kabur dari rumah kakek dan nenekku malam-malam begini untuk menemuimu tahu! Kau selalu beralasan sibuk dari pagi hingga sore hari, jadi aku ingin memastikan kalau kau tidak macam-macam di sini." imbuhnya diselingi ancaman. Mana mungkin ia mengaku kalau sedang rindu.

Hyunjin menghembuskan napasnya kasar. Ia hafal sekali dengan tabiat Yang Jeongin yang selalu nekat dan keras kepala. Menyuruhnya pulang begitu saja juga percuma, bukannya pulang, ia justru akan merasa tertantang dan semakin membuat ulah.

"jadi, apa maumu sekarang?" tanyanya diplomatis.

Jeongin menyunggingkan senyumnya, kemudian menarik lengan Hyunjin untuk keluar rumah melewati pintu balkon. Mengabaikan ekspresi panik Hyunjin yang belum sempat meminta izin pada salah satu temannya.

INEFFABLE [hhj+jyi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang