#1

118 10 1
                                    

Johan's POV



"Cuk, lo ngapain di sini?" seorang laki-laki dengan perawakan tubuh jangkung menghampiri gue, masih dengan baju basketnya, dan masih dengan bau keringatnya yang... ga perlu gue jelasin. oke.


"Nungguin Rara," jawab gue singkat tanpa mendongak, gue sibuk sama kertas-kertas biodata sialan punya junior yang harus gue serahin ke sekretaris organisasi sekarang. Iya, SE KA RANG, tapi karena tadi pagi mamanya Rara nitip bekal makan siangnya Rara ke gue, alhasil gue harus nungguin Rara keluar dari kelasnya—yang masih ada gurunya. 


Laki-laki dengan baju basket, plus, bau keringat itu duduk di sebelah gue sambil mengelap-elap wajah dan tangannya pake handuk kecil. Dia Andra, salah satu anggota tim basket sekolah yang masih sangat aktif dalam kegiatan padahal sekarang kita udah menginjak kelas 12, oiya, dia seangkatan sama gue. Dan kita udah temenan cukup lama, yah, mungkin ngga terlalu lama, tapi cukuplah untuk saling mengenal satu sama lain dengan baik. 


"Lama amat Rara keluarnya, cuk," tanya Andra tanpa mencoba untuk melihat sendiri gimana keadaan kelasnya Rara. Maksud gue, kan dia bisa ngintip sendiri kalau memang kepo. Kaya ngga liat aja gue lagi konsentrasi ngitung kertas-kertas biodata. Tapi berhubung gue lagi males marah-marah ngga jelas, ya gue laden ajalah daripada nambah dosa.


"Biasa, Bu Heni."


Andra ngangguk. "Ooh." 


"Ngomong-ngomong, ada urusan apa lo sama Rara?" sambungnya.


"Kok elo kepo?" gue masih dalam keadaan nunduk, berkutat sama biodata-biodata.


"Gue ngga kepo, cuma nanya."


"Itu, Rara lupa ngebawa makan siangnya jadi tadi mamanya nitip ke gue."


"Ooh."


Gue masih nunduk, masih ngebiarin jari-jari gue bermain di lembar demi lembar biodata yang gue pangku, masih ngitungin jumlah lembar biodata yang gue dapat hari ini, masih ngga noleh ke Andra, tapi gue tau kalau dia bakal nanya-nanya lagi. Untunglah, sepertinya dewi fortuna lagi berpihak ke gue sekarang, saat itu dengan cepat gue bisa dengar suara Rara datang, seolah itu sebuah alarm, gue langsung mendongakkan kepala, meletakkan kertas-kertas itu di bangku, dan berdiri.


"Jojo nungguin Rara?" tanyanya, matanya membulat sambil melihat ke arah kertas-kertas yang barusan gue letakin di bangku, dia juga ngeliat ke arah Andra dan mereka saling melempar senyum. 


"Iya, tadi tante nitip ini ke aku." Gue ngambil kotak makan siang berwarna ungu itu dari dalam tas dan gue sodorin ke Rara. Mungkin ini udah yang ketiga kalinya Rara lupa ngebawa bekalnya, jujur itu jadi salah satu hal yang membuat gue berpikir kalau akhir-akhir ini kayanya Rara memang sering kurang fokus. Entah dia lagi punya masalah atau memang banyak tugas, gue belum berniat buat nanyain itu. Tapi pasti bakal gue tanyain cepat atau lambat.

Meskipun gitu, dia ngga pernah nunjukin raut muka kaya orang yang lagi punya masalah gitu. Sekarang aja dia malah ketawa-ketawa mungkin buat nutupin rasa malu gara-gara dia ninggalin bekal makan siangnya lagi. Atau ada hal lain yang justru dia tutupin? Oh Seriously? Dari gue? I mean, kita udah sahabatan 3 tahun.

Miss RightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang