Prolog

61.6K 3.3K 278
                                    

Hai, ngaku yang kesini gara-gara tiktok🤔

***

Hai, kalian pasti punya tipe cowok ideal kan?

Hari gini, cowok dimana-mana banyak. Tapi yang sesuai sama tipe ideal kita, langka! Makanya aku punya list tipe cowok idaman yang nanti harus jadi jodohku.

Pertama, berkharisma dan dewasa. Gapapa deh mukanya pas-pas an, yang penting look nya punya aura yang bikin cewek ga bisa berpaling, eaaa. Dan dia harus dewasa, bukan cem cowok-cowok bucin yang gampang bilang cinta. Pokoknya dia harus bisa mengimbangiku yang kekanakan dan ngga bisa diem.

Kedua, senyumnya kudu sumringah kayak model iklan pasta gigi. Aku suka cowok yang senyumnya bagus, tapi senyumnya nggak murahan buat godain cewek. Pokoknya kalo liat senyum yang cerah gitu bisa bikin kayak liat matahari. Silau, bo!

Ketiga, gentle. Aku nggak suka cowok nggak pekaan. Wanita itu makhluk yang berharga di dunia ini say, masak ketemunya sama cowok yang nggak bisa ngasih perhatian. Manner makes man. Pokoknya tipe ideal yang satu ini harus dipunyai Mr Right ku nanti.

Keempat, tinggi. Well, sebenernya aku nggak terlalu mempermasalahkan fisik. Tapi kan.. aku juga butuh pelukan di dada, bukan malah meluk kepalanya. So, i prefer tall man. Nggak usah setinggi atlet voli sih, 180 cm aja cukup. Hehe.

Kelima, wangi. Wangi luar dalam. Bhahaha. Gimana tuh? Ya kecium harum pas dia lagi mode kencan, harum juga pas dia lagi di rumah. Dia harus punya kebiasaan baik di luar maupun di rumah. Aku nggak suka banget tipe cowok yang cuma pas mau ketemuan baru bersih-bersih dan berpenampilan rapi.

Kira-kira ada nggak ya cowok kayak gitu? Pasti ada!

Sayangnya, rencana Mami menghancurkan mimpiku menjadi wanita bahagia yang berpasangan dengan laki-laki model sempurna seperti listku di atas.

"Dia baik, Kei. Pekerjaannya mapan. Lebih baik daripada laki-laki idamanmu."

Aku merengut di hadapan Papi dan Mami yang duduk di depanku seperti sedang mengumumkan hasil persidangan.

"Ngapain sih harus dijodohin segala? Kayak Keisha nggak bisa cari cowok sendiri aja."

"Bukan dijodohin, Kei. Dikenalin aja. Daripada kamu luntang-lantung sehari-hari nggak pernah punya kesibukan. Mending nikah aja."

Aku melotot demi mendengar perkataan Mami.

"Ih, Mami kok nggak konsisten, sih? Katanya tadi cuma dikenalin, kenapa ujung-ujungnya jadi nikah? Keisha masih 24 tahun, Mi! Baru juga kemarin dapet gelar sarjana."

Ayah meralat, "Dua tahun yang lalu, Kei."

Aku mengibaskan rambutku, "Ibarat baru kemarin, Pi. Pokoknya Keisha nggak mau ya kenalan-kenalan sama anaknya temen Mami itu. Paling juga Om om bangkotan."

Mami langsung menjewer telingaku.

"Mulut kok bisa lemes gini siapa yang ngajarin?"

"Ih, sakit, Mi!"

Aku mengusap telingaku setelah Mami melepaskan telingaku sebelum copot beneran. Dasar, punya Mami sukanya violence  sama anak sendiri.

"Dah, pokoknya Mami nggak mau tau. Besok kamu temuin Kemas di deket kantornya."

Kemas? Huh. Namanya aja udah aneh banget. Jangan-jangan nama lengkapnya Kemasan Gula apa Kemasan Mie Instan. Ha!

Aku punya daya apa sih buat menolak? Dari dulu aku selalu dikasih perintah ini itu lah. Sekolahnya harus gini gini. Kuliahnya masuk ini aja. Bahkan pekerjaan pun aku dipilihkan. Sekarang? Oh tidak, jodohku hasil dipilihin Mami. Ih, seleranya Mami kan katrok banget. Temen-teman arisan yang sering dateng ke rumah aja tipe Mami-mami rempong yang suka julidin anaknya sendiri.

Aku melirik Papi, meminta pertolongan. Tapi dia malah kentara menghindari tatapan mataku. Dasar sekutu pengkhianat!

Aku menghadap Mami lagi yang kini sudah menunduk untuk menghitung laba penjualan minimarket hari ini.

"Mi, Keisha nggak mau lah ketemu Kemasan gula itu."

Papi hampir terbahak.

"Kemas, Kei. Bacanya kayak baca Lele, Sate, Tape. Kamu jangan kebiasaan ganti nama orang aneh-aneh deh."

Kuputar bola mataku, jengah. Namanya udah aneh, susah dibaca, apalagi ntar orangnya.

"Ya itulah," aku merengek lagi, "Ya, Mi? Nggak usah dikenalin yaa?"

Mami meletakkan kalkulator di meja agak keras. Tatapannya menghujam padaku.

"Kamu tuh kenapa sih takut banget? Mami nggak jodohin kamu sama Kemas. Cuma Mami suruh buat kenalan. Mamanya baik banget, dulu yang bantu modal minimarket kita. Kalau bukan karena dia, mana bisa kamu hidup nyaman kayak gini."

Oh, jadi ini tentang balas budi? Klasik abis, sih, Mi. Aku kan bukan barang tukar jasa.

"Terus habis kenalan udah, kan? Nggak usah diterusin?"

"Ya temenan."

"Temenan aja, kan?"

"Terus tunangan."

"Habis tunangan?"

"Ya nikah dong. Punya anak. Punya keluarga mapan, bahagia."

Hah?

"Mamiii.." teriakku frustasi.

Halo, Keisha Yusman yang jadi penyabet gelar mahasiswi tercantik di jurusan Sastra Inggris selama 4 tahun berturut-turut, bermimpi menikah dengan laki-laki idaman, ternyata harus berakhir dijodohin sama Kemasan Gula. Di umur 24 tahun pula. Kayak masa mudaku nggak guna-guna amat.

Siapapun, tolong. Doakan si Kemas Kemas itu punya seribu satu keburukan yang bikin Mami batal menjodohkanku dengannya.

Aku pengen nangis aja.

***

Our Rings [Baca di Dreame]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang