Episode 1 : Hari gini masih dijodohin?

30.3K 2.7K 81
                                    

Gue kira perjodohan nge-hype-nya di Wattpad doang. Ternyata emak gue juga doyan jodohin anaknya buat balas budi. 

- Keisha, 24 y.o

***

Orangtua kelahiran tahun 1960an sampai 1970an pasti kompakan merencanakan skenario kalau anak-anak mereka harus nikah di bawah umur 25 tahun. Parahnya lagi, perjodohan jadi solusi utama.

Terbukti dari kasus abangku yang dulu dijodohkan dengan seorang perempuan-yang sekarang jadi mbak iparku- di umur 25 tahun. Bang Ali cowok lho. Dia bahkan kehilangan kebebasan untuk menikmati masa mudanya yang dikorbankan untuk menuruti permintaan-yang lebih mengarah ke perintah-Mami dan Papi untuk menikahi Mbak Manda. Aku agak lupa-lupa ingat bagaimana kronologinya karena saat itu aku sibuk persiapan ujian kelulusan SMA. Bahkan aku bertemu Mbak Manda saat ke rumahku sebelum nikah hanya sekitar dua sampai tiga kali. Dan tiba-tiba persiapan pernikahan Bang Ali ada di depan mata dan aku baru sadar kalau abangku yang menjadi dosen universitas terkenal di kotaku itu akan menikah dengan perempuan asing.

Aku saat itu benar-benar tak mengerti dengan alasan Bang Ali dijodohkan. Dia masih muda dan bisa mendapatkan perempuan mana saja yang diinginkannya. Aku hafal betul kalau Bang Ali itu dulu sering membawa banyak perempuan ke rumah. Yah, nggak banyak, sih. Ada tiga orang yang dulu sering memberiku kalau nggak boneka pasti jepitan rambut. Bahkan sampai sekarang aku masih berhubungan baik dengan mantan Bang Ali semasa SMA yang pacaran sekitar 3 tahun sampai abangku itu menjadi dosen. Lalu entah kenapa Mbak Rania tiba-tiba menjadi jarang datang ke rumah dan aku diberitahunya kalau dia sudah menikah.

Oke, cukup tentang pengalaman perjodohan abangku.

Sekarang aku juga masih belum mendapatkan alasan masuk akal aku dijodohkan. Hmm, coba kita bikin beberapa kemungkinan.

1. Faktor umur. 24 tahun bisa jadi umur yang dianggap tua di mata Mami dan Papi untuk anaknya menjomblo.

2. Profesi. Jujur kupikir ini bisa menjadi alasan utama. Aku lulus kuliah sekitar 2 tahun yang lalu dan sudah berapa kali aku keluar masuk perusahaan penerbitan dimana aku mencicipi menjadi editor buku untuk beberapa bulan sebelum memutuskan keluar. Hal ini terjadi sekitar empat kali sampai Mami menyesal membuat nasi tumpeng empat kali untuk syukuranku setelah berhasil mendapatkan kerjaan.

3. Aku yang gonta-ganti pacar? Mungkin bisa jadi alasan.

Well, aku harus mengajukan kemungkinan ini ke Mami dan Papi untuk diberi tanda centang agar aku bisa tidur nyenyak dan tidak terbangun takut akan satu kata : dijodohkan.

***

Sambil mengaitkan tali helm, aku memasang muka cemberut. Kuputar kunci motor dan menyalakan mesin.

"Jangan cemberut gitu dong. Nanti Kemas lari liat muka serammu Kei," goda Bang Ali sambil tertawa puas. Dia berdiri di sebelah motorku, mengantar kepergianku dengan satu lusin olokan pemicu kemarahan.

Mami tergopoh-gopoh keluar dari dalam rumah. Diangsurkannya kotak makan kesayangannya yang terbalut totebag cantik bunga-bunga.

"Mamii, Keisha kan cuma mau ketemu bentar trus pulang. Kok malah jadi kayak mau piknik?" Aku menolak ketika Mami hendak memasukkan bekal itu ke dalam tas ranselku.

Oke, ini adalah hari dimana segala bentuk penolakanku berakhir dengan sebuah pertemuan yang merupakan hasil negosiasi panjang dengan keluarga. Setelah segala faktor kemungkinan mengapa-aku-dijodohkan dicentang semua, aku pasrah dengan bujukan Mami untuk bertemu dengan anak kenalannya itu.

"Hush, ini sebagai bentuk permintaan maaf buat Kemas karena kamu nggak segera hubungin dia semalem," ucap Mami sambil dengan cekatan menata bekal makanan itu di dalam tas ranselku yang hanya berisikan dompet dan handphone.

Our Rings [Baca di Dreame]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang