Episode 2 : My ideal man

22.1K 2.8K 72
                                    

Kenapa ya, kita suka malu-maluin kalo di depan laki cakep. 

- Keisha, anak Mami

***

Orang-orang mulai menjauh setelah aku berkali mengatakan aku baik-baik saja. Meskipun jantungku masih berdegup kencang dan tubuhku gemetar, tapi aku tetap memaksakan senyum ke orang-orang yang tadi menolong. Diakhiri dengan pesan untuk berhati-hati, mereka pergi satu per satu. Lalu lintas menjadi normal kembali dan kendaraan mulai melaju dengan tenang.

Aku duduk di kursi depan minimarket sambil menutup wajah dengan kedua tangan.

Mengapa hari ini aku bisa ceroboh sekali?

"Hei."

Suara berat laki-laki membuatku mengangkat wajah. Di hadapanku, berdiri sang penolongku tadi yang ikutan terguling bersamaku untuk mencegahku tertabrak mobil yang melaju kencang dari arah kanan. Mungkin kalau bukan karena dia, aku sudah bersimbah darah di rumah sakit. Bahkan lebih parahnya, tak ada lagi di dunia ini.

Maka ketika dia kembali dari dalam minimarket dengan sebotol air mineral diarahkan padaku, aku benar-benar merasa ingin menangis sekarang. Huaa, Mami. Sakit nih kaki.

Tapi nggak mungkin aku merengek di hadapan laki-laki cakep gini. Sebaliknya, kupasang muka setegar mungkin seperti mbak-mbak Putri Indonesia saat menjawab pertanyaan juri, "Makasih banyak ya, Mas. Tadi kalau Mas nggak nolong, mungkin saya sudah.."

Kalimatku terhenti. Kalau ingat tadi, aku jadi trauma. Badanku tak bisa kubohongi, kembali gemetar. Aku takut sekali membayangkan kejadian tadi.

"Yang penting kamu selamat sekarang," Putus laki-laki itu tegas.

Aku mengangkat wajah kembali dan merasakan air mataku berkumpul di sudut mata. Hiks, aku takut banget.

Laki-laki itu berjongkok di depanku lalu menatapku, "Kakimu luka kan, tadi?"

Aku mengangguk dan menyingkap rok yang kupakai hingga lutut. Ada lecet di lutut yang dari tadi nyut-nyutan.

"Saya obati ya, lukanya?"

Aku mengangguk lagi, pasrah bergantung pada orang yang menolongku itu. Duh, kenapa ya aku harus ditolong sama laki-laki baik dan gentle kayak gini? Di tengah penampilanku yang jelek abis pula.

Dia mengoleskan alkohol di lukaku yang membuatku memejamkan mata sambil mengepalkan tanganku di sisi kanan dan kiri tubuhku. Kalau aja nih aku nggak jaim sama dia, biasanya aku udah meraung-raung kalau ada bagian tubuhku yang luka. Terakhir aku jatuh waktu SMP, diboncengin Bang Ali. Dia sampai sekarang masih bisa menirukan jeritanku saat diobati lukanya oleh suster di Puskesmas, padahal mah juga cuma lecet-lecet. 

Oke, untungnya laki-laki di depan, ralat, di bawahku ini sedikit memelankan gerakannya saat mengoleskan betadin dan menutup lukaku dengan plester. Ih, sakit banget tau.

"Sudah. Beberapa hari pasti sembuh." Dia berdiri lalu duduk di sebelahku.

"Makasih."

"Luka yang lain nggak ada, kan?"

Aku menggeleng. Sepertinya cuma memar-memar yang pasti akan membuatku susah tidur beberapa hari ini. Huaa, Mamii..

Aku lalu menyadari kalau laki-laki ini tadi juga terjatuh bersamaku, apa dia baik-baik saja?

"Yasudah, saya pesankan taksi buat kamu biar cepet pulang." Laki-laki itu mengetikkan sesuatu di handphone-nya sebelum aku sempat bertanya keadaannya.

"Nggak usah, Mas. Saya lagi ada acara di sekitar sini."

"Kamu yakin mau tetap melanjutkan acaramu dengan kondisimu kayak gini?" Dia menatapku dengan aneh.

Mungkin kepalaku tadi ikutan terbentur keras sampai tak bisa berpikir jernih. Ngapain juga aku masih memikirkan untuk bertemu Kemas disaat situasi seperti ini?

Aku memandang kafe di seberangku dengan kalut. Kesana nggak, ya? Mami bisa melaksanakan ancamannya kalau tau aku tak jadi bertemu Kemas, malah jatuh segala. Ih, nggak boleh nyerah. Ketemu bentar, basa basi dikit sama Kemasan Gula itu, lalu pulang.

Kulirik laki-laki di sampingku ini.

Sekarang aku baru menyadari kalau dia memiliki wajah nggak cuma cakep, tapi memiliki aura yang mematikan. Apalagi dengan badan tegap dan penampilannya yang khas bos kantor dengan kemeja slim fit navy dan jam tangan hitam. Sayangnya aku sudah menghancurkan penampilannya karena kemejanya sedikit kotor setelah terkena aspal. Rambutnya pasti sebelum ini tertata rapi dan keren.

Huh, andai saat ini aku tak sedang dalam acara bertemu Kemasan Gula itu. Pasti aku akan meminta nomornya. Mana mungkin kulewatkan laki-laki yang tipe idealku banget.

"Saya ada pertemuan penting. Nggak enak kalau nggak ketemu. Dan cuma di kafe depan itu saja, so nggak masalah kok," jawabku atas pertanyaannya tadi.

Dia menatapku lekat, "Sepenting itu ya?"

Aku mengangguk pelan. Lalu kuangsurkan tanganku.

"Terimakasih sudah menolong saya."

Dia menatap tanganku sebentar lalu menyambutnya. Dan pada saat itu aku langsung merasakan sengatan listrik yang menjalar hingga dadaku. Entah mengapa dia mengingatkanku akan seseorang. Ditambah dengan senyum pendeknya yang terbit, hampir membuat lututku lemas. Bibirnya sexy, bo.

Wajahku memerah saat aku melepaskan tanganku. Yaampun Kei, lebay amat lo salaman sama cowok gans aja udah kebit-kebit.

Aku berusaha menutupi rasa canggungku dengan tersenyum padanya sebelum berjalan pergi. Aku harus segera pergi sebelum imajinasiku akan laki-laki itu makin liar. Kali ini memastikan jalanan benar-benar aman sebelum aku melangkah menyeberang. Lututku yang sedikit nyeri membuatku berjalan agak pelan.

Sesampainya di dalam kafe, aku hampir meneriakkan umpatan. Meja kafe nomor 6 masih kosong.

Aku berjalan ke arahnya lalu duduk dengan hati dongkol. Aku sudah sampai terguling ke aspal seperti orang gila, si Kemas ini malah belum datang. Atau dia sudah datang tapi pulang gara-gara aku tak kembali ya?

Waduh. Aku segera mengeluarkan handphone dan mengetikkan pesan padanya. Tapi bahkan sebelum aku sempat memencet tombol kirim, suara derit kursi di hadapanku ditarik ke belakang terdengar jelas.

Aku belum mengangkat wajah. Hanya bisa melihat tangan Kemas di atas meja yang dihiasi jam tangan hitam.

Wait, kok aku kayaknya familiar dengan jam tangan itu. Kayak baru liat barusan. Dimana, ya?

***

Cerita baru lagi hehe, masih bikin penasaran jadi aku gamau banyak spoiler sampai chapter depan.

Aku semangat banget nih di cerita ini soalnya karakternya aku banget, hahaha. Ide ceritanya juga lagi lancar-lancarnya so i hope ini bakalan lebih menghibur kalian yaa, di situasi apapun yang lagi kalian jalani. Luv luvv.

Our Rings [Baca di Dreame]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang