~01~

8 1 0
                                    

Seorang gadis terlihat begitu murung ketika akan memasuki sebuah rumah sakit bersama keluarganya, kakinya seperti enggan melangkah masuk tetapi hati nya meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Perlahan tapi pasti dia melangkahkan kakinya menuju ruangan rawat inap di rumah sakit tersebut, ketika sampai di pintu masuk dia ragu untuk membuka pintu tersebut tapi rasa khawatir dan penasaran mengalahkan ketakutan yang ada dalam dirinya Kinara pun membuka pintu kamar tersebut

Pintu pun terbuka terlihat pemandangan yang dapat mengiris hati Kinara, seorang wanita paruh baya yang terbaring lemah di ranjang dengan berbagai alat yang menempel di tubuhnya

Kinara pun menghampiri wanita paruh baya tersebut,  duduk di samping ranjangnya di situ juga ada  tante Diana adik mamahnya dan sodara lain nya yang sedang menengok mamahnya, sedangkan mamahnya hanya diam terbaring lemah hanya suara alat-alat rumah sakit yang terdengar jelas.

Kinara menyentuh tangan mamahnya dan saat itu juga seperti ada yang menusuk ke hati Kinara yang membuat dada nya sesak, tangannya dingin pikiran Kinara sudah negatif semua dia sendiri mencoba menepis pikiran-pikiran itu tapi hatinya tidak bisa berbohong air mata pun tak bisa di bendung lagi.

Hari sudah malam dan keluarganya akan pulang, karna mamahnya di rawat di luar kota yang agak jauh dari rumahnya. Tinggal kinara, ayahnya, tante diana dan suaminya tante diana.
Ayah diana pamit keluar membeli makan tinggallah mereka bertiga di ruangan tersebut.

Saat kinara ingin istirahat sejenak tubuh mamahnya tiba-tiba kejang kinara dan tante diana pun langsung panik dan memanggil dokter, tak berapa lama dokter datang bersama dua perawat dan langsung memeriksa kondisi mamahnya

"Maaf mamah anda tidak bisa kami selamatkan, semoga keluarga ikhlas"

Perkataan dokter tersebut bagai petir yang menggema di siang hari, kinara masih tak percaya dengan semua ini dunia nya seolah berhenti dan tak berfungsi lagi, tante diana langsung memeluk nya dan mencoba menguatkan kinara, ayah Kinara pun datang dan memeluk kinara menenangkan putrinya tersebut.

"Ini bohong kan yah Kinara cuman mimpi kan"

"Yang ikhlas ya sayang" ayah nya pun mengelus kepala kinara mencoba menyalurkan kasih sayang nya

Hari itu pun Kinara, ayahnya, tante diana dan suaminya langsung membereskan prosedur kematian dan malam itu juga mereka langsung pulang ke rumahnya yang sudah di sambut oleh semua orang dengan air mata kinara pun langsung memeluk kakaknya dan menangis sepuas-puasnya mengeluarkan rasa sesak di dadanya.

Keesokan paginya banyak orang yang melayat dan mengucapkan turut berduka cita, hari itu juga Kinara akan melihat mamahnya untuk yang terakhir kalinya sebelum mamahnya di tutup kain kavan pengurus jenazah mengizinkan semua keluarga untuk mencium jenazah untuk yang terakhir kalinya tapi tidak boleh ada air mata yang jatuh saat mencium jenazah.

Banyak keluarga yang tak sanggup menahan air mata nya, kinara pun mencoba untuk menahan air mata nya sebelum mencium mamahnya butuh beberapa menit untuk Kinara akhirnya berhasil mencium pipi mamahnya tanpa ada air mata yang jatuh

Kinara memutuskan untuk tidak ikut melihat proses pemakaman mamahnya karna ia tahu dia tidak akan kuat melihat kenyataan itu.

Setelah pengajian mamahnya selama 7 hari selesai Kinara makin terpuruk selera makan nya menurun lebih sering terdiam dan melamun mengurung diri dan menangis sambil memegang foto mamahnya.

Tapi hari berganti hari kinara sadar dia harus mengikhlaskan kepergian mamahnya karna itu adalah yang terbaik untuk membuat mamahnya tenang di sana hanya lewat do'a kinara bisa menyampaikan rasa rindunya.

Hari ini adalah hari kinara masuk sekolah setelah libur semester kemarin, Kinara sudah bersiap dan segera menghampiri ayahnya yang sedang sarapan dan ikut sarapan pagi bersama ayahnya

"Gimana kabar kamu apakah lebih baik"

"Kinara udah lebih baik kok yah Kinara udah ikhlas"kata Kinara dengan tersenyum

"Ya udah kamu ke sekolah mau di anter ayah apa dianter supir" kata ayahnya yang selesai sarapan

"Sama pak supir aja deh soalnya ayah takut telat ke kantor nya"

"Ya udah, ayah pergi dulu kamu hati-hati yah" sebelum pergi ayahnya mengelus kepala kinara dengan kasih sayang

Tak lama kemudian Kinara selesai dan bergegas pergi ke sekolah diantar oleh pak supir.

🥀🥀🥀

Kini Kinara sudah sampai di sekolah dan segera masuk ke kelasnya, saat sampai di kelas tiba-tiba ada yang memeluknya sambil menangis dia adalah anggia sahabat kecil nya

"Lo sahabat macam apa sampe nyokap Lo meninggal aja gak bilang-bilang" kata anggia sambil menangis di pelukan Kinara

"Udah ah malu jangan nangis disini"

Kinara pun membawa anggia masuk ke dalam dan menenangkannya

"Ya udah maafin kinara kalo gak ngasih tau anggia soal kematian mamah soalnya Kinara aja masih ngerasa kalo ini mimpi yang gak berkesudahan"

Anggia pun langsung berhenti menangis dan menatap sendu Kinara yang menampilkan senyum kesedihannya

"Iya udah jangan nangis donk, maafin gue juga udah ungkit ini jadi buat Lo nangis deh"

"Gapapa nanti Kinara ceritain deh semua kejadiannya ke anggia, tapi pas waktu istirahat soalnya tuh bu guru nya udah datang"

Anggia pun mengangguk menyetujui keputusan Kinara karna bagaimana pun mereka adalah sahabat dari kecil jadi wajar anggia merasa kehilangan yang sama seperti Kinara.




Kisah ini dibuat hanya untuk mengeluarkan apa yang susah untuk di ungkapkan 😊

Semoga suka sama ceritanya, semoga cerita Kinara dapat menyentuh perasaan kalian dan terbawa alur ceritanya 😌

Silahkan di tunggu part berikutnya jika kalian suka dan terima kasih yang sudah mampir untuk membaca ❣️

Salam author
Oktavianiintan01



AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang