~02~

0 0 0
                                    

Bel istirahat sudah berbunyi semua murid pun segera berhamburan pergi ke kantin untuk mengisi perut mereka, tetapi tidak dengan Kinara dan Anggia kini mereka sedang berada ditaman belakang sekolah untuk menceritakan kronologi meninggalnya mamah kinara kepada Anggia karna kinara sudah berjanji akan menceritakan

Mereka berdua pun duduk di salah satu bangku yang ada di taman tersebut, kinara pun mulai menceritakan knologi nya tapi sebelum itu kinara menarik nafasnya untuk mencoba tidak menangis saat menceritakan nya

Tapi seberapa kuat pun Kinara menahan air mata itu, kinara tidak bisa menahan air mata nya yang keluar bergantian di mata kiri dan kanannya Anggia yang mendengar ceritanya pun sudah lebih dahulu meneteskan air matanya

"Sabar ya kinara mungkin ini yang terbaik untuk mamah kamu"

Anggia pun langsung memeluk kinara dengan mencoba menguatkannya bahwa ia tak sendiri, keduanya pun menangis sejadi-jadinya untuk mengeluarkan rasa sesak  yang mengganjal di hatinya hingga tak terasa bel masuk pun sudah berbunyi dan mereka kembali ke kelas sebelum itu mereka merapihkan penampilan mereka terlebih dahulu.

🥀🥀🥀

Bel pulang sudah menggema di seluruh ruangan sekolah, menandakan berakhirnya kegiatan belajar mengajar hari ini, dua orang remaja sedang sibuk membereskan buku kedalam tasnya

"Kinara kamu hari ini mau kesana lagi" ucap anggia

"Iya, kamu mau ikut"

"Sebenernya sih mau bangettt, tapi sayangnya sekarang di rumah lagi ada acara keluarga"ucap anggia dengan muka di tekuknya

"Gak papa kok, kan bisa lain kali"

"Ya udah aku duluan yah, takut nanti keburu sore" pamit Kinara kepada anggia

Kinara pun sampai di TPU, yah ini lah tempat yang sering di kunjungi Kinara setiap pulang sekolah untuk melepas rindu kepada mamahnya hanya lantunan do'a diiringi tangisan lah yang ia bisa sampaikan

Terkadang Kinara mencurahkan isi hatinya dan kejadian yang ia lewati seharian, saat bercerita dia sendiri suka heran kenapa perasaannya lebih tenang setelah ia menceritakan semuanya. Tapi Kinara tidak bisa lama-lama di pemakaman walaupun ia ingin, karena dia harus sudah sampai di rumah sebelum ayahnya pulang.

Tanpa Kinara sadari ada sosok pria yang sedari tadi memperhatikan Kinara dari awal datang sampai pulang nya Kinara dari TPU tersebut.

Sesampainya di rumah Kinara langsung membersihkan diri dan mengganti baju, kemudian Kinara turun ke ruang tv untuk mengambil cemilan dan mengecek apakah ayahnya sudah pulang .

"Bi ayah belum pulang" ucap Kania karna ia tidak mendengar suara mobil datang

"Belum non mungkin tuan ada meeting, non kinara mau makan duluan udah bibi siapin semuanya"

"Nanti aja deh, nunggu ayah pulang"

Kinara pun melangkahkan kakinya menuju sofa dan menyetel tv sambil menunggu ayahnya pulang.

Jam sudah menunjukan pukul 22.30 tapi ayahnya belum menunjukkan tanda-tanda kedatangannya sudah sekitar dua jam setengah kinara menunggu ayahnya, kinara pun memutuskan untuk istirahat ke kamar mungkin ayahnya tidak akan pulang.

Tetapi baru sepuluh langkah Kinara melangkahkan kakinya suara pintu terbuka dan ternyata itu ayahnya, tapi kinara heran kenapa tidak terdengar suara mobil

"Ayah kok baru pulang, mobil ayah mana"ucap Kinara sedikit penasaran

"Iya ayah tadi ada meeting dadakan terus ban mobil ayah bocor jadi lagi di perbaiki di bengkel" Kinara hanya mengangguk saja

"Kok tumben kamu belum tidur ini udah malem loh" kata ayah kinara sambil melirik arlojinya

"Iya kinara sengaja nungguin ayah pulang, mau ngajak makan bareng"

"Kenapa harus nunggu ayah kan kamu sudah besar bisa makan sendiri, ayah sudah makan tadi sekarang ayah mau istirahat kamu juga yah istirahat udah malem ini besok kamu sekolah"

Kemudian ayahnya meninggalkan Kinara yang masih mematung di tempatnya dengan rasa kecewa di hatinya Kinara pun berlari menuju kamarnya dan mengunci pintu yang biasanya tidak pernah di kunci olehnya

"Kenapa ayah gak nanya kegiatan Kinara seharian, apa aja yang di lakuin kinara, kenapa ayah gak mau diajak makan bareng, kenapa..kenapa...kenapaaaa"

Kinara sedih dengan sikap ayahnya hari ini tidak biasanya Kinara di abaikan padahal sebelum mamahnya meninggal kinara lebih dekat dengan ayahnya, bercanda bersama, membantu tugas sekolah kinara, bermain badminton, dan lainnya. Tidak biasanya ayahnya mengabaikan kinara permintaan sekecil apapun pasti akan di turuti jika ayahnya mampu.

Air mata kinara tak kunjung berhenti seperti hujan lebat yang disertai petir dan angin kencang, ini kali pertamanya kinara merasa sudah tak di pedulikan lagi rasanya bagai tertusuk duri yang sangat kecil dalam jumlah yang banyak, hingga ia pun tertidur sambil memeluk bingkai foto mamahnya karena terlalu lelah menangis hingga tak sadar kantuk telah membawa Kinara ke dalam mimpi.







Semoga Kinara kuat karna ini baru satu tetes dari beribu juta tetes air mata yang akan keluar dari matanya 😌

Next part ❣️

Salam author
Oktavianiintan01


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang