2. matahari

51 24 33
                                    

2. Matahari

"Dia memang terik, dia memang panas. Tapi jika tidak ada dia? Kita kegelapan, kita kedinginan, dan kita mungkin tidak akan tau apa itu senja indah bewarna jingga"
- Annaeul Couldva

> HAPPY READING

Acha menatap kedua kakak nya silang. Sedari tadi ia hanya didiamkan, bahkan tidak diajak bicara. Kedua kakak nya tengah sibuk dengan tugas tugasnya masing masing.

Acha Diam, apa yang harus dia lakukan. Bahkan untuk mengucapkan satu kata saja, baginya hanya percuma. Ayo, ayo. Acha bisa Harau berfikir agar tidak mati dalam kondisi bosan.

"Kak, menurut Lo kalau gue ikut temen gue ke pelosok pelosok gimana?" Tanya Anya tiba tiba.

Kedua alis Anna bertemu. Menyirit bingung dengan Anya yang tiba tiba menjadi- pemberani, mungkin? Karena selama hidup 19 tahun bersama Anya, ia tak pernah melihat Anya berani keluar sendiri. Se muluknya, ia pergi dengan temannya.

Bahkan untuk ke toilet dimalam hari saja ia rela memberi Acha 10rb untuk menemaninya ke toilet.

"B-bol-leh aja sih kalau gue. Lagian Lo ke pelosok pelosok juga untuk belajar. Tanya mama sama ayah aja" kata Anna lalu kembali menggoyangkan jarinya di atas keyboard laptop.

Acha mengangguk menyetujui Anna. Tiba tiba ia menatap panasnya siang hari. Teriknya mentari seperti tak mau kalah dengan awan yang berada di depan. Langit biru cerah seperti tak ada tanda tanda mendung yang menyedihkan.

"Ke pantai yok!!" Seru Acha membuat atensi kedua kakak itu menatapnya dengan menyirit bingung.

T H R E E A N G E L

Anna • Anya • Acha

"Gak sia sia gue temenan sama Lo" gumam Acha pada ponselnya yang tengah menampakkan ia dan gio yang tengah berbalas pesan, sesekali gio atau Acha mengirim voice not seperti sekarang.

Acha mematikan ponselnya saat percakapan mereka berakhir. Wanita berhijab hitam pasmina itu menatap kedua kakaknya yang tengah mengganti sepatu mereka dengan sandal.

Sore sudah mulai bersiap siap menggantikan siang yang sudah lelah berkerja.

"Beli gelang disana yok!" Ajak Anya saat melihat sebuah gubuk dengan nampan nampan rajutan kayu. Banyak gelang diatasnya.

Acha ikut berlari mengejar Anya yang sudah duluan berlari. Meninggalkan Anna yang masih menggeleng tak percaya. Kelakuan kedua adiknya, benar benar seperti anak kecil.

Anya menatap 4 gelang hitam yang diikat. Ia tertarik, tali bewarna hitam, dengan matahari di tengahnya. Namun, hanya 3 gelang yang ada matahari di tengahnya, sedangkan yang satu lagi bergambar bulan.

"Yang ini berapa buk?" Tanya Anya pada seseorang perempuan yang memakai baju bewarna cream dengan senyumannya yang sedarj tadi tak luntur sama sekali.

"Tujuh ribu saja, neng" kata nya lalu kembali tersenyum.

Anya mengangguk, lalu mengambil plastik bewarna coklate yang disediakan di tengah untuk memasukkan gelang yang sudah di pilih.

"Kenapa matahari dan bulan?" Tanya ibu itu dengan menggapai uang sepuluh ribu yang diberi gelar Anya.

"Karena 3 gelang matahari itu seperti saya, kakak saya dan adik saya. Dan untuk gelang yang berlambang bulan, itu untuk seseorang yang masih belum terbangun dari tidur panjangnya"

T H R E E A N G E L

Anna • Anya • Acha


Acha menatap kedua kakaknya yang tengah tersenyum melihat senja memudarkan langit terang.

"Kenapa-

"-matahari ngeselin" sambung Acha membuat atensi kedua kakak itu berubah.

"Yaaa, namanya juga matahari. Panas dan terik" jawab Anya lalu kembali menatap senja.

"Bukan"

"Dia memang terik, dia memang panas. Tapi jika tidak ada dia? Kita kegelapan, kita kedinginan, dan kita mungkin tidak akan tau apa itu senja indah bewarna jingga"

"Walaupun dia kadang tidak berguna, tapi coba berpikir. Bagaimana hidup kita tanpanya? Hidup itu harus di syukuri, sekecil apa pun itu. Seperti sekarang, kita berkumpul Ber3, itu hal yang harus disyukuri. Bagaimana dengan bulan yang masih tertidur disana? Ia tidak bahagia, kalian harus tau makna besar bersyukur"

T H R E E A N G E L

Anna • Anya • Acha


Terik langit biru yang cerah mulai memudar, langit biru yang kapan saja bisa merajuk. Jika merajuk ia mendung, jika menangis ia hujan. Namun selalu ada awan yang menghiburnya, membuat pelangi sehabis hujan deras mematikan.

Tapi kembali ingat, pelangi tidak akan ada tanpa hujan yang tercurah. Sebuah kebahagiaan tidak akan ada yang datang secara instan, harus ada air mata yang jatuh tanda bukti kerja keras.

Senja yang indah mengajarkan kita, bahwa yang sempurna tidak akan pernah kembali sama. Jangan terlalu mengira langit biru yang terik itu sangat menggangu, karena sebenarnya langit malam yang pahit lebih menggangu hati yang kosong.

Namun kembali, jika lebih dekat kita akan tau bahwa di langit malam yang padam itu ada bintang yang berkelap-kelip. Dan bulan yang selalu berganti bentuk menemani indahnya langit malam.

Sosok wanita yang datang dari arah barat sembari melompat lompat kecil. Satu tangkai bunga mawar ditangan nya.

"Ngapain bawa bunga?" Tanya sang kakak, tak lain Anya si julid manjahh.

"Dih, suka suka gue dong. Julid banget setan" jawab Acha tak kalah sewot.

"Ini mau di depan makanan loh, gak malu berantem di depan makanan"

"Makan itu hal yang harus di syukuri, gak boleh berantem!" Lanjut Anna menegaskan kalimat akhirnya.

Kedua adik itu mengganguk, lalu membaca doa. Membuka cangkang kepiting yang di balur dengan saos Padang favorit mereka.

Bukan hanya ada kepiting, ada udang juga cumi. Ada kerang juga jagung, Acha yang paling bahagia disini karena makanan favoritnya seafood.

Anna tiba tiba diam, tak ikut kedua adiknya yang semangat 45. Ia tiba tiba membeku seperti kehilangan nyawa tiba tiba.

"Gue lupa gue puasa" ujarnya lemas

T H R E E A N G E L

Anna • Anya • Acha

-----------------------------------------------------------

Hi ges, guwe kombek

Stay safe all
KNY on wattpad

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

3 Angel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang