II

26 2 2
                                    

11 Oktober 2020

21.35

Selamat malam bintang dan bulan yang sedang berjauhan karena hujan. Selamat menikmati dinginnya udara yang menusuk setiap jengkal tulang dan sendinya. Aku tau kamu tak sesempurna yang mereka bilang, aku tau kamu tak seburuk yang mereka bayangkan.

"Dulu ibu bilang jika rindu dengannya, seekor kupu-kupu cantik akan menemuiku. Aku rindu peluk hangatmu, aku rindu sapaan teh manis hangat yang selalu kau siapkan untukku. Bahkan telur dadar yang selalu kau hidangkan dengan kecap menjadi candu bagiku. Apakah Ibu merasakan hal yang sama denganku?"

Sebuah kalimat yang berhasil keluar dari mulut seorang Visya, rumah megah tak menjamin sebuah kehangatan keluarga, sepi yang dirasakan Visya sekarang. Sosok Ibu yang dirindukan telah pergi menghadap Sang Kuasa. Bulir demi bulir air mulai hadir di pipi chuby Visya, iri kadang hadir ketika melihat teman seusia nya masih didampingi seorang Ibu. Tapi ia selalu ingat bahwa Ibunya disana tak akan pernah merasakan sakit.

Hujan yang deras dengan rasa sakit dibagian kakinya tak membuat Visya beranjak dari duduknya. Memori dirinya dengan kedua orang tuanya sangat ia rindukan.

"Ibu hari ini tepat 17 tahun usiaku, Ibu tau aku berharap ibu bangga padaku. Hihi, aku senang Ibu sudah tidak sakit, semoga kasih sayang dan lelah yang Ibu berikan menjadi Lillah di sana. Ibu Visya rindu," Sebuah ucapan yang diikuti terpejamnya pemilik bola mata biru yang merindukan sosok Ibu.


-S E N D I R I

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

S E N D I R ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang