Part 2 - The Second Beginnin'

148 4 1
                                    

Karel's POV

"Kita pergi", kata Al bangkit dari tempat duduknya.

Shit. Adrian emang minta ditonjok.

Jujur, gue sempet lihat tatapan sinis Adrian ke Al. Minta banget dicolok matanya? Gue ngajak Al ke lapangan basket. Niatnya sih ke taman biar romantis gitu, tapi Al malah ngacir ke lapangan basket, yaudah.

Dug dug dug. Al mantulin bola dengan kasar.

"Lo sejak kapan suka main basket?", tanya gue.

Al masih terus memainkan bolanya.

"Al?"

"Huh? Apa? Sorry.."

"Sejak kapan suka main basket?", ulang gue. Al tersenyum tipis. Tipis banget sampe nggak keliatan kalo lagi senyum.

"Kakak gue suka basket, waktu kecil gue suka diajak main basket, dulu, kalo gue sedih, gue main basket sampe kecapean"

Gue Cuma bisa ngangguk-ngangguk aja bingung mau jawab apa. Secara, ini pertama kalinya Al cerita tentang dia ke gue.

"Lo sedih?". Bego nanya gini, jelas lah.

"Kesedihan nggak boleh berlarut-larut", katanya.

Gue beneran Cuma bisa diem nggak tau harus ngapain. Akhirnya, gue mutusin buat ngerebut bola basket dari Al.

"Kok diambil?!", teriaknya.

"Katanya nggak boleh lama-lama sedih, ayo main", kataku. Dan akhirnya, dia senyum.

Gue sengaja ngalah biar Al bisa masukin bola. Tapi kalau boleh jujur, ternyata Al yang feminime banget, jago main basket. Nih cewek emang penuh kejutan...

Al's POV

Aku memantulkan bola lebih kencang lagi. Kasar. Ya. Aku melampiaskan seluruh amarahku ke bola. Dan, Karel juga sih. Tapi sepertinya dia emang sengaja ngalah biar aku bisa menguasai bola lebih lama.

Aku berhenti bermain, nafasku tersengal-sengal. Gol terakhir tadi adalah pelampiasanku yang terakhir. Jujur, ini capek banget.

"Nih minum", kata Karel.

Aku mendongak dan meneguk minuman itu.

"Makasih", kataku.

"Haus banget ya?", tanyanya sambil ikut duduk disebelahku.

"Lebih ke sakit sih daripada haus"

Hening.

Entah aku ataupun Karel sama-sama diam dalam pikiran kami masing-masing.

"Kamu ternyata jago main basket ya?", tanya Karel.

"Bisa, belum jago"

"Nggak berniat ikut basket?", tanyanya.

"Yee, kalau aku ikut ntar yang jadi kapten basket gue bukan lo lagi"

"Enak aja, jago gua daripada lo", ejeknya.

"Ih tai ya songong!", kataku sambil menjitak kepalanya.

Gue baru sadar, Karel asik juga. Ketawanya manis. Yeah, Adrian tetep nomer satu sih tapi.

"Al"

"Ya?"

"Kalau lo masih sayang sama Adrian, kenapa nggak balikan aja sih?"
Shit.

"Apaan sih, ogah"

Karel Cuma mengangguk.

"Lo sendiri?"

EnoughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang