3

26.1K 882 11
                                    

Aku mengendarai mobilku menuju butik, hari ini mama mengajak fitting baju untuk akad dan resepsi. Mama sudah menunggu di butik. Seharusnya aku dan Didy pergi bersama, tapi dia barusan mengabari kalau ada rapat mendadak jadinya hanya aku berdua mama yang akan memilih baju.

Sesampainya di butik, aku dan mama langsung memilih kebaya untuk akad. Pilihanku jatuh pada kebaya warna putih berbahan tulle yang panjangnya hingga lantai. Dengan detail kerancang berwarna ungu dan sedikit sentuhan warna silver dari leher hingga dada. Pada bagian dada dihiasi dengan kristal dan payet jepang yang berkilau indah. Di bagian pinggangnya ada sedikit warna gold.

Untuk resepsi, aku memilih tube dress selutut berwarna putih yang mengembang pada bagian bawahnya. Pada bagian dada dan pinggang dihiasi dengan kristal yang berkilau. Pada bagian lengan nya hanya seutas tali kecil yang dibiarkan jatuh hingga lenganku, dipenuhi dengan bunga dan kristal.

☆★☆★

Aku dan mama memutuskan untuk makan siang di sebuah resto setelah dari butik. Awalnya kami ingin mengajak Didy tapi ponselnya tidak bisa dihubungi. Aku agak kesal, kenapa rapatnya begitu lama hingga ponselnya pun tidak aktif, padahal aku ingin mengabarinya mengenai baju kami.

Pelayan datang membawakan pesanan kami, saat aku mendongak tak sengaja aku melihat kearah pintu masuk. Aku semakin bertambah kesal, disana ada Didy dengan seorang cewek yang sedang mengapit lengan Didy.

Ingin rasanya aku berlari kesana dan menumpahkan segala amarah dan kekesalanku, tapi ada mama disini. Aku tidak ingin mama melihat pertengkaran kami dan menjadi beban pikiran mama. Aku mencoba menghiraukan mereka dan dengan cepat menghabiskan makananku. Aku ingin membawa mama secepatnya pergi dari sini. Aku tidak ingin mama melihat calon menantunya sedang bermesraan dengan wanita lain.

"Ma, Fiby baru ingat ada janji dengan orang percetakan undangan siang ini. Tidak apa-apa kan kalau kita pergi sekarang? Fiby takut telat kesana karna jam segini macet banget." Aku baru teringat janji dengan orang percetakan, sekalian bisa menjadi alasan untuk pergi dari sini secepatnya.

"Didy ga ikut ke percetakan undangan? Coba kamu telpon lagi, siapa tau rapatnya udah selesai."

"Ponselnya masih ga aktif, ma. Kita aja yang pergi ya, biarlah Didy menyelesaikan urusannya." Iya, urusannya yang sedang selingkuh, lanjutku dalam hati.

☆★☆★

Malam sudah semakin larut, ponsel Didy masih tidak aktif. Seharian ini Didy tidak ada memberi kabar. Aku semakin bertanya-tanya, apakah Didy masih bersama wanita itu, apa yang dilakukannya hingga larut malam begini.

Aku berjalan menuju balkon kamarku, melihat bintang-bintang yang berkelip. Merasakan hembusan angin yang menyapaku, berharap dapat mengurangi sedikit kegelisahanku.

Lamunanku terhenti karena mendengar deringan dari ponselku. Aku melihat layar datar itu, nama Didy terpampang disana. Kugerakkan jariku menggeser icon berwarna hijau.

"Ya?" Aku sedang malas bermanis-manis dengan Didy. Hanya satu kata itu yang berhasil keluar dari mulutku.

"Kamu kenapa? Marah ya karna aku ga bisa nemenin tadi? Maaf ya sayang, aku tadi ada rapat penting yang ga bisa di tinggal."

Rapat penting katanya? Apa wanita itu lebih penting daripada urusan pernikahan kami. Apa baginya pernikahan kami tidak penting, lantas kenapa dia memintaku untuk menikah dengannya.

Aku ingin menanyakan tentang wanita itu tapi lebih baik aku menanyakannya langsung. Aku ingin mengetahui reaksinya, aku ingin melihat kebenaran atau kebohongan dimatanya. Jadi untuk sekarang lebih baik aku membahas hal yang lain.

Suami MisteriusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang