PARUH PERTAMA

533 67 11
                                    

AUTHORS' POV

"Phi Singto, aku menyukaimu! Aku tahu kau masih memiliki pacar, tetapi aku tidak apa-apa jika menjadi yang kedua."

Singto yang baru saja keluar dari kelasnya dan berniat berjalan ke ruangan HMJ dikejutkan oleh Krist yang tiba-tiba saja mengatakan hal tersebut.

"Aku tidak tertarik. Pergilah! Jangan membuang waktumu!" ucap Singto. Dengan tak acuh ia berjalan melewati Krist.

Setelah kejadian pernyataan cinta Krist pada Singto pertama kali tersebut, setiap hari Krist dengan pantang menyerah mengulangi menyatakan cintanya pada si ketua HMJ Ekonomi itu. Tanpa mengenal waktu ataupun tempat, tiba-tiba saja ia muncul di hadapan Singto dan menyatakan cinta. Ada saja yang ia lakukan agar Singto menerimanya, membawakan minuman, kadang juga sambil membawakan makanan walau pada akhirnya ditolak bahkan tidak disentuh oleh Singto karena seluruh penjuru kampus pun tahu Singto masih berstatus pacar dari seorang gadis bernama Lily.

Namun, Krist pantang menyerah. Tak masalah jika ia menjadi yang kedua bagi Singto. Ia masih sadar diri. Ia tak ingin muluk. Krist merasa dirinya tak pantas untuk berharap menjadi yang pertama atau satu-satunya. Bagaimana tidak? Selama ini ia selalu ditinggalkan oleh para mantannya karena mereka menganggap Krist terlalu kaku dan membosankan.

Melihat perjuangan Krist yang sedemikian keras, perlahan Singto menjadi penasaran dengan pemuda itu. Singto mulai bertanya-tanya pada juniornya yang seangkatan dengan Krist. Dari situ, Singto pun mengetahui masalah Krist dalam hal berpacaran dan mulai menaruh hati pada pemuda berkulit putih itu. Sejak saat itu pula tanpa sadar perasaannya pada Lily surut begitu saja. Mengetahui di hatinya sudah tak ada lagi tempat dan perasaan khusus untuk gadis yang sudah beberapa lama ini menjadi kekasihnya, Singto pun memutuskan untuk menyudahi hubungannya dengan Lily.

Singto melirik jam tangannya yang kini menunjukkan pukul lima sore. Perkuliahan memang sudah selesai sejak beberapa menit lalu. Sudah tak banyak mahasiswa yang terlihat berlalu lalang di gedung tempat kelasnya berada saat ini. Namun, Singto masih betah duduk di dalam sana, sambil memperhatikan langit yang sudah tidak seterik siang tadi. Duduk seorang diri berteman cahaya sore, menunggu seseorang yang akan ia ubah statusnya sebentar lagi.

Hari ini Singto akan memutuskan Lily. Tidak akan adil baginya ataupun Lily jika ia tetap meneruskan hubungan. Sebelum kelasnya dimulai siang tadi, Singto mengirimkan pesan pada gadis itu untuk menemuinya setelah kelasnya selesai. Di sinilah Singto sekarang menanti kedatangan gadis itu. Namun, sudah sepuluh menit berlalu sejak kelasnya usai gadis itu belum juga menampakkan diri.

Suara langkah cepat yang menggema di sepanjang koridor masuk ke telinga Singto. Langkah itu semakin mendekat dan tak lama muncul seorang gadis di depan pintu kelas Singto.

"Maaf! Aku membuatmu lama menunggu, ya?"

"Tidak juga," jawab Singto singkat.

"Apa yang mau kau bicarakan, Sing?" Tanya gadis itu sambil mengambil tempat duduk di depan Singto.

"Lily, aku mau kita putus," jawab Singto mantap.

"Hah?Kau bercanda 'kan, Sing?" tubuh gadis itu menegang.

Singto menggelengkan kepalanya. "Aku mau kita putus."

"Tapi kenapa? Hubungan kita baik-baik saja selama ini. Apa aku melakukan kesalahan sampai kau ingin mengakhiri hubungan ini?"

"Tidak, Lily. Aku ingin fokus pada ujian semester juga perkuliahan tingkat akhir nanti. Maafkan aku, kita akhiri hubungan ini."

"Lalu kenapa kau baru mengatakannya sekarang?" Nada suara Lily sedikit meninggi.

Bloody LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang