*ringtone HP berbunyi*
"ha?"
"ayo bangun Sabrina!"
"iya iya, kak Bay. Abis ini aku mau keluar bentar sama Liona"
"jangan jauh-jauh dari apartemen! Nanti shareloc aku!"
"iya ah. Yaudah bye!"
Seperti biasa, kak Bayu menjadi morning alarm ku. Aku bangun dan melangkah menuju kulkas. Aku meminum susu stroberi kesukaan ku dan merebus telur.
*bel pintu berbunyi*
"Sab Sab Sabrinaaa" panggil perempuan dengan tinggi 177 cm ini. Perempuan dengan rambut pirang panjang sepinggang inilah yang namanya Liona. Liona adalah model papan atas yang sangat tenar. Nama Liona sudah terpampang jelas di halaman depan majalah mana pun.
"Li, aku itu masih heran kok perempuan kaya kamu bisa jadi model" kata ku sambil meletakkan kembali sekarton susu stroberi ku di kulkas.
"yaelah Sab, kamu aja bingung apalagi aku kan?" kata Liona santai sambil membuat jasmine tea hangat kesukaannya.
Aku menunggu telur ku matang sambil menyetel TV. Banyak berita yang muncul entah tentang aku atau Liona. Tiba-tiba muncul berita infotaiment membahas tentang aku yang berjalan-jalan di komplek sekitar apartemen ku.
"heehh~ jadi kemarin malem kamu dimana?" Tanya Liona yang juga menyimak berita itu.
Akhirnya aku memutuskan untuk menceritakan tentang cafe ujung jalan, Votre Café. Mulai dari café yang self-order sampai barista yang visualnya seperti artis tapi sangat menjengkelkan, Theo.
"seriously!? Seganteng itu?" Tanya Liona sambil menikmati jasmine tea nya.
"what do you think kalau aku yang bilang ganteng?" kata ku sambil sibuk mencermati jadwal di HP.
"kalo kamu yang bilang ganteng, pasti ganteng banget sih. Level ganteng mu tinggi banget." Kata Liona yakin.
Aku hanya mengangguk dan beranjak ke kamar mandi dengan handuk di bahu ku.
"oh btw Sab, aku ngajak Jessy loh!" kata Liona sebelum aku masuk kamar mandi.
"lohh? Jessy udah balik dari UK?" kata ku kaget dan menghampiri Liona untuk memastikan.
"iyaa!! Makannya cepetan mandi sana! Kamu nggak malu ketemu penyanyi opera internasional tapi belum mandi?" kata Liona sambil mendorong ku masuk ke kamar mandi.
v
"Votre Café. Jadi ini cafenya?" kata Liona pelan.
Kami bertiga sudah berdiri di depan café yang sudah kuceritakan dari A-Z. Mungkinkah Theo sudah datang?
"ah! Selamat datang, Miss."
Sosok yang aku cari-cari ternyata menyambut kami di depan café. Dia terlihat sedang merapikan meja luar. Memang harus kuakui visualnya luar biasa.
"itu Theo."
Pernyataan ku membuat Liona dan Jessy terbelak kaget. Seperti yang sudah kuduga, mereka masih memeriksa Theo dari atas sampai bawah. Aku langsung menarik tangan mereka berdua dan masuk ke café. Di tempat order, aku melihat kembali pelayan yang membawakan Beef Filone ke meja ku kemarin malam. Aku melihat sekeliling ku dan ternyata café masih sepi. Aku memberanikan diri membuka topi dan masker ku. Lagi-lagi Liona dan Jessy terbelak kaget.
"selamat datang, miss Brielle. Sepertinya miss sudah tidak lagi khawatir dengan keamanan di café kami ya."
Kali ini aku yakin benar kalau semua staff di café ini tahu siapa perempuan yang kemarin malam datang kesini. Meskipun tau aku entertainer, mereka masih bisa jaga sikap. Luar biasa.
"hmmm. Sepertinya barista Theo tersangkanya bukan?" Tanya ku sambil tersenyum kecil. Pelayan perempuan ini tertawa. Sepertinya dia tahu apa yang ku maksud. Aku melihat tanda pengenal yang ada di kemejanya. Lili.
"akan saya sampaikan ke barista Theo soal itu. Silahkan pesanannya." Kata Lili sopan.
Tidak kuduga kalau café ini memiliki banyak sekali kelebihan. Meskipun begitu, satu kekurangan membuatnya berantakan. Lokasi.
"udahan dong ngliatinnya Li" kata Jessy sambil mendorong pipi Liona yang masih fokus ke Theo.
"gila, tu orang emang ganteng banget sih. Nggak tahan lihatnya." Kata Liona antusias.
"tapi emang bener sih Sab. Kamu kaya nemu lumba-lumba di air tawar. Visualnya ngga masuk akal" tambah Jessy.
Aku tertawa kecil tanda puas. Sepertinya level ganteng ku masih belum berubah. Aku melirik sedikit kearah Theo. Dia sedang membuat hot cappuccino ku. Berbeda dengan saat dia bicara, sekarang dia sangat fokus. Hmm.
"hot cappuccino, Ice Americano, dan pure cocoa." Kata barista Theo sambil meletakkan minuman kami satu per satu. Setelah itu, dia langsung beranjak pergi.
"eh Theo-"
Oh tidak. Itu spontan.
Theo berhenti dan melihat ke arah ku. Liona dan Jessy sudah mulai senyum-senyum dan menggoda ku karena terlalu spontan. Akhirnya sku berdehem seolah-olah membersihkan tenggorokan ku.
"maksudku barista Theo. Maaf." Kata ku lalu meminum hot cappuccino ku.
"aw - Shh" Aku lupa kalau hot cappuccino itu baru datang. Itu panas sekali.
Secara bersamaan Liona dan Jessy ikut khawatir. Mereka menepuk bahu ku dan membersihkan sedikit tumpahan hot cappuccino di meja.
"kau harus lebih berhati-hati, miss"
Theo memberikan sapu tangan berwarna cokelat dengan motif kotak-kotak. Bisa ku tebak itu punyanya sendiri. Aku masih ragu menerimanya. Melihat wajahnya yang kali ini serius dan tidak ramah seperti biasanya. Jangan bilang ini Theo yang asli?
"maaf." Kata ku singkat dan menundukkan kepala ku takut. Senyum lebar Theo hilang dan matanya menatap tajam.
Theo mengambil tangan ku dan meletakkan sapu tangannya di tangan ku. Aku sontak melihat ke arah Theo bingung. Tanpa berlama-lama Theo langsung berjalan pergi. Selang beberapa saat, Lili datang dan membawa lap meja.
"miss sangat ceroboh ternyata ya" kata Lili sambil tertawa kecil dan meletakkan segelas air mineral di meja.
"maaf ya." Kata ku dan membalas Lili dengan senyuman maaf.
"no-no miss. Barista Theo meminta maaf katanya"
Aku kebingungan. Aku lihat alis Jessy dan Liona juga mulai mengernyit tanda bingung.
"kenapa minta maaf?" Tanya Liona.
"saya juga tidak tahu miss. Mungkin besok kalau berkunjung kembali, Lili akan bantu jawab" kata Lili dan langsung pergi meninggalkan meja kami.
"aku masih nggak nyangka" kata Jessy tiba-tiba.
"nggak nyangka apa? Theo ganteng?" Tanya ku.
"nggak nyangka kalau Sabrina bisa sangat-sangat penurut."
Sindiran Jessy dilanjutkan dengan tawa lepas Liona. Mereka berdua memang menjengkelkan. Sama menjengkelkannya dengan Theo. Tunggu, kenapa Theo lagi? Aku harus berhenti mengaitkan semuanya ke Theo.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Caffe Latte
Любовные романы"Pahit dan manisnya hidup membuat ku bertemu dia, Caffe Latte ku." -Sabrina Brielle Sabrina Brielle, seorang selebriti yang berusia 17 tahun. Semua orang berasumsi bahwa kehidupannya sempurna dan bahagia. Berbeda dengan Barista Theo yang melihat Sab...