24. MENCARI KEMUNGKIAN DALAM SILUET POTRET USANG (2)

4.4K 463 58
                                    

Malam, Dears! ^^

Kaget ya ketemu Hara dua kali hari ini? Sama. Hara pun kaget. Whoho

Jadi, kalau besok enggak update, mohon dimaklumi, ya. Tapi Hara usahain update kok. Cuma andaikan saja.

Tadi yang bilang bab 24 bagian 1 pendek banget siapa? Hampir 1500 words lho itu. Nulis sambil jengking2 itu mah ...

Jangan lupa vote sebelum baca,
Dan komentar di akhir cerita.

Typo, bilang, ya!

So, here we are ...

Happy reading!

***

Dalam cinta, terdapat hukum yang sulit diubah. Semakin bertambah kadar cinta, semakin tinggi rasa takut kehilangan. Cemburu akan sering membuncah, bahkan bisa mengubah seseorang menjadi pemarah. Tak jarang muncul berbagai praduga yang menggiring pada opini semata.

Itulah yang terjadi pada seorang Evan. Aira tahu kalau Evan begitu mencintainya. Awalnya, pria pemalu itu tak memberikan batas apa pun pada Aira. Lambat laun, semakin meluasnya lingkup pertemanan mereka, Evan berubah.

Evan menjadi overprotektif dan tak ingin dibantah. Cemburu sesekali waktu, tetapi tak sungkan meminta maaf ketika salah. Aira pun tak mempermasalahkan hal itu selama masih berada di batas wajar karena takut kehilangan. Apalagi hanya Evan yang sabar menemani dirinya bila menjadi kekanakan. Hanya Evan yang mampu bertahan dengan sikap manja dan serba merajuknya. Jadi, jangan salahkan Aira jika dulu pria itu berhasil menjadi poros hidupnya hampir tujuh tahun lamanya.

Di usia muda dengan cinta begitu menggebu, Aira menutup mata bahwa dunia bisa saja runtuh ketika poros hidupnya lepas. Senaif itu, memang. Namun, Aira tak perlu lagi menyesali apa yang sudah terjadi. Dirinya tumbuh seiring jiwanya yang mendewasa.

Bersama Ardi, dia banyak belajar. Bagaimana mencintai secukupnya dan cemburu seperlunya. Dia sadar kalau kata cinta saja tidak bisa dijadikan alasan untuk membatasi seseorang, terlebih Ardi adalah seorang yang memiliki profesi jasa. Untuk itu, keduanya sepakat menguatkan pondasi dengan komitmen yang lebih kuat. Tak main-main, baik Ardi dan Aira bahkan tak memerlukan waktu menahun terlibat dalam hubungan pacaran yang tak punya arah. Tujuan keduanya jelas, yaitu pelaminan.

Tidak ada secuil keraguan dalam diri Aira ketika melabuhkan cintanya pada Ardi. Namun perlu diingat, melabuhkan cinta bukan berarti harus meninggalkan logika. Hampir dua tahun bersama, Ardi serupa malaikat untuk Aira. Banyak kebaikan yang Ardi ajarkan dan tanamkan. Berkiblat pada alasan itulah Aira menahan semua praduganya agar tak meluap dan berakhir merusak. Dalam lubuk hatinya, dia yakin kalau Ardi tetaplah Ardi yang dia kenal dan tak mungkin mampu mencuranginya.

"Hei, Sayang! Kamu kenapa melamun? Ada yang sedang mengganggu pikiranmu?" tegur Ardi.

Dia sengaja mampir ke rumah Aira pagi hari karena merindukan kekasihnya itu. Dua hari berlalu, Ardi baru mempunyai waktu untuk bertemu. Akan tetapi, sepertinya ada yang sedang Aira pikirkan sejak tadi karena wanita itu lebih banyak diam dan melamun. Belum lagi lingkaran hitam di bawah mata Aira yang menandakan semalam calon istrinya tak bisa tidur nyenyak.

"Huh?" Aira membalas tatapan Ardi. Kemudian dia tersenyum tipis. "Aku tidak apa-apa kok, Mas."

Posisi keduanya yang sedang duduk bersisihan di sofa, memudahkan Ardi untuk mengusap mata panda Aira.

TOO LATE TO FORGIVE YOU | ✔ | FINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang