school

51 43 13
                                    

air yang berada diatas daun kian jatuh ketanah....
Cahya surya pun lantas ikut menembus atmosfer bumi....
Udara segar nan sejuk menghiasi dunia pagi....
Burung gereja pun berkicau....
Aktivitas makhluk bumi pun dimulai....
Kini kita lihat apa sang mentari mampu memancarkan cahayanya untuk sang bumi, atau malah digantikan oleh awan mendung dengan hujannya yang menenangkan.....
Aku harap awan mendung selalu menemaniku, membuatku terlarut dalam alunan symphoninya yang membuat nyaman.....
Terbuai dalam kehadirannya yang memberi kenyamanan....
                              Vivi
                            11-03-2020

*Author pov*
Seperti burung gereja yang bersiap-siap untuk mencari makan kepada anaknya.
Sama halnya dengan gadis remaja tuli ini, ia harus belajar dan belajar agar kelak ia bisa sukses dan melepas semua penderitaan yang saat ini ia alami.

rasa semangat hidupnya ada ketika cahya sang mentari masuk melalui jendela kamarnya dan menyentuh kulit putihnya.
Ia percaya bahwa dimana ada cahaya disitulah ada harapan untuk menemukan titik kebahagiaan

Setelah selesai memakai baju seragam SMA nya ia pun bergegas menyiapkan bekal makanan untuk dibawa kesekolahnya.
ia sadar bahwa jarak yang ditempuh kesekolahnya itu cukup jauh, makanya dia tidak makan karna ia takut terlambat.

Setiap pagi biasanya ia berangkat dengan enjel adik sepupunya. Mereka biasanya berangkat menggunakan mobil serta supir pribadinya.

Vivi sudah setia menunggu adik sepupunya di depan pintu. tidak lama enjel pun datang dan mencium pipi ibunya, sedang kan vivi mengulurkan tangan dengan niat untuk memberi salam kepada bibinya, dengan kasar bibinya membalas.

"Kamu nggk usah salam-salam saya, saya jyjyk bersentuhan dengan tangan kamu, kamu seharusnya bisa belajar menerima bahwa saya sangat membenci babi tuli kayak kamu." Bentak tante vivi kepadanya.

Dengan mata yang berkaca-kaca vivi mengatakan " iya tante".
Ia paham apa yang di katakan oleh tantenya itu.

"Cepat vi!!! kamu tuh nyusahin banget sih, udah tuli trus kerjanya nyusahin.
Aduh mungkin tuhan nyesal ciptain lo." Cemooh enjel kepada vivi.

dengan mata yang berkaca-kaca ia berjalan menuju mobil yang sudah diduduki adeknya.

Niat jahat terlintas dipikiran enjel, ia berniat membuat vivi terlambat kesekolah.

Enjel memberikan kode bahwa vivi harus stop.
dan enjel meminta vivi memberikan tangannya  melalui kaca mobil.

Setelah meraih tangannya ia menutup pintu kaca mobil dengan cepat sehingga jari jemari vivi yang sebelah kanan terjepit.

"Sakitttt, jel.....
Buka jel sakit....." Rintih vivi kepada enjel.
tidak hanya itu enjel menyuruh sopirnya agar menyetir berjalan.

"Jel lepas jel ,sakit ....."
Vivi merintih kesakitan.
Ia tidak tau apa yang harus ia lakukan jika ia tarik paksa ia takut tangannya semakin parah, ia hanya bisa menangis merasakan sakitnya itu.

Setelah 20 meter enjel membukakan kaca mobilnya sehingga vivi lepas dan terjatuh di jalan aspal yang keras itu.

Sambil mengusap air matanya ia tidak lupa melihat lututnya yang berdarah dan tergores terkena aspal.

Selama beberapa menit ia menangis sejadi-jadinya ditengah jalan, hingga ia sadar bahwa sebentar lagi bel sekolah akan berbunyi.

"Tega kamu jel......" batin vivi.
ia kemudian berdiri dan mengusap air matanya.
Ia berjalan sembari menunggu angkot datang.

Dengan jalan merangkak ia mendekati gerbang sekolahnya, terlihat ada seorang guru  piket yang menghukum murid yang terlambat.

"Lah kamu kenapa vi???
kok rok mu robek, trus jarimu kenapa merah??"
Tanya guru piket tersebut dengan gerakan isyarat.  Bapak itu tak lain adalah pak dedi guru matematikanya.
"Saya tadi jatuh pak, maaf pak saya terlambat."
"Iyah gpp nak, kamu kan murid berprestasi mana mungkin kamu sengaja.
Yaudah sana masuk, kamu bapak bebaskan."
"Terima kasih banyak pak."
"Iy sama-sama nak."

Melihat hal itu salah satu murid cewek iri kepada vivi dan berkata
"Yah mana bisa pak , saya aja nggk sengaja terlambat , kenapa dia bisa lolos, seharusnya saya juga nggk di hukum dong pak!!.
Yahhh gitu tuh kalo rezeki anak tuli, selalu aja ada yang ngebelain", seru vina.

Untung vivi tidak melihat apa yang dikatakan vina sehingga ia bisa terus  berjalan kekelasnya.

"Jaga mulut mu vin!!!!
Dia itu temen sekelas kamu, dan kamu pasti udah tau seberapa baik dia orangnya, atau jangan-jangan kamu iri???", Seru bapak dedi dengan sinis.

"Yah enggak lah pak , buat apa saya iri sama dia, dia kan tuli nggk selevel sama saya, yaudah deh pak saya pergi dulu, hukuman saya udah selesai."

"Astaga, ni anak emang gk ada atitude nya sama sekali. Yaudah pergi sana , ingat!!!! Jangan belok ke kantin , langsung ke kelas."

"Iya pak."

tears and rainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang