school

53 43 17
                                    


"Assalamualaikum" ucap vivi kepada seluruh teman sekelasnya.
Tidak ada jawaban yang ia lihat.
Ia berjalan menuju bangkunya, ketika hendak duduk, salah satu teman sekelasnya menarik bangkunya dari belakang sehingga ia jatuh terpental kelantai.

Iya....siapa lagi kalo bukan tina, dari kelas satu tina memang membencinya.
dia tidak tau karna apa.
yang jelas bukan hanya tina melainkan rata-rata seluruh teman sekelasnya.

"Sorry saya buta, saya nggk lihat!!"
mendengar hal itu sontak seluruh teman sekelas nya tertawa terbahak-bahak.

Vivi hanya diam dan menghapus perlahan air matanya yang sudah terbendung sejak ia jatuh.

Ia tidak merintih kesakitan, karna ia tau bahwa tidak akan ada seorangpun yang peduli padanya.

Ia berdiri, tanpa ia sadari luka yang ada dilututnya semakin parah. darah segar berceceran di lantai.

"Lah jijik anjir, pagi-pagi udah bikin mual kau bangsat", ujar tina dengan nada yang ditinggikan.

Mendengar hal itu sontak seluruh org di kelas melihat darah itu.

Ada yang merasa jijik, dan ada pula yang hanya diam karna darah yang berceceran itu terlalu banyak.

"Lah knapa lo diam taik, cepat lo beresin", bentak tina kepada vivi.

"Lo bodoh atau apa!! dia mana bisa denger dia kan budeg", seru johan dari sudut kelas.

Mendengar hal itu tina langsung meraih kepala vivi dan menundukkannya hingga kelantai yang berceceran akan darah itu.

"Nih bangsat, jilat anjing...".

Vivi hanya bisa menangis akan hal itu.

Secara berulang tina mendorong kepala vivi kelantai itu.
Bagai kain pel wajah vivi dibuatnya.

Vivi tidak bisa melawan karna ia tau semakin dia melawan semakin keras yang akan di berikan tina kepadanya.

Ia hanya bisa menangis.
Air matanya jatuh ke atas darah yg berceceran itu.
Sebagian darah dilantai itu bersih disapu oleh wajahnya.

tak ada yang merasa iba, mereka hanya tertawa menyaksikan hal itu.

"Udah saya capek", seru tina.

Vivi kemudian berlari menuju toilet.
Ia memasuki salah satu toilet yang kosong.
dia menangis sambil menggigit tangannya,
menangis tanpa bersuara itulah yang bisa ia lakukan.
Ia takut jika ada yang mendengarnya maka ia akan semakin dibuli.

Disisi lain tina bersama dua kawannya mengikuti vivi dari belakang.
"Lah mau kemana tu bangsat??" tanya eka kepada tina
"Lah mana ku tau, emang die kerabat gue??! Nggk kan!!! Iya kali gua punya kerabat tuli kayak dia", seru tina kepada eka.
"Dasar gilak lu pade, kalian buta atau emang bodo sih??
itu kan toilet anjir", seru irma yang geram akan tingkah bodoh sahabatnya itu.

mereka mengikuti vivi hingga ke toilet dan melihat bahwa salah satu pintu toilet terkunci, dan mereka yakin bahwa itu adalah vivi.

"Beruntung gk ada orang, jadi kita bisa ngerjain vivi lagi", seru tina kepada kedua temannya itu.
dan tina hanya mendapat anggukan dari sahabat nya itu.

"Eka!!! Please ambil ember yang berisi air bekas ngepel itu", pinta tina kepada eka.
"Nih" seru eka sambil memberikan apa yang diminta oleh tina.
Ok thanks ucap tina.

Dengan cepat tina melemparkan air kotor itu kepada vivi.
Ia melemparkannya melalui atas pintu dari toilet yang sedang vivi tempati tsb.

Byurrrrrr....
Kumpulan pasir kecil serta air berwarna coklat yang pastinya kotor dan bau amis bersemayam di seragam vivi.
Vivi hanya menangis dalam diam dan semakin menguatkan gigitannya.

Setelah kejadian itu tina dkk berlari sambil tertawa terbahak-bahak.
"rasain tuh anak anjing, gue jijik kalo dia masih di sekolah ini, gue mau dia keluar karna gk betah, makanya kita harus tetep ngerjain dia", seru tina kepada kedua temannya itu.
"Iya aku juga setuju" jawab irma.

Air mata vivi mengalir deras, tangannya sudah berdarah karna dia gigit terlalu keras.
"Batin vivi berkata"
Ya tuhan...
Darah yang kau ciptakan dalam tubuh ini sudah terbuang sia-sia...
air mata berharga ini sudah jatuh tanpa harga...
harga diri hilang....
diinjak-injak oleh mereka yang kau ciptakan dengan seberkas kesempurnaan dan kebahagiaan sehingga mereka dengan leluasa menari-nari di atas harga diri ku ini.

Iya... aku tau aku tuli....
aku tau aku tidak punya ayah dan ibu, tapi setidaknya mereka harus tau aku itu masih hambamu. Hambamu yang membutuhkan sedikit kebahagiaan di atas dunia yang kau ciptakan ini.

Untuk apa aku berjalan kalau pada akhirnya aku akan terjatuh?
Untuk apa aku tersenyum kalau ujung-ujungnya malah tergantikan oleh air mata??
Untuk apa aku memandang dunia lebih luas kalau pada akhirnya aku malah tersisihkan??
dan terakhir ya tuhan...
untuk apa aku hidup kalau hanya untuk di siksa??
jawab ya tuhan....

Aaaaaaaaa.....
vivi berteriak sambil mangacak-acak rambutnya,
tanpa ia sadari rambutnya sudah banyak yang rontok dan jatuh ke lantai.

Ia tidak berniat untuk masuk kelas, ia ingin bolos.
ia tidak mau melihat makhluk-makhluk sempurna yang ada dikelasnya itu.
Ia bersandar ke dinding toilet dan duduk di lantai.
Ia tidak menangis lagi ia hanya termenung melihat ke langit-langit toilet tsb. dan tanpa ia sadari ia pun tertidur.


tears and rainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang