BAB 1

11 1 0
                                    

Senin, pukul 07.00 wib.

Seorang gadis dengan pakaian formalnya, memasuki sebuah gedung dengan jalan yang tergesa-gesa untuk melakukan sesi wawancara penerimaan karyawan baru disebuah perusahaan. Gadis itu bernama Vanya Aulia Mentari, gadis sederhana yang manis, dengan lesung pipit yang mehiasi kedua pipi tembam menjadi daya tariknya.

Tidak membutuhkan waktu yang lama, sesampainya didepan ruangan ia pun segera merapihkan penampilannya yang sedikit berantakan karena berlari kecil, kemudian menarik nafas dalam untuk menghilangkan rasa gugup dan kembali berjalan memasuki ruangan tersebut untuk menjalani tes wawancara.

"Selamat pagi pak," sapanya.

"Iya, selamat pagi juga. Silahkan duduk, supaya tidak mengulur waktu mari kita mulai sesi wawancaranya." ujar salah satu petugas personalia perusahaan tersebut. Deng6an mengangguk sopan, Vanya pun mulai menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan pria paruh baya itu. Hingga beberapa menit, sesi wawancara pun selesai.

"Selamat, anda diterima diperusahan ini. Selamat bergabung diperusahaan kami nona, semoga kesempatan ini digunakan dengan sebaik-baiknya. Dan minggu depan, anda bisa mulai bekerja diperusahaan kami."

"Terima kasih pak, atas kesempatan yang bapak berikan. Mohon bantuan dan bimbingannya." meraka pun berjabat tangan.

Akhirnya ia pun keluar ruangan dengan perasaan lega, rasa gugup yang hinggap dihatinya akhir hilang dan terganti dengan perasaan senang dan syukur karena lamarannya diterima oleh salah satu perusahaan terbesar dikota jakarta. Dengan senyum yang tak pernah pudar, ia pergi meninggalkan gedung besar itu beranjak pulang.

Diperjalanan pulang menuju rumah, Vanya menyempatkan diri terlebih dahulu untuk berbelanja baju dan keperluan lainnya yang dibutuhkan saat bekerja nanti, disalah satu mall yang berjarak dekat dengan gedung tempat ia akan bekerja nanti. Setelah keperluaannya terpenuhi, vanya pun bergegas hendak  pulang.  Namun saat ia berjalan keluar pintu mall tanpa sengaja, karena tergesa-gesa ingin segera pulang ia pun menabrak orang didepannya.

Brukkk...,

"Aduh maaf, maaf enggak sengaja." ucap vanya sambil membungkukan badan dan mengambil belanjaannya yang terjatuh.

"Hm..." jawab dingin laki-laki didepannya, dengan membantu mengambil belanjaan vanya yang jatuh didepannya.

Saat mereka menegakkan tubuh mereka kembali, laki-laki itu memberikan belanjaan vanya dan tanpa sengaja netra mereka bertemu satu sama lain. Tanpa sadar, vanya terdiam beberapa saat tenggelam oleh pesona laki-laki didepannya.

"Terpesona nona? Ini belanjaanmu." ucap laki-laki itu.

"Hah..." dengan gelagapan vanya pun mengambil belanjaannya itu.

"Ma..makasih" ucap vanya.

"Hm..." jawab deheman lagi laki-laki itu.

"Kalau begitu, saya permisi duluan." pamit vanya pada laki-laki itu. Tapi saat vanya hendak beranjak pergi, tangannya ditahan oleh laki-laki itu.

"Tunggu sepertinya kita pernah bertemu, tapi dimana ya?" ucap laki-laki itu yang kembali menatap teliti wajah vanya yang tak terlihat asing baginya. Sedangkan vanya mengernyitkan dahi, menatap heran laki-laki itu.

"Benarkah? Mungkin kau salah orang." jawab vanya memberanikan diri menatap laki-laki itu. Dan iya, ia teringat kejadian 6 tahun yang lalu. Dunia itu memang sempit, benar apa yang dikatakan pepatah. Bagaimana bisa dia bertemu kembali dengannya, setelah 6 tahun berlalu. Agar tidak menimbulkan kecurigaan, vanya pun segera pamit sebelum laki-laki itu menyadari sesuatu yang akan membuatnya malu akan kejadian itu.

"Maaf sebelumnya, tapi saya sedang terburu-buru. Sekali lagi, saya minta maaf karena tidak hati-hati saat berjalan. Saya permisi." pamit vanya yang meninggalkan laki-laki itu dengan tanda tanya besar dipikirannya.

                               ***


Gimana... Penasaran enggak sama cerita selanjutnya???

Kalau penasaran, follow , vote, n komen ya.💖💖💖













SANG PENANTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang