Kami deket itu udah seperti keluarga sendiri, pulang bareng, makan bareng, dan kadang liburan juga bareng. Tetapi, suatu hari, saat aku pulang sekolah, Akbar dan Tara memiliki kelas tambahan dengan guru olahraga. Dan aku memutuskan untuk pulang sendiri. Saat aku masuk ke gerbang komplek rumahku, dari kejauhan aku melihat 2 orang yang sepertinya aku pernah lihat sebelumnya. Benar saja, mereka adalah anak komplek sebelah rumahku dan tidak kusangka, mereka mengajak aku untuk bergabung dengan geng motornya, sebut saja nama mereka Eko dan Rafi, soalnya banyak banget nama panggilannya. Setiap orang memanggil mereka berdua dengan nama yang berbeda-beda.
"Jov, ikut geng motor gw lah, masa anak cowok gapunya geng." Eko memanas manasi.
Pastinya, aku ga menolak karena aku cinta dengan motor dan aku ingin menjadi populer. Padahal dulu, Tara dan Akbar selalu menasihatiku agar tidak bergabung dengan geng motor karena menurut mereka geng motor itu tidak baik. Akbar selalu memberiku lirik lagu milik Young Lex.
Jalan santai konvoi pake motor baru
Bukan geng motor yang suka rusuh
Mending klub motor yang suka membantu
Sebenarnya aku tahu geng motor itu tidak baik. Tetapi, masa iya ada yang nawarin aku untuk bergabung dengan geng motor dan aku menolaknya. Ini merupakan salah satu impianku. Ini kan sebuah pencapian yang bagus buatku.
Setiap hari, aku bermain dengan geng motor baruku. Pulang sekolah aku langsung bergegas pulang dan membawa motorku ke basecamp biasa kita nongkrong. Bahkan aku sampai jarang bermain dengan Tara dan Akbar. Aku seperti melupakan mereka. Tetapi menurutku, pasti mereka ngerti lah. Anak cowok yang sudah menemukan impiannya. Pastinya gak bakal ditolak begitu saja. Aku juga mengikuti geng motor ini dengan alasan ingin terkenal saja. Aku sangat butuh itu.
Tetapi itu semua salah, aku tidak tahu di dalam geng motor tersebut terdapat beberapa provokator-provokator yang selalu mengajak tawuran dan aku selalu terlibat.
Dan pada suatu hari, saat aku sedang terlibat dalam tawuran, polisi datang seperti singa yang mencari mangsa. Sialnya aku, anggota geng yang lain ada yang membawa motorku dan aku pun tertangkap oleh anggota polisi. Dan disitu aku diinterogasi oleh anggota kepolisian. Aku sangat takut disana. Aku menjawab semua pertanyaan dengan terbata-bata seperti anak bayi yang baru belajar berbicara. Disana, aku membela diri dan aku berkata aku tidak mengetahui apa apa, memang aku tidak mengetahui apa-apa, karena aku hanya diajak dan sebenarnya aku terpaksa karena takut dibilang pengecut. Dan juga, aku menyebut nama Eko karena dialah salah satu provokator.
Setelah proses yang cukup lama, akhirnya aku di loloskan oleh anggota polisi karena dinyatakan tidak bersalah dan Eko pun pun diincar oleh anggota kepolisian. Setelah aku di loloskan, aku berfikir aku akan terbebas dari geng motor tersebut. Tetapi aku salah, Eko mengetahui bahwa aku menyebutnya saat aku sedang di interogasi. Sepulang dari kantor polisi, dari kejauhan aku melihat berisan motor yang berbaris dengan rapih bagai anak SMP yang ingin upacara. Ternyata aku sudah ditunggu oleh Rafi dan anggota geng lainnya karena Eko sudah memberi tahu gengnya bahwa aku lah yang menyebabkan Eko di incar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Motor dan Sahabat
Short Story"Katakan pada sahabatmu, aku tak bisa berjanji bisa mengatasi masalahmu namun akan kujanjikan kita akan selalu menghadapi masalah itu bersama."