Motor dan Sahabat

32 6 2
                                    

"Jov...Jov...beraninya bawa bawa nama orang, kayak bocil lu, sini kita kasih kenang-kenangan." Rafi menyindir.

Aku pun dikeroyok habis-habisan. Benar saja, aku diberi sebuah oleh-oleh. Badanku biru-biru terutama hidungku, hidungku bengkak sangat besar bagaikan jambu yang siap dipetik.

Kebetulan sekali Tara dan Akbar lewat jalur dimana aku sedang dikeroyok.

"Bar, itu si Jovan kan, kok dia sekarang jadi gitu ya, ayo lah bantuin!" Tara khawatir,

"Kayanya si iya, itu si Jovan, udahalah ngapain, kita aja dilupain, ingat aja lirik lagunya Bondan Prakoso." Akbar kesal.

Hari-hari yang kan ku jalani

Kini semua kan terasa sunyi

Walau hampa pasti ku hadapi

Ku ucapkan selamat jalan

"Eh jangan gitu dong, dikira sahabat kita udah meninggal. Dia belum sadar aja Bar. Walaupun dia pernah ngelupain kita, dia tetep sahabat kita, ayo lah bantuin!" Tara menasihati,

"Aku punya ide. Jadi gini, kan kalo kita nelfon polisi pasti datangnya lama, jadi Bar, nanti kamu lari kearah mereka." Tara menyusun strategi,

"Eh...Eh...Yakali Tar, yang ada aku kena keroyok juga." Akbar memotong,

"Sabar, kamu lari kesana sambil terlihat panik dan kamu teriak bahwa kamu sedang dikejar polisi dan aku menyalakan sirine polisi menggunakan hp dan speaker ku. Kan pasti mereka juga kabur." Tara menjelaskan,

"Oh iya iya, oke oke." Akbar menurut.

Akbar pun melakukan strategi yang sudah di susun oleh Tara dan strategi itu pun berjalan dengan baik. Rafi dan kawan-kawannya sangat panik dan lari berhamburan sampai-sampai mereka lupa membawa motor mereka.

Tara dan Akbar pun menghampiriku.

"Aduh Van kamu sekarang kenapa jadi kayak gini. Bar ayo bantu bawa ke rumah sakit." Tara meminta tolong,

"Ayo-ayo, 1, 2, 3 angkat!" Akbar berteriak.

Akhirnya aku pun dibawa ke rumah sakit, dan kata dokter, aku mengalami patah tulang.

"Jov, udah enakan kan sekarang lukanya?" Tara khawatir

"Udah enakan kok. Lagipula kan laki-laki tanpa luka itu laki-laki tanpa cerita. Hahaha"

Mereka pun tertawa.

Aku pun sangat berterima kasih kepada Tara dan Akbar karena mereka sudah menolong aku. Aku juga meminta maaf sudah melupakan mereka dan mengaku sudah salah memilih teman.

"Iya iya santai, kita juga sering ngelakuin kesalahan dan kamu pun juga masih memaafkan dan kamu kan tetep sahabat kita, ya pasti kita tolong." Tara memaafkan. Akbar membalas

"Iya aku juga maafin kamu kok Jov, karena aku teringat sebuah lirik lagu dari Potret." Akbar menambahkan.

Mungkin ku mau memaafkan kembali

Demi cinta yang ada di hatiku

Meloloskanmu dari kata pisah

Aku pun tertawa dan kangen mendengar stok lirik lagu yang Akbar punya.

Walaupun aku tahu sepertinya aku akan kehilangancita-citaku menjadi polisi. Aku masih bisa tersenyum karena aku masih bisamemiliki sahabat-sahabat di sampingku saat aku sedang merasa sedih. Memangkehilangan cita-cita itu sangat sedih, tetapi lebih sedih lagi jika kitakehilangan sahabat yang sudah menemani kita dari dulu. Aku sangat beruntungmemiliki mereka. Terima kasih Tara danAkbar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Motor dan SahabatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang