-PROLOG-

59 12 28
                                    


"Sumpah panas banget gila, ini pemerintah gaada niatan buat pasang ac di jalanan gitu?" keluh Redian. Hari ini memang panas. Suhu di Jogja mencapai 32 derajat, cukup panas untuk seorang temperamen seperti Redian.

"Anak-anak pada nongkrong ga ya?" pikir Redian. Tanpa pikir panjang Redian langsung membuka ponselnya dan menghubungi Hikal.

"Oit, kenape?" Balas Haikal

"Anak-anak pada nginpo ga?"

"Iyaa, banyakan ini ada Nando, Steven, Dion, cepet lah lu gas sin, Bu Endang ulang tahun makanya angkringan 100% gratis!!"

"Otw, tungguin".

Redian Putra Wianda, remaja laki laki yang berasal dari keluarga Wianda, salah satu keluarga yang memiliki nama di Jogja. Sekarang ini Redian menempuh pendidikan nya di SMAN 6 Yogyakarta. Redian memilih sekolah di negri karena dia ingin menjadi orang normal. Banyak orang takut akan keluarga Wianda, tapi berbeda dengan Redian. Ia mencoba menjadi orang yang humoris, Hangat, namun Redian masih mengusahakan, itu karena ada sesuatu dalam diri Redian yang ia dari orang-orang termasuk sahabat-sahabatnya. 

Redian adalah pribadi yang baik, tampan, dan juga pribadi yang mencoba untuk menjadi lebih baik, setidaknya ia berusaha untuk menutupi sifat aslinya yang merupakan warisan dari keluarga Wianda, yup tidak salah lagi, dingin dan ditakuti. 

"Wiihhh, Selamat selimit bu Endang, traktirannya dongg" ujar Redian sembari mematikan motornya.

"Gile lu, dateng dateng langsung minta traktiran, salam dulu kek bego" kata Steven tertawa.

"Wah, iya lu parah banget ..." kata Dion menyauri.

"Udah udah gapapa, ambil aja Le, jangan banyak banyak tapi ya, ibu bisa bangkrut hahaha" ujar bu Endang menengahi mereka.

Didalam kalutnya pikiran Redian, ia masih terus berharap pada satu hal. Semoga ia akan bahagia.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

-REDIAN-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang