Flash Fiction
"Apa kau percaya adanya hantu?" Rambut khas itu berkibar penasaran. Pria dengan kepala bercahaya di hadapannya sibuk menciptakan bunyi tik tik tik menggunakan laptop. "Ya." Tanpa menoleh ia menjawab. Wanita itu melipat tangan di depan dada, lalu bertanya, "jadi, kenapa kau tidak percaya adanya cinta?"
Tertarik dengan topik pembicaraan, ia mengangkat kepala dengan smirk yang terpampang. "Nyonya Granger, hantu itu memiliki wujud, sedangkan cinta tidak. Itu adalah dua hal yang berbeda. Penghuni dunia lain akan menangis karena kalimatmu."
Lidah Hermione berdecak sebal. "Ya, tentu saja. Mereka juga akan menangis karena tugasnya diambil alih olehmu." Termakan umpan, Draco mengangkat sebelah alis. "Apa maksudmu?" Bukannya menjawab, Hermione membalik badan dengan senyuman puas.
■■■■■
Flash Fiction
Paru-parunya terisi penuh oleh udara segar. Ia menoleh, mendapati gadis yang mekar seperti bunga sedang menutup kedua mata. "Kenapa ada orang yang mau repot memikirkan bentuk bumi? Padahal isinya saja belum semua bisa dijelajahi."
Merasa terusik saat menikmati senja, dia membuka matanya. "Itu karena mereka manusia, wajar jika ingin tahu banyak hal. Lagi pula, kau tidak penasaran dengan isi langit yang selalu bisa kau lihat?" Lidahnya berdecak, tak puas dengan jawaban itu.
"Tidak, karena aku bukan manusia seperti mereka," ketusnya. Hermione menoleh dengan mulut terbuka. "Wah! Jadi ... kau itu siluman naga sungguhan, Malfoy?!" Mendengar itu, Draco sontak menepuk jidat. Apa yang akan terjadi jika dia menjadi ibu dari anak-anaknya?
■■■■■
Flash Fiction
"Saat bersamamu, bahkan neraka terasa sejuk. Mimpi yang paling buruk sekalipun, akan minder karena kehadiranmu. Bulan memilih resign menghiasi langit malam, jika kau tersenyum dikala kelam. Puas?" Wanita disebelahnya tertawa geli. "Kenapa kau tidak bisa romantis?"
Kepala bersurai pirang itu mengalihkan pandangan. "Hal romantis hanya dilakukan oleh orang-orang bodoh," ketusnya. Hermione tersenyum, merasakan api perang yang mulai berkobar.
"Lalu, apa yang dilakukan orang-orang pintar?" Senyap sejenak, dia kesulitan menjawab. "Mana kutahu! Kau kan Nyonya-Tahu-Segalanya, jawab saja sendiri!" Hermione terkekeh, menimbulkan rasa bingung di kepala Draco.
"Aku tidak tahu segalanya, Malfoy. Termasuk isi kepala pirangmu, bahkan hatimu."
■■■■■
C E R P E N
Tumpukan kertas memenuhi kedua tangannya. Peluh menggantikan tugas hujan, membanjiri wajah yang dipenuhi rasa cemas dan gelisah. Bola matanya celingak-celinguk, tidak berniat menabrak mahkluk dalam wujud apapun.
Sebuah kepala yang kontras ditimpa sinar matahari menarik atensinya. Hermione tersenyum senang, ini saat yang tepat untuk menjadi seorang Ratu Drama. Cepat-cepat dia mendekati pria yang sedang asik bersantai dengan secangkir kopi, menikmati pagi indah yang santai di halaman depan kantor.
"Huuhh ... ini terlalu berat, tanganku pegaall ...! Eh? Ternyata ada kau, Ron. Bisa tolong bantu aku?" Dia memasang senyum terbaiknya, berharap sifat pemalas Ron bisa lenyap untuk sesaat.
Pria itu menoleh, mengangkat cangkir plastik yang ada di tangan kanannya. "Aku sedang minum kopi, Hermione. Lagi pula ada banyak orang di kantor ini. Kenapa harus aku?" Senyum Hermione luntur, gravitasi menarik turun harapan yang sempat dia lambungkan.
"Aku cuma butuh sedikit tenagamu, Ron! Kenapa kau tidak pernah bisa mempermudah hidupku, sedangkan aku sudah sering menyelamatkan masa depanmu!" protes Hermione menggebu-gebu. Kenangan saat ia berulang kali menyelamatkan Harry dan Ron yang hampir dikeluarkan dari sekolah saat SMA, terputar di kepalanya bagaikan film lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hogwarts Grup Chat: Strange Squad
HumorKetika penyihir ketularan muggle, ini lah yang akan terjadi... WARNING! CERITA INI BERISIKAN CHATINGAN PERKUMPULAN ANEH DI HOGWARTS.