2. Kasih Tak Sampai

10 2 5
                                        

Sesuai ekspetasi, Nemo yang paling duluan sampai di warung Bu Yayuk. Itu juga karena Nemo yang curang, karena berlari dahulu sebelum berkata jika tengah menantang Dina untuk berlomba lari. Mau tak mau, karena Dina sudah kalah, maka ia berhak mentraktir Nemo.

"Whahahaa, kalah lo," ucap Nemo cekikikan menertawai Dina.

Dina menarik napasnya sejenak. Sebenarnya warung Bu Yayuk itu tidak jauh. Tetapi, karena harus mengejar Nemo yang larinya seperti cheetah itu ia sekarang menjadi ngos-ngosan.

"Ngapain nih kok ngos-ngosan?" tanya Bu Yayuk yang memperhatikan kedatangan mereka dari dalam warung.

"Ngejar Nemo tuh Buk, gak ada akhlak emang," jawab Dina menujuk-nunjuk wajah Nemo penuh kesal.

Dina heran, kenapa Nemo tidak kelihatan ada kesal-kesalnya sama sekali. Sedangkan dirinya sudah seperti ikan yang kehabisan air.

"Pasti mengejar cintanya Nemo ya?" tanya Bu Yayuk tersenyum pada Dina.

Pertanyaan Bu Yayuk berhasil membuat pipi Dina merah merona, sedangkan Nemo hanya tertawa saja memperhatikan wajah Dina yang terlihat menggemaskan saat kesal.

Dina menggelang cepat. "Eh, enggak Buk,"

"Lo tuh kebesaran badan, makanya kesel," ujar Nemo pada Dina, "Liat gue nih langsing, enggak ada kesel-keselnya,"

"Pa'an tuh, malah krempeng kaya lidi! Cacingan lo?" tanya Dina sedikit ngegas, karena tak terima atas pernyataan Nemo.

Sebenarnya Dina itu heran pada Nemo yang selalu memamerkan badannya, padahal badannya itu kurus seperti orang kekurangan gizi. Apalagi, ditambah dengan tubuh Nemo yang tingginya seperti tiang listrik.

Tapi jujur, jika ia melihat Nemo memakai kaos hitam, dan celana pendek putih, untuk badan yang kurus dan tinggi itu Nemo terlihat tampan sekali. Tak heran memang jika fans-nya Nemo ini ada dimana-mana, tak hanya fans yang ada di sekolah saja.

"Yaudahlah lo mau minum apa?" tanya Nemo tiba-tiba.

Wajah Dina seketika berbinar-binar. Apakah Nemo sudah lupa dengan perjanjiannya tadi?

"Bayarin ya," ucap Dina, mengeluarkan senyum manisnya pada Nemo.

Nemo menatap Dina malas, "Padahal lo yang kalah,"

Ini saatnya Dina mengeluarkan senjata puppy eyes nya pada Nemo. Ia yakin, Nemo pasti akan luluh jika ia mengeluarkan jurus andalannya itu.

"Iya-Iya gue bayarin," ujar Nemo.

Yess, batin Dina. Ia mengepalkan tangannya, lalu menggerakannya kebawah seperti orang kesenangan sehabis menang undian.

"Es teh dua," ucap Dina berteriak pada Bu Yayuk sembari memperlihatkan jarinya yang mengisyaratkan angka dua.

"Oke, ditunggu," jawab Bu Yayuk memberikan jempolnya pada Dina.

"Anjim, lo dehidrasi beneran? Kok sampe mesen dua?" tanya Nemo menatap Dina tak percaya.

"Ya kan dua, sama lo," jawab Dina santai.

"Oh sama gue, kirain kehabisan cairan," ucap Nemo tertawa.

Tak lama kemuadian, Dina melihat sebuah mobil merah berjalan pelan melintas di depan matanya. Sepertinya ia kenal dengan seseorang yang tengah mengeluarkan kepalanya di kaca jendela mobil merah itu.

Setalah Dina perhatikan dengan teliti, ternyata yang terlihat di kaca jendela mobil itu adalah kepala milik Dino, adik Dina. Dina semakin yakin, jika yang sedang menyetir mobil itu adalah ibunya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 29, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DINAMOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang