.
.
."Heh lu Jisung sini!" Teriak gadis di depan pintu kelas, tangannya terlipat di depan dada.
Jisung mau tidak mau menghampiri gadis itu dengan langkah malas lalu menatapnya. " Apa si kak! Pagi pagi ya udah ngegas aja."
Jina, nama gadis yang sedang menatap pria lebih tinggi darinya itu. Tanpa basa-basi lagi Jina menarik tangan besar Jisung dan menyeretnya ke lantai dasar sekolah lebih tepatnya kantin. Sesampainya di sana Jina mendudukan Jisung yang sangat cerewet itu, menyebalkan.
"Lu tunggu sini, jangan kemana-mana awas lu!"
"Iya dih galak banget." Jisung merebahkan kepalanya di atas lipetan tangan yang ia buat di atas meja.
Tanpa berlama-lama lagi akhirnya Jina kembali kemejanya dengan membawa satu kotak makan yang ia beli.
"Makan."
"Apaan nih?"
"Makan, lu belum makan kan?"
"Lah kok tau?"
"Ya tau lah, orang bunda lu yang nitipin uang buat makan lu, udah cepat makan." Jina bermaksud untuk pergi namun tangannya tertahan. "Apa lagi??"
"Temenin."
"Dih makan aja sendiri."
"Nggak mau, maunya kakak temenin Jisung."
"Ogah."
"Ayolahhh ya ya ya!!"
Jina menahan nafas dan duduk di kursi depan Jisung. "Cepat makannya, gue mau PM."
"Oke." Jisung memakan dengan lahap sedangkan Jina hanya menatapnya geli.
Kenapa dia harus dipertemukan dengan pria bongsor tapi bersifat bayi gini? Jina benar-benar merasa pusing.
Beberapa menit Jina menemani Jisung makan akhirnya bel PM atau bisa di sebut pendalaman materi ini. Jina beranjak pergi tapi lagi-lagi tertahan.
"Apa lagi si buset dah." Ucap Jina kesel rasa ingin menjambak.
"Ini belum selesai kak!"
"Yaudah lah lanjut."
"Nggak mau kalau nggak di temenin kakak."
"Ish, gini-gini hum. Jadi gue kan mau lulus nih nah pasti harus butuh nilai tinggi kan, nah kalau gue nggak ikut ini PM ntar gue jadi bodoh gimana? Terus nggak lulus gimana? Lah malu gue."
"Oh iya juga ya, yaudah lah sana! Belajar biar pinter ya kak."
Jina menganguk lalu berlari menghampiri lokernya yang berdekatan dengan perpustakaan.
Bugh!!
Buku yang Jina jatuh berserakan itu karna ulah gadis yang berpura-pura terkejut.
"Ups, jatuh deh, sorry nggak liat." Jina menghelang nafas, bola matanya menatap marah ke arahnya.
"Maksudnya apaan si Naeun?" Tunjuk Jina.
"Hm apa ya.. nggak ada maksud apa apa si, cuman sengaja aja biar jatuh, ups keceplosan." Naeun tertawa anggun tapi maaf itu menjijikan. Jina menendang kaki Naeun yang menginjak bukunya.
"Lagi jugakan lu ngapain di tengah jalan? Ini kan loker bukan buat lu doang." Naeun mengambil bukunya dan menyender di lokernya.
Tadinya Jina ingin membalas atas bacotan Naeun sayangnya Lucas datang dari belakang membuat Naeun berbunga-bunga dan berusaha bersikap baik padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Benci Dan Cinta
Romance"Kisah kita memang suka di permainkan oleh takdir tuhan yang amat rumit. Bahkan seringkali kisah kita di bolak balik layaknya kertas." bagaimana Jina bisa cinta dengan Jisung? padahalnya dia sangattt benci? apakah ini semua takdir?