-June ❁-

145 22 1
                                    

"Tumben sekali kau berada duluan di ruang osis." Albert menarik kursi yang ada kemudian duduk.

"Albert-san... Tidak ada apa-apa kok, hanya saja belakangan saya sedang stress makanya saya memutuskan untuk tidak datang ke lab dulu hari ini." Pemuda dengan blindfold itu menghembuskan nafasnya.

"Apa ada sesuatu yang terjadi?" Tanya Albert.

"Yah... Tahu anggota baru yang saya rekrut kemarin? Dia dalam bulan ini sudah 4 kali membuat lab hampir kebakaran. Untung saja pemadamnya saya tempatkan di tempat yang mudah saya jangkau, tapi kalau begini terus anggaran klubnya..." Ia menghela nafasnya.

"Begitu ya... Kalau begitu kenapa tidak jadikan saja dia anggota bayangan, selain dia masih ada dua anggota lain yang aktif kan?" Tanya Albert. Gila memang idenya.

"Mana bisa begitu! Semua anggota harus aktif, apalagi sekarang su-" ucapan Herder terhenti bertepatan dengan suara bantingan pintu.

"KETUA, GAWAT, TRAUM-"

Herder menepuk jidatnya, berarti ini sudah yang ke-lima kalinya Traum membuat rusuh lab.

"Baik, aku ke lab sekarang." Herder beranjak dari kursinya.

"Tidak, ketua tidak perlu ke lab, Traum ada di UKS sekarang." Ujar murid itu sambil memasang wajah khawatir.

"S-SEBENTAR, LABORATORIUMNYA TIDAK APA-APA????" Herder berteriak kaget.

"Ketua, sekarang bukan saatnya untuk mengkhawatirkan soal labnya..."

.
.
.

Herder menyilangkan kedua tangannya, Traum terduduk di kasur uks dengan perban yang dililitkan di sekitar kepalanya.

"Jadi, apa yang kau lakukan kali ini Traum?" Tanya Herder.

"Aku hanya terpleset air, tadi ada botol air yang jatuh dan aku mau ambil kain pel untuk membersihkannya, tapi malah terpleset." Traum menggaruk-garuk pelipisnya yang tidak gatal.

"Selain hampir berhasil membuat kebakaran lab, kau ternyata cukup ceroboh ya, harusnya kau belajar dari kesalahanmu yang sebelumnya! Kemarin kau juga terpleset karena hal yang sama lho!" Herder berseru kesal.

"Eh, itu di kelas...? Senpai memata-mataiku sampai ke kelas ya? Seram." Traum bergidik ngeri.

"BUKAN BEGITU, semua kejadian di lab itu aku selalu tahu karena gurunya juga cerita kepada ku. Jadi otomatis aku tahu juga."

"Tapi kok cuma aku? Herder senpai ternyata diam-diam ya~" Traum terkekeh geli.

"MANA ADA!" Herder berseru kesal, suaranya terdengar sampai ke dalam lorong sekolah.

"Tidak perlu malu-malu kok senpai~" Traum tersenyum.

"Terserahlah, kalau begitu mulai besok namamu ku banned dari lab sains."

"KOK JAHAT? PADAHAL CUMA KUGODA SEDIKIT." Traum menggembungkan kedua pipinya.

"Dengar, bukan itu alasannya. Aku tidak mau ada kecelakaan kerja lagi dan sebenarnya aku juga tidak mau melakukan hal ini, tapi aku terpaksa mempertimbangkannya."

"Tetap saja hmph!"

.
.
.

Dan besoknya, entah kenapa tersebar rumor kalau kedua orang itu menjalin hubungan, padahal jelas-jelas yang satunya sedang kesusahan menghadapi yang lainnya.

Memang para siswanya haus asupan.

1 Semester •  Von Herder ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang