-July ✾-

122 22 3
                                    

Ujian tengah semester.

Saat dimana para murid diuji mengenai pengetahuannya setengah tahun ajaran belakangan.

Tentunya ujian ini dipenuhi oleh banyak persiapan, dan klub sains mengadakan sebuah kegiatan untuk anggota-anggotanya–Belajar bersama!

Walaupun isinya tentu saja hanya empat anak kelas 1 dan seorang anak kelas 2, setidaknya persiapan ini cukup lah untuk digunakan dalam belajar kelompok.

.
.
.

"Jadi akhir minggu ini kan?" Traum tersenyum sambil bertanya, keempat orang lainnya duduk sambil mengitari Traum.

"Tentu, mau dimana? Di kafe?" Tanya salah satu anggota perempuan dengan surai pirang– sebut saja Alice.

"Kafe... Ide bagus, agak bahaya kalau di salah satu rumah. Soalnya kita banyak laki-lakinya dan ada dua perempuan sih." Pemuda dengan rambut hitam mengangguk-anggukkan kepalanya– sebut saja Steward.

"Ketua bagaimana? Ketua setuju?" Pemuda dengan netra ungu bertanya – sebut saja namanya Irscha.

"Ya. Tidak apa-apa kok, lagipula kalau mengundang semuanya ke satu rumah juga akan merepotkan yang lain." Herder mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Kalau begitu sudah ditentukan!" Alice mengangkat tangannya untuk merenggangkan badannya.

Hening sejenak diantara mereka berlima sebelum akhirnya Traum angkat suara.

"Omong-omong, ini kenapa aku ada di tengah?" Wajahnya menunjukkan ekspresi tidak nyaman.

"Sudah jelas soalnya aku khawatir kalau Traum/kamu yang duduk di pinggir akan menjatuhkan barang yang ada sekaligus membakar lab." Semuanya berucap serentak sambil mengarahkan kepalanya menghadap Traum.

"AKU TIDAK SEPARAH ITU????" Traum protes.

"Yang bilang begitu padahal sendirinya kemarin tangannya hampir kejatuhan cairan tabung reaksi siapa ya." Irsch menatap Traum sambil tersenyum menghina.

"Irsch... Tolong yang itu jangan dibahas lagi." Traum terlihat sedih.

"Ahaha, oke deh. Oh omong-omong ketua itu buta kan? Aku ingin lihat matanya." Irsch menatap Herder yang diikuti oleh gumaman 'iya juga' dari anggota lainnya.

"Mau lihat ya? Tidak boleh. Lagipula aku bisa menulis latin, tidak perlu khawatir akan kesalahan tulis pada dokumennya." Herder tersenyum.

"Mana bisa begitu senpai!" Steward berseru kemudian mencoba menggapai ujung tali dari penutup mata Herder.

"Tidak boleh." Herder menghindari serangan Steward dengan santai.

"Oh."

Traum yang hanya diam daritadi dan juga ternyata diam-diam tertarik dengan muka Herder yang sesungguhnya segera menarik ujung kainnya.

Kainnya terlepas, dan menampakkan...

Tunggu dulu.

"Tentu tidak semudah itu haha." Herder terkekeh geli. "Omong-omong usaha yang bagus Traum, kau berhasil melepaskannya tanpa membuat sebuah kejadian serius."

Semuanya masih melongo menatap Herder.

Yang dibawah penutup matanya adalah penutup mata lagi. Tapi kali ini, dengan motif bunga.


.
.

1 Semester •  Von Herder ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang