-2

17 9 0
                                    

Hari ini aku ingin menjauhi Sarah. Aku berangkat ke sekolah sendiri dan aku coba menghindarinya sebaik mungkin. Aku tidak tahu jika dia sadar atau tidak, tapi yang sudah jelas aku tidak mau bertemu dengannya.
“Michelle!” Sarah memanggil aku di depan pintu masuk sekolah. Aku pura-pura tidak mendengar dan segera masuk melewati pintu masuk sekolah yang lain. Sarah sempat terlihat bingung tapi dia tidak terlalu curiga.
Saat di sekolah aku mendengar teman-temanku membicarakan bahwa murid laki terpopuler di sekolah sudah pacaran dengan seseorang. Aku pun penasaran karena dia adalah cowo idaman banyak siswa, Jangankan melihatnya tertawa, melirik matanya sedikit saja sudah dapat membuat hatiku terkena diabetes.
“Eh… Josh katanya udah pacaran lho… Aduh jadi penasaran sama siapa? Ada yang bilang sama Lidya terus juga ada yang bilang sama Emma.” Ucap temanku sambil mengeluarkan handphonenya.
“Demi apa? Wah ceweknya pasti secakep bidadari nih kalau bisa dapet dia sebagai pacarnya.” Jawab teman aku
“Nih…Nggak keliatan sih mukanya tapi ini mereka pas ke mall waktu itu” Audrey menunjukkan foto dari handphonenya.
Aku melihatnya dengan penuh kecewa. Dia yang sebelum jadi pengkhianat, dia adalah sahabat. Saat itulah aku melihatnya dan aku langsung sadar bahwa perempuan di foto itu bukanlah siapa-siapa tapi melainkan kakak aku sendiri. Luar biasa bahwa orang yang kita selalu andalkan, selalu cintai, selalu hargai berubah menjadi orang asing.
Saat dirumah, aku langsung bergegas ke kamarku dan aku duduk memandang jendelaku dan satu-satu air mat aku mulai membasahi mukaku. Aku sungguh kecewa karena aku tidak mempunyai bayangan bahwa kakak aku akan sejahat itu. Di mata aku dia bukan seperti kakak aku lagi, tapi melainkan monster. Ya betul, monster! Yang kerjanya hanya semau-maunya saja.
Tak lama kemudian kakak aku masuk dan ingin berbicara kepadaku. Apa aku mengizinkannya atau tidak? Sungguh aku sudah sangat kecewa.
“Michelle, aku tidak tahu kamu kenapa tapi kamu cerita dong… Aku sangat khawatir dengan kamu. Aku tidak tahu aku harus apa, jujur aku in-”
“Udahlah! Mendingan kakak keluar aja deh! Aku ingin waktu untuk diriku dulu… Kakak pasti tau kok, kakak salah dimana, kapan. Berhentilah berpura-pura! A-…Aku sudah muak! Aku tidak ingin bertemu dengan kakak dulu.”
Sarah pun keluar dan Ia segera masuk ke dalam kamarnya sendiri. Dia pun duduk di tempat tidurnya sambil memandang langit malam yang begitu indah, bulan yang begitu terang tetapi hati yang penuh dengan rasa kesedihan. Sarah bukan orang yang suka mengatakan apa yang Ia pikirkan tetapi dia lebih pilih untuk menuliskannya. Sarah pun mengeluarkan jurnal dia yang dia selalu gunakan untuk menulis semua cerita dia. Jurnal itu seperti buku kehidupannya.
Dalam jurnal Sarah:
Apa salahku? Apa dia tau bahwa aku bukan kakak kandung dia dan itu yang membuat dia kesal dan juga kecewa? Apa aku harus memberi tahunya bahwa aku memang bukan kakak kandungnya? Kenapa dari semua orang, harus aku yang menjadi anak angkat. Aku mengerti bahwa dulu papa dan mama mempunyai waktu yang susah untuk memiliki anak. Tetapi aku tidak pernah membayangkan bahwa ini adalah salah satu akibatnya. Aku bersyukur bahwa walaupun aku bukan kakak kandungnya, kita tidak seperti air dan minyak. Tetapi apa aku ini cukup untuk menjadi kakaknya? Apa lebih baik aku kabur saja? Semoga suatu saat dia akan tahu bahwa aku memang bukan kakak kandungnya tetapi aku mencintainya seperti dia adik kandung aku sendiri.
Sarah menutup jurnalnya dan dia segera menyiapkan diri untuk istirahat dari hari yang penuh dengan berbagai emosi.
                          **********
Pagi hari telah tiba. Aku melihat keluar dan langit terlihat sedikit mendung. Kata orang kita harus memulai hari kita dengan senyum dan juga dengan pikiran yang positif. Tetapi keadaanku pada pagi hari ini tidak bisa menunjukkan itu. Kejadian kemarin selalu mengiung-ngiung dalam pikiranku. Aku masih kecewa kepada kakak aku. Tetapi aku ingin coba punya waktu untuk diriku sendiri agar aku bisa memikirkan kenapa dia harus menjadi seperti itu. Aku segera menyiapkan diri untuk sekolah lalu aku segera berangkat.
“Ah elah… Sekolah lagi, sekolah lagi. Kapan libur? Aku mendingan langsung pergi aja deh”
Saat aku sedang merapihkan tasku, aku melihat ada sebuah buku yang baru. Aku seperti baru pertama kali melihatnya. Aku sangat penasaran lalu aku buka dan membaca buku itu dengan cepat.
“Eh… Ini buku apa? Kok aku tidak pernah melihatnya.”
Lembar per lembar aku buka buku itu dan melihat tulisan yang ada di dalamnya.
“Ini punya Sarah? Dia kenapa harus nyimpen ginian sih? Eh ini apa? Kok ada tulisan kakak angkat?”
Aku melihatnya sekilas saja sudah kesal dan kecewa bahwa orang yang kukira merupakan sahabatku ternyata menjadi seorang yang seperti tidak aku kenal. Belum selesai baca tetapi aku segera berangkat ke sekolah dan di sekolah pun aku juga tetap memikiri buku itu. Setiap kelas aku mempunyai mood yang kecewa. Tetapi saat kelas terakhir aku ingin segera pulang ke rumah. Suara jam di ruang kelas membuatku tidak sabar lalu tidak lama kemudian bell sekolah terdengar.
“Akhirnya… Hari ini lama banget sih.” Ucapku kepada temanku Audrey.
“Kamu kenapa emang? Kok terlihat buru-buru sekali untuk pulang? Ada apa emang Michelle?”
“Aku akan memberi tahu kamu tentang ini tetapi kamu tidak boleh menyebarkannya ke siapapun” Ucapku sambil mengeluarkan jurnal tersebut.
“Ini apa Michelle? Jurnal apa?” Tanya Audrey sambil memerhatikan depan dan buku tersebut.
“Ini punya kakak aku Sarah dia suka menulis cerita disini, buka aja yuk!” kata aku sambil membuka bukunya dan tertawa.
“Ayuk!” Jawab Audrey.
Sambil mereka membuka buku tersebut mereka tertawa tapi tidak lama kemudian Audrey sudah punya feeling bahwa ini tidak merasa benar dan pasti ada alasan tertentu dengan kenapa kakaknya menulis di buku ini.
“Michelle, ini sudah cukup. Lebih baik kita hentikan ini!” ucap Audrey sambil melihat sekelilingnya.
“Kenapa?! Kamu takut? Lihat aja ini… Aku tidak pernah membayang akan seperti ini” Jawab aku sambil tertawa.
“Pasti ada alasan tertentu kenapa kakakmu lebih pilih menulis ini daripada mengatakannya! Udah HENTIKAN!” Bentak Audrey.
“NGGAK! KAMU TIDAK TAHU SAJA APA YANG AKU RASAIN JADI ANAK YANG MEMPUNYAI KAKAK YANG ‘PERFECT’ SEPERTI DIA!” Bentak aku.
Michelle akhirnya menutup jurnalnya dan melihat kebelakang dengan tatapan sinis, meninggalkan Audrey. Sampai dirumah Michelle tetap membaca buku itu dan mendapatkan ide untuk menulisnya di anonimus sekolah.
“Hari ini salah satu orang yang aku benci telah ...” Kata Michelle sambil mengetiknya di akun anonimus sekolah.
Lalu Michelle semakin penasaran dan aksi dia semakin parah. Dan setelah dia mengupload beberapa post, Ia melihat keluar jendela dan ternyata matahari sudah tenggelam dan sudah larut malam. Michelle segera ke kamar mandi dan menyiapkan dirinya untuk istirahat malam dengan rasa puas bahwa rasa dendam dia sudah dikeluarkan dan semua sudah baik-baik saja. 
“Oua… ngantuk” Ucap Michelle sambil menyalakan lampu tidurnya.
Dan setelah itu Michelle tertidur dengan lenyap dan Ia melupakan semua yang telah terpikir selama ini.
                     *************
Matahari sudah mulai terlihat dan itu tanda hari yang baru. Aku pun menyiapkan diriku untuk sekolah, ya… seperti rutin aku yang biasa. Sikat gigi, mandi, sarapan,dll…. Setelah aku siap, aku segera pergi ke sekolah dan saat ku di sekolah semua orang sedang membicarakan tentang sesuatu dan koridor penuh dengan suara tawa dan juga bisikan orang-orang.
“Eh tau nggak sih, masa kok si Sarah nulis cerita dia di jurnal gitu sih, dia kira ini semacam cerita dongeng kali!” kata salah satu murid di koridor.
“Tau ih! Lebay banget… Kebanyakan nonton my little pony kali!” Jawab temannya.
Suara ketawa memenuhi koridor sekolah dan ternyata Sarah belum datang ke sekolah. Aku sempat berpikir bahwa dia tidak akan masuk hari ini tetapi beberapa saat kemudian, Sarah membuka pintu sekolah dan semua orang melihatkan dia.
“Lah… napa pada ngelihatin aku?” Tanya Sarah
“Michelle!” Sarah memanggilku sambil jalan ke arahku. Jujur hatiku saat itu sudah sangat takut akan reaksinya.
“Ya?” Jawab aku sambil mengeluarkan handphone aku.
“Kok pada lihatin aku ya? Apa kamu tahu ada apa” Tanya Sarah.
Tiba- tiba salah satu kakak kelas aku jalan ke arahku dan mengatakan sesuatu yang membuat kakak aku terkejut.
“Eh Michelle… Nanti pulang sekolah kamu jadi ke rumahnya Audrey kan? Eh ini kakak kamu yang suka nulis di Jurnal tentang curhatannya itu?” Ucap dia.
“Hmm… Aku hari ini nggak bisa deh kak. Ehm… itu kakak aku.” Jawabku sambil memerhatikan muka kakak aku.
“Ohh yaudah deh… Aku duluan ya. Nanti kabarin ajak amu bisa datang hari apa.” Kata kakak kelasku.
Kakakku langsung kecewa dengan jurnal yang dia simpan dan mempunyai semua rahasia dia telah tersebar ke satu sekolah. Aku kira dia akan memarahiku hingga aku habis. Tetapi dia melainkan tidak marah.
“Jadi karena jurnalku. Ini alasannya dengan kenapa semua orang membicarakan aku sekarang ini. Perilakumu ini tidak ada setara sama pendidikanmu yang pintar dan tidak bisa ya, kamu nulis sesuatu yang lebih baik? Tulisanmu seperti orang yang pertama kali menggunakan sosmed.” Kata Sarah kepadaku dengan intonasi yang dingin.
Sarahpun meninggalkanku dan setelah hari itu dia sudah tidak berbicara padaku, aku menjalankan kelas dengan pikiran yang hanya memikirkan kata-kata Sarah. Dan begitu tibanya bunyi bel sekolah pulang, Aku segera pulang dan mengerjakan tugas kimiaku. Dan saat aku sedang mengerjakan tugasku, tidak sengaja aku menjatohkan buku-buku aku.
“Yah… Berantakan deh sekarang. Ah! Napa gini sih!”
Dan sambil aku merapikan buku aku yang jatuh ternyata ada suatu kertas yang aku belum pernah lihat. Aku membuka kertas yang dilipat dan disitu ada tulisan kakak aku sebelum dia pergi.
Michelle:
Hi Michelle, ini aku, Sarah. Ya kamu pasti kira aku akan marah tetapi sejujurnya tidak. Aku tahu bahwa kamu yang menulis di akun anonimus sekolah dan aku tahu kenapa. Kamu tidak perlu tahu dari siapa tetapi aku cuman mau kamu tahu bahwa aku dan Josh sudah putus dan aku akan meninggalkan kamu dulu. Ini adalah sesuatu yang aku takut untuk memberi tahumu tetapi kamu memang harus tau ini. Aku… Aku bukan kakak kandungmu. Mama dan papa dulu mempunyai waktu yang susah untuk mempunyai anak jadi mereka mengadopsiku. Jika kamu kesal atau bahkan menganggap aku sebagai orang asing, aku mengerti. Semoga kamu dapat membuka ini sebelum terlambat.

Michelle membaca kertas itu dengan penuh kesedihan dan saat Michelle sedang membaca itu, Ia lihat keluar dan langit juga menunjukkan rasa sedih. Begitu kecewa Michelle dengan dirinya karena sikap dia yang tidak dapat dia kendali. Michelle menangis sambil menelfon temannya Audrey yang sudah coba membantu dia. Satu per satu air matanya jatuh ke sarung bantalnya dan membasahi sarung bantalnya.

A Long Lost StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang