3. cobaan tersulit part 2

2 1 0
                                    

Tepat 3 minggu hari ini ibu telah meninggalkan kami, dan sekarang ibuku ulang tahun. Kami pernah menjanjikan kepada beliau jika kelak aku khususnya bisa kerja yang memiliki gaji besar aku akan ajak ibu keliling dunia, memutari bumi yang belum pernah kita putari. Tapi apadaya ibuku sudah duluan memutari dunia sendiri tanpa ada seorangpun disisinya. Siang ini aku, arkan, dan lita, menjenguk kembali kepemakaman ibu. Mungkin pengurus makamnya heran hampir separuh hari kita dihabiskan di makam ini.  Kami sudah sampai di tempat pusaran ibu, kami membawa bunga yang ibu dambakan, dan tak lupa doa serta air kembang supaya di dalam sana ibu tenang, segar dan juga adem.  Hampir setengah jam kami disana, akhirnya kami pulang kerumah.

Akhirnya setelah 30 menit perjalanan sampai juga dirumah kecil kami, rumah yang memiliki banyak kenangan. Sampai di dalam, aku di uji oleh sebuah pertanyaan, memang pertanyaannya sepele tapi bagiku itu seperti bugeman yang sangat keras dan sakit sekali. Adik adikku ingin sekolah kembali, itulah kalimat yang menyayat hatiku.
" Kak, udah berapa hari ini aku dirumah dan juga hampir satu setengah tahun aku gak sekolah. Apa aku bisa sekolah lagi?" Tanya arkan.
" Kakak usahain ya de, soalnya sekarang inipun uang hasil kk belum cukup untuk keperluan sehari hari. Jadi masalah sekolah bisa ditunda dulu ya de, kalau kk udah dapet kerja yang duitnya banyak,kk bakal masukin kamu lagi ke sekolah." Jawab ara panjang lebar.
" Iya ar, kamu sabar dulu napa, kk aja belom kuliah, kan kamu tau sendiri beasiswa kk dicabut, kamu sebagai adik jangan nyusahin lagi." Ceplos lita
" Lita kamu jangan kayak gitu, kakak janji sama kalian berdua, akan nyekolahin kalian setinggi mungkin, itu kan janji kakak ke ibu sama ayah. " Ucap ara

Setelah obralan yang sangat kompleks sekali, akhirnya kami bertigapun membicarakan hal yang lain, hal yang paling ringan,menghibur diri, dan menghilangkan penat. 

Pukul 04.00 PM
Aku membuatkan makan sore untuk kedua adikku, makanan kebesaran mereka ayam panggang, sambal pedas manis, beserta lalapannya. Itupun aku membuatnya hanya kalau duitku berlebih saja atau sesekali supaya mereka tidak bosan dengan kehidupan yang pelik ini. Melihat kedua adikku makan dengan lahap, aku yang melihat ikut merasakan sensasi kenyangnya walaupun sebenernya aku lapar, tapi ayam yang aku beli hanya cukup untuk dua orang, dan aku mengutamakan kedua adikku. Aku bisa makan telor ceplok atau nasi pake garam itu sudah bisa mengganjal perut kosongku.  Kehidupanku kadang membuat aku ingin sekali  menjadi pelacur, atau orang yang disuruh ini itu, tapi pesan ibuku membuat aku sadar membutuhkan uang banyak tidak begitu caranya. Dan aku cukup berusaha dan bersabar, melihat seberapa sanggupnya aku untuk bisa mematuhi aturan ibuku, aku tidak tau, tunggu saja. Tetapi mudah mudahan jangan.  😪

Luvv luvvvv💔🖤

Aurora Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang