Prolog

6 2 0
                                    

Ia meringkuk di sudut ruangan gelap itu, memeluk erat kedua lututnya seolah itu adalah pegangannya, menyembunyikan wajahnya di kedua lututnya seakan tak ingin menghadapi dunia lagi. 

Ruangan itu terlihat bagai di terjang badai topan. Ranjang di ruangan itu sudah tak berbentuk. Bantalnya berserakan, spreinya sudah kusut. Sobekan-sobekan buku berhamburan di atas ranjang maupun di lantai, meja rias di kamar itu sudah kosong, semua isinya terbuang ke lantai, Serpihan kaca dari kaca meja rias dan botol botol kaca ikut memenuhi lantai marmer mahal itu.

Bercak darah di beberapa tempat membuat ruangan itu semakin menyeramkan sekaligus menyakitkan disaat yang bersamaan. 

Ia terisak, tapi tak ada yang bisa mendengarnya. Ia ingin di tenangkan, tapi tak ada yang mau menenangkannya. Ia butuh seseorang untuk sandaran, tapi Ia sendiri di dunia ini. Ya, ia sendiri dan akan selalu sendiri. 

"Bahkan jika aku mati hari ini, mereka tetap tidak akan peduli bukan? Tak ada yang akan bersedih untuk kematianku. Mungkin ini saatnya untuk menyerah?" 

.

.

.

.

.

.


Tes ombak dulu hehehe....

Bakal di lanjut kalo di draf udah tamat, atau mungkin kurang 5 bab sebelum tamat.

Jadwal up nanti akan setiap malam minggu. Lumayan untuk menemani kejombloan kalian heheheeee

Vote&Comment yaaaaaaa <3

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang