prolog

15.5K 285 18
                                    

Baju gadis itu basah kuyup. Beberapa saat yang lalu dia di dorong jatuh ke dalam kolam. Kini hanya berdiri tertunduk menatap seragam lusuhnya yang basah dan tembus menerawang memperlihatkan lekuk tubuhnya.

Dia menyilangkan tangannya menutupi dadanya-disana tertulis nama seorang siswi yang dicetak menggunakan huruf kapital semua 'ADELIA'. Tak bisa di bantah walau berbalut seragam yang lusuh Adelia tetap merupakan seorang gadis yang cantik, hal itulah yang menjadi alasan beberapa siswa menatap tubuh Adelia penuh minat.

Seorang cowok menarik tangan Adelia dengan paksa hingga mengekspos kembali dadanya yang terbalut seragam basah.

"Tubuh lo bagus," ucapnya melecehkan. Mata cowok itu tak lepas memandang dada berisi Adelia. "Cepat buka!"

Tak ada satupun dari semua siswa yang berkumpul di sana yang berinisiatif menolong gadis malang itu. Orang-orang justru sibuk memotret dan merekam Adelia menggunakan ponsel masing-masing.

Adelia ingin menangis saat seragamnya di tarik dengan kencang hingga dua kancing teratas lepas dan jatuh ke lantai.

Inikah akhir dari kehidupan SMA Adelia? Dia di lecehkan dan menjadi tontonan semua siswa.

Beberapa gadis tertawa dan mencibir. "Pada akhirnya orang rendahan tetap akan diperlakukan dengan rendah! Tak akan pernah mampu bersaing dengan kami yang setinggi langit."

Ketimpangan jelas sekali terjadi di sekolah ini. Cara pandang semua siswa terhadap Adelia penuh dengan kebencian dan rasa tidak suka. Mereka sering kali menganggap Adelia seperti 'aib' untuk sekolah bergengsi mereka.

Alasannya sangat klasik; Adelia seorang gadis miskin dan berhasil menjadi bagian dari sekolah bergengsi hanya karena bea siswa.

Si kaya tetaplah menjadi sosok angkuh dan si miskin selalu menjadi korban. Adelia sudah seperti rantai makanan tingkat pertama untuk mereka semua. Semua dapat menindasnya tanpa takut terkena masalah

Adelia tidak punya pelindung dan merupakan satu-satunya murid yang tak memiliki keluarga dengan tingkat status sosial tinggi dan terpandang di sekolah itu. Hingga menjadi sosok miskin yang mudah di tindas.

Mata sembab Adelia menatap sosok cowok jangkung yang berdiri diujung lapangan dengan raut wajah yang datar dan tatapan kosong.

Di otak Adelia hanya sosok itu yang sekarang bisa menjadi dewa dan melindunginya di tempat yang terasa seperti neraka ini.

"Kak Dito! Kak Dito sayang.. tolongin Adelia!"

Mata mereka saling bertemu. Ada sedikit senyum tipis di wajah Dito yang tak berhasil di sadari orang-orang. Kini kesepakatan dan sandiwara dimulai.

Jika Adelia adalah rantai makanan tingkat pertama maka cowok yang bernama Dito itu adalah puncak rantai makanan di sekolah ini. Tak ada yang berani menggertak atau mengganggunya karena takut terlibat masalah dan menjadi bulan-bulanan satu sekolah.

Dito berjalan ke tengah lapangan. Berhenti persis di depan Adelia yang tadi meneriakkan namanya dengan tambahan kata 'sayang'.

Dia mengambil jaket di dalam tas, mengenakan jaket itu ke tubuh bagian atas Adelia supaya tidak ada lagi yang melihat lekuk tubuh cantik itu.

"Sekarang kamu ada dalam genggaman saya, apa kamu gak menyesal?" Dia bertanya dengan suara beratnya.

Tanpa pikir panjang Adelia menggeleng sebagai jawaban setuju.

Semua orang terkejut melihat interaksi dua orang yang bagaikan langit dan bumi itu. Tak pernah sekalipun dalam benak mereka seorang Dito yang mendekati sempurna akan memiliki sebuah hubungan spesial dengan seorang gadis yang merupakan aib sekolah.

Bagaimana kesepakatan dan hubungan itu mulai terjalin?

🖤🖤🖤

Yuhu...
Sepertinya saya kembali mulai mood menulis:)

Begitulah hidup saya, sejauhnya apapun saya pergi dan semenyenangkan apapun kehidupan saya, menulis tetap menjadi part yang saya suka.

Tolong dibaca dan rajin kasih vote dan komen mendukungnya🙏

Hi Babe!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang