Bagian 1

42 0 0
                                    


KAMIS

Sinar pagi mulai menyusup jendela ruangan. Tangisan anak tetangga yang baru bangun menyadarkan tiga anak kontrakan yang masih terlelap Gang Teratai, sebuah lokal sempit dan padat di tepian kota. Bahkan, jika berpapasan dengan seekor kucing di jalan gang pun, kendaraan yang lewat tidak bisa menyalip.

Deretan rumah dengan halaman ala kadarnya berderet sepanjang gang. Di urutan terdepan dekat jalan besar, berjejer empat pintu kontrakan dua lantai dalam satu atap. Ketiga anak kontrakan yang merantau di kota untuk belajar, bersemayam di pintu paling bontot.

Dengan dua kamar yang cukup sempit, gatung hamok menjadi inisiatif cerdas untuk tidur. Sebagai anak rantau yang mengontrak, mereka selalu menjalani kesibukan yang berbeda, tidur larut malam, dan bangun di waktu yang berbeda pula.

Yadi tidur di hamok dengan buku sebagai penutup wajah, sedangkan Joko setia meringkuk di bawah hamok sambil menjepit kedua tangannya di paha. Juri internasional pun sulit menentukan pemenang adu dengkur di antara mereka. Lan sendiri mennguasai lantai bawah dengan laptop legend-nya.


Aku suka body goyang mamah muda...

Mamah muda...


Musik hits ini menjadi sengatan listrik yang ampuh untuk membangunkan Joko. "O ... Yad?" panggil Joko.

"Hmm ...," sahut Yadi lemas. Lelaki jangkung itu mengganti posisinya.

"Ngojek ndak?" Joko adalah seorang ojol yang selalu mengaktifkan aplikasinya setiap bangun tidur.

"Aku nak ke kampus." Yadi menyahut dengan mata terpejam. Ia mencoba turun dari hamoknya meski ini bukanlah kebebasan yang diharapkan.

Joko masih setia menunggu orderan masuk, sejak dua puluh menit yang lalu. Yadi yang sedang mendekam di bilik temenung mendengar notifikasi orderan masuk Joko.

"Mantap kawan aku! Pagi-pagi buta dah dapat orderan!" pekiknya dari kamar mandi lantai bawah. Kontrakan mereka sangat sederhana, dengan ruangan yang saling tersambung tanpa banyak sekat, sampai suara kentut pun dapat terdengar jelas dari getaran yang merambat melalui celah lantai kayu. Apalagi, volume notifikasi ojol Joko yang sangat menggelegar menggetarkan seluruh isi kontrakan.

"Pagi buta dari Hongkong! Kau kenak butakkan warne gorden yang gelap ta! Ini dah jam sepuluh," gerutu Joko sambil bersiap pergi. Saking bersemangatnya, ia sampai tidak mencuci muka. Di dapur, ia mengambil gelas. "Alamak, aek galon pon abes?"

Dengan kodisi keuangan para bujangan yang membuat siapa pun iba, Joko terpaksa puasa sampai ia dapat bayaran dari orderan pertamanya ini. Pria itu bergegas menuju ruang depan tempat Lan yang tidur di hamok.

"Lan, bangon, Lan. Kuliah ndak kau?" pekiknya lalu pergi, namun tidak ada respon dari laki-laki itu.

Yadi yang baru keluar dari kamar mandi langsung menghampiri peliharaannya di dapur. Dua ekor kelinci berlarian di kandang berukuran satu kali satu meter itu.

"Ade pakai tidok ndak kitak tadi malam ni? Ke kitak abeskan bemantap-mantap teros. Pisahkan kandang kau ni!" gurau Yadi sambil memberi makan kelincinya.


Habataitara modorannai to itte

Mezashita no wa aoi aoi ano sora


Yadi buru-buru naik saat alarm khusus pengingat seminarnya berbunyi. Ia mengenakan baju yang hanya diseterika ketika akan dipakai, minyak rambut yang tidak pernah absen, serta aroma minyak wangi malaikat subuh telah melekat di tubuh. Lelaki itu sama bersemangatnya dengan Joko jika sudah menyangkut makanan.

CADIKAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang