Mistake

3.6K 345 37
                                    

Happy Reading

.

.

.

.

.

.

.

Semuanya belum terlambat... Berulang kali ia mengulang kalimat itu diotaknya. Tapi fakta seakan menenggelamkannya, membuatnya semakin terpuruk dalam penyesalan. Setelah sekian lama, rupanya tak ada yang benar-benar ia perbaiki.

"Kau dimana Sakura?" Untuk kesekian kalinya ia menggumam pertanyaan yang sama. Ia masih mencari orang yang sama. Sakura-nya...

Tok tok tok

Ia mendengar ketukan itu. Ia mendengarnya dengan sangat jelas. Hanya saja ia terlalu lelah untuk sekedar menyahutinya. Hingga ketukan itu akhirnya kembali terdengar, memaksanya untuk melupakan kegundahannya barang sejenak.

"Masuk" jawabnya pada akhirnya.

Tidak menunggu waktu lama hingga pintu itu terbuka dan menampilkan sosok yang amat ia kenal. Hatake Kakashi, Sekretaris sekaligus mantan gurunya. Bisa dibilang orang yang paling ia percayai didunia ini.

"Masih belum ada kabar?" tanya Sasuke tanpa menatap lawan bicaranya. Namun Kakashi tentu tahu kalau pertanyaan itu ditujukan untuknya.

"Maafkan saya..." ucap Kakashi sambil menundukkan kepala. Sasuke mendengus miris. Ia bahkan sudah hapal dengan kalimat singkat itu. Ia mendengarnya nyaris setiap hari.

"Jadi Sakura masih belum diketahui keberadaannya?" tanyanya. Kakashi tidak menjawab, ia hanya menunduk. Sebelum ia akhirnya maju dan meletakkan sesuatu diatas meja sang atasan, yang spontan menimbulkan kerutan didahi Sasuke.

"Maafkan saya..." gumamnya lagi sambil menunduk kecil. Tanpa menunggu respon Sasuke, ia langsung keluar meninggalkan ruangan itu. Meninggalkan Sasuke yang masih diam. Mungkin masih kebingungan dengan sikapnya.

Namun Sasuke tidak bodoh, ia tidak perlu diajari untuk bisa memahami situasi ini. Apapun itu, sesuatu yang diserahkan Kakashi jelas merupakan jawabannya.

Itu hanya sebuah amplop putih, dengan coretan kecil dibelakangnya. Kelihatannya itu adalah sebuah alamat, dilihat dari nama jalan yang tertera disana.

Sasuke membukanya dengan pelan. Gerakannya terlihat tenang dan tanpa beban untuk ukuran orang yang mengalami depresi. Memangnya apa lagi yang bisa membebaninya? Kehilangan gadisnya dengan cara yang menjijikan adalah beban terberat dalam hidupnya.

Ia membukanya, dan hanya sepersekian detik hingga ia kembali memassukkan benda itu kedalam amplop. Lalu berlari kesetanan kearah lift. Air mata mengalir tanpa bisa ia bendung.

Ia gemetar, namun amplop yang ia pegang seakan menjadi penguatnya  untuk tetap berdiri tegak. Ia bahkan sanggup berlari saat pintu lift terbuka.

Seolah sudah bisa menebak reaksinya, Kakashi sudah berdiri disana. Disamping mobil dengan pintu belakang yang terbuka, seakan menunggunya untuk masuk.

"Bawa aku kesana..." begitu ucapannya. Nada suaranya yang bergetar dan sarat akan kesedihan, membuat ucapannya terdengar seperti permohonan. Bukan perintah...

Hari ini akhirnya tiba. Hari dimana ia bisa memperbaiki kesalahannya. Hari dimana ia bisa bertemu kembali dengan cahayanya. Sakura...

.

.

.

.

.

.

.

TBC

Hai guys, gimana kabarnya? Semoga selalu dalam keadaan sehat yaa.

Btw, setelah lama hibernasi, akhirnya cerita ini up juga... Mungkin kalian udah pada lupa sama alurnya 🙈

Awalnya aku mau jadiin ini cerita sekitar 20 Chapter. Tp setelah dipikir2, progres nulisnya mungkin bakal lama bgt krn aku bakal sibuk di dunia nyata... Akhirnya jumlah chapter nya kupangkas jd sekitar 3 aja. Dengan begitu, beban target yang dikejar ga terlalu besar & aku bisa tetep bikin cerita yang lain....

Tapi maaf sebelumnya, karena ini jadinya ku masukin ke kumpulan oneshot 2. Jadinya ga bisa ku publish semua judul. Krn cerita oneshot aku bikin utk versi pdf aja... Semoga kalian bisa mengerti yaa 🙏

Love you...

Oneshot 2 (Mistake)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang