Mint Chocolate Itu Sedang Dirindukan

129 28 40
                                    

Seminggu setelah pertemuannya dengan Choi Yeonjun, setiap ada waktu Soobin akan datang ke kafe. Kadang sore setelah pulang kerja, atau malam sehabis lembur. Tapi sebanyak ia datang, sebanyak itu pula ia harus menelan kecewa. Pemuda Mint Chocolate itu tidak lagi menampakan batang hidungnya sejak hari pertama mereka bertemu dan berpisah. Entah mungkin karena secup es krim dan piring-piring kecil makanan manis itu sudah tak lagi ia rindukan. Atau jika ada kemungkinan lain, bisa saja karena makanan manis itu telah meninggalkan lubang di gigi-giginya sehingga dengan terpaksa Yeonjun harus mengucapkan selamat tinggal pada semua manis kesukaannya. Oh, Soobin dapat membayangkan air mata di sudut mata pemuda itu. Sangat kasihan.

"Omong kosong!" Beomgyu mendelik tajam ke arah Soobin, hampir melempar benda di tangannya tapi tidak jadi setelah sadar benda di tangannya itu tak lain adalah ponselnya sendiri. "Kau kira dia anak umur berapa? Pikiranmu itu konyol sekali. Apa sebenarnya isi otakmu?" Bola mata bocah itu tampaknya akan keluar dari tempatnya, terlalu melotot.

Posisi berdiri Soobin hampir seperti orang akan jatuh, kalau salah pijakan sedikit saja bokongnya pasti akan membentur lantai. "Aku hanya mengira. Lagipula kenapa kau yang marah? Memang yang aku bicarakan itu kau?"

Beomgyu hampir melepehkan kata lagi tapi sedetik ia menyadari sikapnya memang agak berlebihan. Siapa Choi Yeonjun? Apa hubungannya dengan dirinya? Untuk apa marah ketika seseorang mengatakan kata-kata tak masuk akal pada orang asing? Beomgyu bukan orang yang suci. Kalau bicara tentang gosip, Beomgyu adalah salah satu narasumber yang tidak pernah kehabisan topik. Lantas mengapa ia tidak bisa terima kata-kata serampangan Soobin tentang tebakannya pada sosok Yeonjun? Jika kau bertanya begitu pada Beomgyu maka ia tidak akan menjawab, karena dirinya sendiri mungkin juga tidak tahu alasannya.

Atau karena sesungguhnya dia berbohong.

Berdehem, ia pura-pura tidak terjadi apa-apa dan kembali melanjutkan pekerjaannya di balik meja kasir.

Melihat Beomgyu sudah menurunkan panasnya, Soobin kembali mendekat dan mulai bicara, "Kau bilang hampir setiap hari dia datang." Pandangan Soobin menerawang melewati pintu kaca kafe. Sedetik pandangannya jatuh pada lalu lintas, kemudian pada langkah-langkah  kaki yang tergesa-gesa, pada gelak tawa anak-anak sekolah yang berjalan berkelompok memenuhi trotoar, bahkan pada kertas kekuningan yang terbang keluar dari jendela mobil dan berakhir pada tepi jalan. Namun sebanyak apapun pandangannya menangkap objek, sebanyak detik demi detik berubah menjadi menit penuh kesabaran, yang ditunggu tak juga memunculkan sedikitpun tanda keberadaan. Sudah sekian lama dan suara kekeh yang pernah menghantui pikiran itu sudah hampir dilupakan. Seberapa keras usaha Soobin untuk mengingat, pada akhirnya itu tetap akan menjadi samar dan sedikit demi sedikit tenggelam dalam memori. Selayaknya kertas yang terbakar dari ujung ke ujung lain, Soobin hanya mampu melihatnya perlahan menjadi abu.

Mungkin masih terlalu dini untuk mengatakan bahwa rasa rindu yang ia rasakan kini sebagai pertanda dari 'Cinta'. Mereka hanya bertemu satu kali, bertukar beberapa kata dan kehangatan di tengah hujan, dilingkupi nyaman selayaknya udara musim semi yang selalu dirindukan. Jika ia mengatakan itu cinta, rasanya masih terlalu dangkal, dan mungkin itu juga karena dirinya sudah lama tidak merasakan nyaman yang demikian sehingga ketika ia menerimanya sedikit saja maka hatinya jadi sangat lunak, seperti anjing liar yang diberi sepotong daging, ketika dermawannya datang ia akan melompat dan tanpa tau malu menjulurkan lidah penuh liurnya, berharap untuk sepotong daging lain untuk mengisi perut yang kosong.

Jadi Soobin mencoba mencari kata lain, mencari sebutan lain untuk perasaannya, yang lebih masuk akal dan bisa diterima. Tidak ada yang lebih cocok dari pada kata 'tertarik'. Itu mungkin jauh lebih pantas.

"Haloo tuan Choi Soobin! Kalau di luar lebih menarik maka pergilah dan jangan kembali." Suara Beomgyu mengalun lembut di telinga Soobin, sengaja menjatuhkan nadanya sedemikian rupa untuk menggoda.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 17, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Senandung AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang