D-day : Hei Yanjing - Liu Sang's wedding

730 62 12
                                    

"Ge, apa kau sudah siap?" tanya Wu Xie dari dalam kamar mandi. Tidak mendapat jawaban, dia keluar dari sana, mencari pasangannya, yang masih berkutat dengan dasi di depan kaca. Wu Xie tersenyum melihat kekasihnya yang terlihat susah memasang dasi, dia mendekat sambil membalik tubuh Xiao Ge menghadap arahnya.

"apa kita tidak bisa memakai pakaian yang biasa?" tanya Xiao Ge. Wu Xie mencium sekilas bibir Xiao Ge, lalu mengambil alih pekerjaan membereskan dasi hitam tersebut.

"kita datang ke pernikahan, Ge."

"pakaian itu cocok untukmu." Kata Xiao Ge. Wu Xie berdandan sama sepertinya, setelan hitam membungkus tubuhnya dengan indah. Dasi putih melekat cantik di lehernya. Tangan Xiao Ge meremas bokong Wu Xie lembut, bibirnya bergerak maju, meminta ciuman.

"Ge, kita akan terlambat nanti. Jangan lupa, aku pendamping salah satu pasangan."

"ini hanya pernikahan gay." Wu Xie memukul pelan dada suaminya saat dasinya sudah terpasang sapi.

"pernikahan teman gay kita. Ayo, kita hampir terlambat." Wu Xie meloloskan diri dari niat Xiao Ge yang mendesah kecil tapi tetap mengikuti langkah kekasihnya.

Suasana ballroom hotel yang sudah disulap untuk pernikahan itu sangat megah, konsep hitam-putih dibuat sangat indah. Entah bagaimana, pihak wedding organization berhasil menghadirkan danau kecil di dalam ruangan, dengan beberapa angsa yang berenang di sana. Saat masuk, sebuah jembatan kecil membawa para tamu menuju ruangan utama. Berbagai bunga berwarna putih, balon putih-hitam menghias pilar-pilar di sana. Waitrees berjalan kesana-kemari membawa welcome drink. Wu Xie terpana melihat bagaimana pernikahan sahabatnya dibuat megah seperti itu. Banyak wajah-wajah yang tidak dikenal mereka dengan pasangan masing-masing. hanya sedikit pasangan seperti Pangzi dan Piao-piao di sana.

"okay, ini pernikahan gay." Katanya sambil tertawa dengan Xiao Ge, yang merangkulnya. Mereka melihat beberapa wajah dari desa bisu juga datang, termasuk anak perempuan yang menyukai Hei Yan Jing. Menyapa beberapa orang yang di kenal saat berjalan menuju tengah ruangan. Pangzi dan Piao-piao mengobrol di sana dengan beberapa tamu.

"ma, aku boleh melihat angsa dari dekat?" tanya Xiao Mei. Dia dari tadi sudah ingin bertanya kepada ibunya.

"tentu boleh, sayang. Hati-hati, jangan terlalu dekat dengan kolam, ya." Xiao Mei mengangguk antusias, segera berlari mendekat.

"hati-hati, jangan sampai jatuh, Xiao Mei!" seru Pangzi. Khawatir jika anak perempuan mereka jatuh ke kolam. Xiao Mei sudah asyik dengan dunianya, memperhatikan angsa yang berenang dengan anggun, seakan tidak peduli dengan suasana meriah di sekitarnya. Wu Xie cukup terkesan dengan angsa-angsa jinak itu.

"kalian sudah datang?" Pangzi menyapa sahabatnya, Wu Xie dan Xiao Ge. Piao-piao juga mengangguk kecil, memberi salam.

"kakak ipar, apa kabar?" tanya Wu Xie, menyapa Piao-piao.

"keponakanmu sangat aktif di dalam sana, sepertinya dia sudah tidak sabar ingin keluar dan bermain dengan kalian." Jawab Piao-piao sambil mengusap perutnya lembut. Kandungannya sudah berusia 9 bulan, beberapa hari lagi mereka bersiap menyambut anak kedua. Wu Xie tersenyum senang.

"asalkan dia tidak mengikuti sifat Pangzi yang berlebihan, dia akan menjadi anak baik."

"eeyy... Wu Xie, bagaimana kau bisa berkata seperti itu? Dengar ya... aku ini pria paling baik, jika tidak, aku tidak mungkin menikah dengan bidadari seperti Piao-piao, benar tidak?" Pangzi memeluk istrinya dengan erat.

"kau menyakiti si kecil." Tolak Piao-piao, merasa malu di peluk di tempat umum.

"aiyoo... kau tidak apa-apa? Maaf... maaf... papa terlalu mencintai mamamu, ya." Kata Pangzi sambil mengusap-usap perut besar istrinya. Wu Xie tertawa kecil melihat pasangan manis di depannya. Xiao Ge mengambil minuman di dekat mereka dan menyerahkan satu untuk Wu Xie, yang menerimanya dengan ucapan terima kasih.

Reunion : The Sound of The Provindence (The Sound of The Heart)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang