0.1

72 6 2
                                    

Sudah 22 tahun setelah kelahiranku, dan sudah 459 tahun lamanya kejadian mengerikan itu. Mengingat-ingat kembali bagaimana akhir yang menjadi awal kehidupanku.

Aku menatap kosong langit-langit kamar ditemani lampu tumblr pemberian teman lama ku sebagai hadiah ulang tahun ku.

Kalau tanya kenapa hadiahku lampu tumblr, kata mereka biar kamarku kelihatan aesthetic... terus ada tempat foto instagramable sederhana.

Saat sedang asyik memandangi langit-langit kamar, handphone ku berdering menandakan ada yang menelpon. “Aish, sudah malam kenapa ada yang telfon sih” ucapku malas lalu tetap saja aku harus mengangkat telefon itu.

Aku melihat ada nomor orang yang tidak ku ketahui, karena itu aku menolak panggilannya. Tapi orang itu tetap terus menelfon ku sampai aku menjawabnya. Tombol hijau ku geser ke kanan dengan terpaksa.

“Halo?”

“...”

“Aku tidak mengenalmu.”

“...”

“Katakan tujuanmu.”

“...”

“Maaf aku tidak bisa menerimanya.”

Peep!

Telefon terputus karena ku. Orang itu masih terus meneror ku sampai terucap kata 'ya' dari mulut ku. Mana ada sih orang yang mau pekerjaan aneh dan beresiko seperti itu.

Pada akhirnya aku memblokir nomornya agar berhenti menelfonku, sungguh... sangat geram. Setelah itu ku letakkan handphone ku ke meja kecil yang berada tepat disamping tempat tidurku.

Aku mencoba menenangkan pikiranku yang masih tersulut api. Ku raih kembali handphone ku dan memutar lagu-lagu yang sekiranya bisa membantu menenangkan pikiranku.

“Lagu ini sangat pas untuk suasanaku saat ini” ucapku yang mendengar alunan nada dari lagu favorit ku, Walkin'In Time dari The Boyz.

Karena terbawa suasana dengan lagu yang ku dengar, aku memejamkan mataku dan kemudian tertidur.










































































“Eh? Dimana aku?” ucapku yang terbangun dari tempat tidurku. Aku melihat-lihat sekitarku dan semuanya berubah. Ini bukan kamar tidurku.

Aku berkeliling agar menemukan jalan keluar, tapi hanya rerumputan menjulang lah yang terlihat. Sangat tidak masuk akal bila ada rumput-rumput yang tingginya seukuran manusia dewasa.

“HOY” teriakku yang menggema diarea rerumputan ini. Aku melompat-lompat dan melihat sekitarnya untuk memastikan kalau pasti ada pintu keluar.

“Kakak tidak perlu melompat dan berteriak seperti itu, kalau bukan aku yang segera datang pasti kakak akan dibawa serangga-serangga besar lalu menjadi santapan mereka” ucap anak kecil yang entah darimana arahnya.

Aku menoleh kebelakang dan benar saja feelingku, anak kecil yang menjadi sumber suara itu berlari kearahku lalu memelukku.

Entah kenapa, aku nyaman dipelukan anak kecil ini.

“Darimana kamu datang? Kenapa kamu bisa ada disini?” tanyaku kepada anak kecil yang masih memelukku dengan erat.

Karena sudah lama ia memelukku dengan erat, aku mulai merasa risih. “Sudahan ya pelukannya? Aku harus keluar dari sini” ucapku sambil mengelus rambut anak kecil itu.

Walkin' In Time | bbangnyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang