Hari ke depalan belas dihabiskan bertigabelas dengan menjadi kuli untuk program sendiri. Di siang yang terik, di tengah hamparan sawah dan sungai yang deras mengalir, mereka semua membanting tulang melakukan segala pekerjaan.
Peluh sudah bukan hal baru membanjiri tubuh mereka. Satu persatu mulai kehabisan nafas dan tenaga.
"Ini tanggul gue pikir bakal kecil, taunya gede juga yak," keluh Kalla mendudukan diri di pematang sawah. Celana katunnya sudah ia naikan sampai lutut dengan kaus berwarna abu yang basah oleh keringat. Tak tahan dengan rasa panas yang menyerang tubuhnya, Kalla membuka kaosnya begitu saja.
"Panas Kall, kalo lo buka ntar gosong kulit lo," tutur Reno yang menyimpan cangkul di sisi lalu ikut mendudukan diri.
"Kalla udah gosong inih," sahut Dirga yang masih menumpuk batu tak jauh.
"Eksotis ini tuh namanya," balas Kalla.
"Sisa tanggul yang harus dibandung ada berapa?" tanya Juan pada Rama yang bekerja dalam diam. Sedari tadi mengaduk semen terus menerus.
"Tanggul paling gede ini baru beres 70%, sisanya kita beresin sesuai kesepakatan. Sementara sisa tanggul di sisi sisi dusun ada 7, hari ini mulai dibangun sama 6 pekerja," jelas Rama.
Karena Rama satu – satunya anak arsitektur, dia yang bertugas membuat rancangan dan mengatur pekerjaan Tim Pengendalian air. Sementara Dirga pada konsep, Yerin dan Arin kebagian soal proposal dan keuangan. Sisa pekerjaan kasar dilakukan semua anggota. Pun begitu dengan tim – tim lain.
"ARGGHHH GUE GAK KUAT, istirahat dulu ya," teriak Hoshi yang kebagian memasang batu, muncul dari tumpukan batu memperlihatkan wajahnya yang sudah bersimbah keringat.
"Ini makan siang kapan datang sih?" keluh Lino yang ikut berhenti bekerja setelah mengangkut batu dari bawah ke atas, tempat mereka membawa tanggul.
"Katanya jam 2, ini udah hampir jam 3. Matahari aja udah mulai turun." Rendy yang juga kebagian mengangkut batu ikut mengeluh.
"Ngeliat air sungai kayaknya seger kalo nyebur," tatap Kalla pada gemiricik air yang turun melewati celah – celah batu.
Semua orang di sana jadi ikut memperhatikan hal yang sama. Membayangkan mengguyur tubuh mereka yang panas dengan air sungai yang segar, asli keluar dari bebatuan dan tebing tanah di hulu sungai sana.
"AH BODO! GUE MAU NYEBUR!"
Kalla tak tahan lagi dengan rasa tidak nyaman yang menyerang tubuhnya. Jadi ia putuskan untuk segera berlari dan menenggelamkan diri di sungai.
"Jangan terlalu dalem!" peringat Juan.
"Gue bisa berenang kok! Aman!" teriak Kalla.
Kalla berenang – renang di sekitar sungai, merasakan dingin yang kini menjulur keseluruh tubuhnya.
"WAHH GILA SEGERR BANGET! SINI LO PADA!" ajak Kalla senang dari dalam air.
Melihat itu, Lino, Dirga, Hoshi dan Rendy jadi tergoda untuk ikut turun. Sementara Juan, Reno dan Rama tampak tak peduli dan fokus pada pekerjaan mereka masing – masing.
"Seger banget, Kall?" tanya Lino. Kalla mengangguk dan menyipratkan air ke sisi, agar teman – temannya bisa merasakan rasa segar dari air sungai juga.
Merasakan tetes demi tetes air yang dicipratkan Kalla pada lengannya, Lino yang pertama membuka baju dan ikut menceburkan diri mengikuti Kalla.
Rendy dan Hoshi tentu tidak tinggal diam, mereka sudah tak tahan lagi. Ke empat orang itu jadi riuh di dalam sungai membasahi diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
BERTIGABELAS | 47 Days With Them✔ [OPEN PO check IG allyoori]
General Fiction[B E R T I G A B E L A S] ▪︎selesai▪︎ • College but not about collegelife in campus • Semi-baku • Lokal AU 13 orang terpilih dari dua perguruan tinggi berbeda, untuk hidup bersama selama 47 hari kedepan dalam sebuah rumah yang terletak di dusun terp...