Chapter 1 - GRADE XI

80 5 0
                                    

Nama gue Adyana Shahab. Gue lahir di Jakarta dan besar di Jakarta sampai saat ini. Benar-benar sampai saat ini karena gue mulai besok harus pindah ke Yogyakarta karena papa gue harus pindah kerja di Yogyakarta. Awalnya gue minta tetap tinggal disini aja karena gue udah betah disini dan nggak mau meninggalkan bestie juga pacar gue. Tapi papa gue nggak mengizinkan gue tinggal di Jakarta sendiri. Gue kalah, gue nurut walau berat hati buat pindah ke Yogyakarta. Disana juga papa dan mama gue daftarin gue buat kuliah di salah satu Universitas Swasta.

Ya, umur gue baru menginjak 19 tahun, gue telat satu tahun nggak kuliah karena sebelumnya gue ini adalah pramugari salah satu maskapai di Indonesia. Alasan gue resign karena mama dari pacar gue nggak suka gue jadi pramugari yang suka pergi-pergian. Sepele, gue sebucin itu sama dia dan keluarganya. Gue nurut walau gue belum tentu jodohnya dia. Tapi ya namanya cinta, logika gue nggak berfungsi.

Pacar gue namanya Algiv Assegaf. Dia satu tahun lebih tua dari gue. Dia kakak kelas gue waktu gue SMA, dan gue pacaran sama dia dari semenjak gue SMA kelas XI sampai sekarang. Dia kuliah di salah satu Universitas Negeri yang hits di Jakarta. Mantap sekali lah, bisa dibilang sempurna karena Pintar, Jago olahraga, ganteng, dan populer. Sedangkan gue? Ya sama, gue juga cantik, tinggi semampai walaupun tetap kalah tinggi dari Algiv yang tinggi menjulang banget, dan cerdas, hahaha geli sendiri gue muji-muji diri sendiri.

Lalu gimana tuh awalnya gue bisa jadi pacar anak ganteng populer? Jadi awalnya tuh, gue kejedot bola basket yang lagi dia mainin di Lapangan Sekolah. Weh, udah kayak film-film banget nggak tuh, hehe. Gue waktu itu emang habis jajan di jam istirahat bareng bestie gue, Sasa. Kita memutuskan buat makan di pinggir Lapangan Basket.

Setelah insiden itu, gue marah karena emang gue angry girl. Dan dia minta maaf sama gue. Benar-benar sopan dan looks good attitude. Berarti nih orang bukan cuma ganteng tapi juga good inside. Semoga.

Loh kok semoga? Berharap dapat perlakuan baik dari cowok dingin incaran satu sekolah? Haha.

Jawabannya yes, gue nggak munafik. Gue juga suka cowok ganteng dan menjadi salah satu bagian dari cewek-cewek yang sorak-sorakin dia kalau lagi tanding basket. Yap, benar-benar like di film-film banget. Gue pun nggak paham kenapa hidup gue sedrama ini.

"Boleh tau kamu kelas berapa?" Kata dia, cowok yang lempar bola basket ke kepala gue tanpa sengaja itu.

Nggak langsung gue jawab karena woi! Gue benar-benar deg-degan dan pingin kabur aja!

Tiba-tiba, "Kelas XI IPS 2." Saut Sasa orang yang menyaksikan drama kejedot bola basket ini.

"Oh iya? Kirain masih kelas X." Respondnya.

"Hah? Euu.. Kak! Ini kepala gue untung nggak gagar otak loh!" Jawab gue dengan penuh penyeselan setelahnya karena nggak sadar auto angry.

"Hehe, maaf ya, serius tadi emang agak emosi pas lempar bola karena biasalah ada sesuatu dan nggak tau juga bakal mendarat di orang secantik kamu."

Oke stop, benar-benar stop sampai disitu. Orang-orang yang bilang dia dingin, woi! Dingin darimana? Dia gombalin gue! Oke fix, hawa-hawanya dia pasti suka ke gue! No debat, gue langsung pergi sambil narik Sasa karena fix! Dia bukan tipe gue. Nggak suka gue sama cowok-cowok tukang gombal kayak gitu. Mending kalau gue pacarnya? Dih, jiwa-jiwa julid gue meronta-ronta dan langsung ngecap dia fakboy.

Gue yang sepanjang jalan julid, Sasa cuman bisa cuman bisa marahin gue,

"Lu emang cantik kali! Heran gue sama lo yang nggak suka dipuji cantik. Mirror woi! Bersyukur. Yang muji lo bukan jamet di Jalanan loh, melainkan orang inceran banyak cewek di Sekolah."

My Mental Health is More Important Than LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang