Prolog

35 6 2
                                    


                    🌼🌼🌼

"Na, nyontek tugas dari Pak Saipul kemaren dong! " Pinta Yani.

"Emang kamu belum ngerjain? " Tanya Aina.

"Kalo gue udah ngapain gue minta tugas lo to...lol" Ujar Yani sambil memelankan kata tolol di ujung kalimatnya.

Bukan karena takut dengan Aina, tapi lebih tepatnya takut tak mendapat contekan kembali.

"Hah yaudah deh, tapi besok-besok kerjain sendiri ya" Setelah menyerahkan buku tulisnya, tidak lama teman sekelasnya langsung berbondong-bondong ikutan menyalin jawabannya.

Apa Aina murid yang pintar?Tidak.Dia hanyalah siswa biasa yang kebetulan mendapat beasiswa, padahal dia juga tidak pintar-pintar amat entah siapa yang menyarankan ia di masukkan ke sekolah elit ini.

Yang tentunya ia sangat berterimakasih dan sedikit merutuki malaikat tak bersayap nya itu. Jujur saja selama ini ia belum pernah bertemu sekalipun dengan seseorang yang mengaku-ngaku menjadi walinya plus malaikat tak bersayap nya.

Apakah Aku punya teman? Sering kali Aina bertanya-tanya, mengapa author tak memberinya satu teman saja.

Eh kok jadi author sih Ai😬

                    🌼🌼🌼

Sepulang sekolah Aina seperti biasa menikmati harinya dengan jalan-jalan keliling kompleks rumahnya. Karena pekerjaan rumahnya telah selesai, membuat ia leluasa bermain.

Keputusannya kali ini jatuh ke taman dekat rumah sakit.
Tiba-tiba setelah ia sampai disana, langit berubah warna menjadi gelap.

"Apa hari ini akan hujan lagi?" Desah Aina.

"Tuhan, apa kau akan menjawab do'a-do'aku? "

Jdarrr....

Anggap saja suara geledek😅

Hmmm.... Apa kau mendengarku Tuhan?, batinnya.

Jdarrrr.....

"Kenapa aku seperti orang gila" Desisnya sambil menengadahkan tangannya menikmati rintik-rintik hujan yang mulai membasahi bumi.

Tanpa bisa dicegah hujan lebat segera turun dan membuat pakaian Aina basah.

"Ah Aina bodoh, udah tahu ujan masih diem aja" Marahnya pada diri sendiri, karena kini ia merasa kedinginan.

"Eh itu siapa?" Tanyanya saat melihat siluet seseorang dibawah guyuran hujan, pandangannya tidak begitu jelas karena matanya perih terkena tetesan air hujan.

Ternyata orang itu juga berniat berteduh di tempat yang sedang Aina singgahi.

Tampan, batin Aina.

Drtd.. Drtt.. Drtt...

Bunyi getaran ponsel pria disampingnya membuat ia tersadar dari kekagumannya dan segera mengalihkan pandangannya, sesekali ia masih melirik kearah pria itu.

"Ah iya saya terjebak hujan saat akan kesana...."

"...... "

"Tidak perlu, setelah hujan reda saya akan segera kesana"

"..... "

"Baik, terimakasih"

Dengan modal kenekatannya Aina segera mengutarakan apa yang ada dikepalanya, walaupun nanti ia akan menyesalinya.

"Om... "Panggilnya.

"Kamu manggil saya?"
Tanya pria itu sambil memperhatikan dari atas kebawah dengan mata tajamnya seakan sedang menguliti tubuh Aina, ditambah hawa dingin karena hujan membuat bulu kuduk Aina berdiri.

"Kenapa" Jawabnya.

"O.. Om tampan, mau jadi pacar Aina! " Ujar Aina dengan kecepatan seperti seorang pembalap.

Yang di mintai hanya bisa terdiam kaget.

Apa ia barusan ditembak oleh bocah ingusan? Batin El.

"Tidak" Jawab El setelah kesadarannya kembali.

"Tapi Ai ingin om jadi pacar Ai" Pinta Aina sekali lagi dengan nada menuntut.

"BOCIL ITU HARUSNYA BELAJAR BUKAN PACARAN!" Jawab El tegas, dingin dan penuh penekanan.

Tapi entah mengapa itu tidak berpengaruh pada diri Aina, padahal biasanya orang-orang akan langsung menyingkir dan tak berkutik bila El sudah mengeluarkan aura tak bersahabat.

"TAPI AI MAU!" Pintanya lagi sambil berteriak. Meski sekarang tengah hujan, tapi suara Aina tidak bisa teredam dan malah terasa semakin keras di telinga El.

"Saya tidak kenal kamu, dan bagaimana bisa kamu meminta saya jadi pacarmu?" Ujar El tidak suka.

"Kita bisa kenalan sekarang"

"Tidak"

"Kenapa? "

"Kamu bukan tipe saya, saya tidak suka BOCIL!" Ujar El penuh penekanan di akhir kalimatnya. Karena terlanjur risih dengan keberadaan gadis itu, ia dengan nekat menerjang hujan dan berlari menuju rumah sakit tempat tujuannya yang sebenarnya.

"Om jahat siapa yang bocil, Aina kan udah 17 tahun masak masih bocil sih" Gerutunya tak terima.

"Ai bakal bikin om suka sama Ai, dan setelah om suka Ai gak bakal ngelepasin om" Ujar Aina bersungguh-sungguh.

                    🌼🌼🌼

𝙄'𝙢 𝙉𝙤𝙩 𝙐𝙜𝙡𝙮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang