Parade Halloween

49 8 5
                                    

Warning: 17+

Orang waras mana yang bisa menyaksikan rumah Jacob ramai, tanpa bertanya mengapa. Bukan, mereka bukan membeli pasokan tinja untuk dijadikan pupuk, melainkan pergi berobat. Antrian mengular, mungkinkah pergantian musim menjadi penyebab? Apakah karena instrumen musik menjadi background---selain lalat dan nyamuk? Tetapi, saat mereka keluar dari tempat berobat, kusaksikan dengan mata kepalaku sendiri, bahwa kulit mereka bertambah pucat, berbanding terbalik dengan langkah gegap gempita, senyuman, dan gelak tawa.

Sudah seminggu Jacob kuamati. Pemuda itu bekerja sebagai tabib (mungkin), merangkap menjadi peternak. Itu fakta yang kutemui di pagi hingga sore. Di malam hari, suara instrumen musik menggema dari rumahnya, saat kuintip, nampak dia menari sembari menggesekkan bow pada biola.

Lagi-lagi harus kukatakan hal mengejutkan dari pemuda itu, dia memakai gaun hitam dan bersolek tebal, layaknya seorang perempuan.

Aku harus menepuk jidat berkali-kali kala menjalani misi konyol ini. Mencari seniman dari abad yang berbeda-beda untuk dibawa saat parade halloween, dan sekarang aku ditugaskan di tahun 1910. Jadi selama mengendap-endap, sembari menyakinkan bahwa Jacob adalah pilihan yang tepat, kuhubungi saja rekan kerjaku di masa depan. Kuperlihatkan dia mengendap di kandang sapi sembari memainkan biola.

"Apa kalian menginginkan lelaki ini?"

Tentu seperti apa yang kuharapkan, mereka bersiap untuk menculik Jacob. Di saat yang bersamaan kuyakini lelaki itu menoleh ke semak tempatku bernaung lalu mendekat. Sejujurnya, aku agak ketakutan ketika derap langkahnya menderu dan mencapai tempat ini. Saat tangannya menelusup di semak, tiba-tiba cahaya serta tembakan membombardir. Jacob diseret menjauh oleh rekan kerjaku ke dalam ruangan yang disebut mesin waktu.

"Lilac, ayo cepat kemari!"

Syukurlah, mereka datang tepat waktu. Aku keluar dari semak dan mendapati aroma besi berkarat mengguar. Di depanku teko, mungkin dibawa Jacob terjatuh dan kusandung. Aku berjengit, teko itu mencipratkan cairan merah kental di tanah pun sepatuku.

"Lilac cepat!"

Terdengar pekik nyaring bersumber dari rumah Jacob. Saat kuamati, di pelataran samping terdapat pria tambun yang berjalan lunglai, lantas dengan nyali ciut kutinggalkan teko itu ke mesin waktu, dan saat mesin menyala kudapati si tambun muntah darah.

***

"Selamat datang Jacob---"

Kubiarkan rekan kerjaku menyambut Jacob, sementara aku asyik menyesapi mariyuana---hasil kerja---di kamar. Tanpa mempedulikan rencana konyol yang akan membangunkan seisi kota di tengah malam. Hal yang terpenting adalah gulungan ganja di atas nakas. Kusesapi di atas kasur empuk sembari mengepulkan asap euforia tak terbatas. Mungkin ini adalah kelebihanku, ambang kesadaranku cukup tinggi untuk menghabiskan sepaket ganja dalam satu kesempatan. Meskipun demikian, aku tidak sampai menghisap lebih dari dua, sebab mubazir sekali jika narkoba itu belum habis saat aku overdosis nanti. Siapa yang akan menghabiskannya? Oh, membayangkan saja tidak sanggup. Aku masih ingat awal dari semua ini, kala seseorang mendatangi kami dalam pemukiman kumuh, dan mencoba menawari pekerjaan dengan gaji menggiurkan. Baiklah, silakan mengecam, tetapi karena saking takut ditolak, aku menawarkan diri dengan penurunan gaji, dan masih terekam dengan jelas di telinga saat aku berkata, "Ganti uangku dengan mariyuana, lalu Anda bisa memberiku tumpangan satu minggu saja."

Alih-alih menolak, mereka tersenyum penuh arti dan mengiyakan permintaan konyolku. Ya, beberapa gepok bisa kujual, dan nanti aku bisa menyewa rumah kecil untuk tidur dan berkelakar.

Tiba-tiba pintu kamarku terbuka, kusadari Jacob berdiri di sana, sembari tersenyum dengan gelagat aneh. Baiklah, apa aku sudah berhalusinasi setelah segulung ganja telah habis? Jelas pintu sudah terkunci. Saat kesadaranku lenyap, kudengar derap langkah, juga sebuah tusukan menyiksa di lengan. Selepas itu kudengar sebuah bisikan dingin di telinga kanan, "Terima kasih Lilac, selamat tidur."

HalloweenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang